Perseteruan Mematikan: Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Rejang Lebong, Bengkulu – Cekcok karena Ucapan Korban


lowongankerja.asia

Terdakwa kasus pembunuhan terhadap Ibu Euis Setia (42) serta putrinya Gaidah Marwa Wijaya (14) di daerah Rejang Lebong pada hari Jumat tanggal 30 Mei 2025.

Terduga pelaku Gu (44), yang berasal dari Desa Tasikmalaya di Kecamatan Curup Utara, akhirnya berhasil ditangkap pada hari Rabu (7/5/2025) dinihari.

Gu telah ditahan di suatu lokasi yang berada di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat (Jabar).

Berdasarkan keterangannya yang sebentar itu, tersangka mengaku telah membunuh istrinya Euis Setia (42) serta anak tiriya Gaidah Marwa Wijaya (14) lantaran merasa jengkel.

Pada masa konflik tersebut, kata-kata dari pihak korban telah menggugah amarah sang pelaku hingga mencapai titik kritis.

Ini dijelaskan oleh sang pelaku ketika dimintai keterangan oleh pihak kepolisian saat penahanan.

Pada saat tersebut, sang penyerang menyampaikan bahwa dia merasa terganggu oleh pernyataan atau ucapan dari korbannya sebelum insiden berlangsung.

“Kesal pak,”ucap pelaku.

Sejauh ini korban serta keluarganya terkenal sebagai individu yang cenderung pendiam dan tidak sering bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.

Tetapi, sesuai dengan yang disampaikan oleh tetangga-tetanga mereka, pasangan suami istri itu kerap kali terdengar berselisih atau bahkan dilihat sedang berdebat.

Seputar masalahnya apa, mereka tidak menyadarinya. Pasalnya, sang korbann baru saja pindah ke sana dan sejauh ini belum banyak berinteraksi dengan para tetangganya.

Setelah baru satu bulan menyewa tempat itu, para penyewa kaget mendapati mayat Euis Setia beserta anaknya, Gaida, yang telah membusuk di lokasi tersebut.

Dua orang tersebut diprediksi meninggal kira-kira 3 hari yang lalu.

Pada saat mayat dari korban ditemukan, suaminya sedang tak berada di tempat kejadian dan hilang tanpa kabar.

Baru-baru ini, dalam pengakuannya sebagai saudara kandung dari seorang korban, Eko menyebutkan bahwa kakaknya pernah menceritakan tentang anak kandung pasangannya itu.

Di ponsel si dugaan tersangka, korban menemukan unggahan berbunyi “nanti suatu hari pasti terjadi, kamu akan saya bunuh.”

Akan tetapi, di waktu tersebut, sang korban masih memiliki pikiran positif dan menitipkan pesan bahwa apabila terjadi sesuatu padanya, keluarganya harus mengenal pasti pelaku.

Belum sampai ke sana, sang korban malah sudah menceritakan pengalamannya yang membuatnya sangat ketakutan. Di mana dia menyaksikan anak dari tersangka pembunuh tersebut tengah memegang sebuah pisau dapur.

Korbannya terkejut bangkit dari tidurnya setelah itu. Pada waktu itu, si anak berada di hadapan pintu kamarnya.

Tetapi ketika disontekan, si anak tersebut berkata bahwa dia ingin memungut dedaunan yang ada di depan rumahnya. Meskipun demikian, pada waktu itu sudah larut malam dengan perkiraan pukul 02.00 WITA dalam kegelapan dini hari.

Namun, kakak saya itu memilih untuk tidak memberi tahu suaminya mengenai hal tersebut agar tak ada keributan, ia hanya menceritakan semuanya kepada kami. Bahkan, kakak saya menyampaikan pesan bahwa bila sesuatu terjadi padanya, sebaiknya kita sudah mengetahui siapa pelaku di balik semua ini, jelas adik kandung dari korban bernama Eko.

Eko menyebutkan bahwa keluarganya telah beberapa kali mengekspektasi agar korban bisa meyakinkan suami mereka untuk merestitusi sang anak.

Sejak kelahiran sang anak, rumah tangga mereka sering kali menjadi tempat perselisihan.

Tetapi saudaranya terus menolak dan menyatakan akan merawat anak itu sampai ia lulus sekolah.

“Kami sudah sering mengatakan hal ini, tetapi saudara kandungku selalu menolakkannya,” jelas Eko.


Kejanggalan Kasus Pembunuhan

Terdapat ketidaksesuaian dalam kasus pembunuhan ibu dan anak di Rejang Lebong Bengkulu, pengakuan anak dari tersangka tidak konsisten dengan bukti yang ada.

Remaja bernama awal IDP (13), dituduh sebagai saksi utama atas kekerasan yang dilakukan sang bapak kepada ibu tiri serta adik tirisnya tersebut.

Dia menyaksikan tindakan pembunuhan yang dilakukan oleh sang bapak walaupun hanya sebagian.

Tetapi diperkirakan, laporan yang diserahkan oleh anak kandung kepada polisi tidak mencerminkan keadaan nyata.

Ini terjadi karena cerita dari sang anak tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Adik dari korban, Eko menyebutkan, bahwa cerita yang diberitahukan oleh si anak sangat bertolak belakang dan tak sejalan.

Khususnya ketika bagian di mana sang anak menceritakan bahwa dia pernah memohon pertolongan kepada para tetangga.

Pernyataannya bahwa dia hanya menyaksikan ayahnya memegangi kayu tanpa membawa parang.

“Benar-benar berbeda, tak cocok dengan narasinya, ia tidak meminta bantuan dari penduduk setempat,” jelas Eko, Senin (5/5/2025).

Eko mengatakan bahwa sesungguhnya tetangganya menyaksikan si anak keluar dari dalam rumah tersebut.

Di mana si anak sama sekali tidak bersuara minta pertolongan.

Saat si anak muncul, ia mengenakan pakaian seragam sekolah dan diikuti oleh bapak kandungnya yang membawa sebuah parang.

Tetangga-tetangganya berpikir bahwa tersangka tersebut mungkin tengah menyuarakan kemarahan kepada si anak.

“Maka tak ada permintaan bantuan dari dia, malahan dalam posisi tersebut dia meninggalkan tempat dengan diikuti oleh sang dicurigai sebagai pelakunya, sehingga warga sekitar tidak menduga akan adanya insiden tragic di dalam rumah itu,” jelas Eko.

Justru begitu, sang anak mendapat sejumlah uang dari tersangka pelaku.

Di mana sang penjahat berkata “pergilah ke tempat yang jauh, ini uangnya untuk membayar ojek” kepada si anak itu.

Kemudian si anak itu menyimpannya dan punya pergi dari tempat kejadian.

“Posisi tersebut sudah berada di luar rumah, sehingga tetangga tidak merasa mencurigai dan mengira bahwa orang yang melakukan hal ini hanya menegur sang anak,” ujar Eko.

Eko pun mengatakan bahwa sesudah kejadian di pagi hari itu, sang anak masih terlihat berulangkali datang kembali ke tempat tersebut yaitu pada hari Rabu (30/4/2025) sore serta Kamis (1/5/2025).

Ketika tetangganya menanyakan hal itu, sang anak menjawab bahwa dia ingin mengambil handphonenya yang tertinggal di rumah tersebut.

“Selama dua hari bolak-balik ke sana, katanya ingin mengambil ponsel. Ketika ditanyai oleh tetangganya, dia menyebut bahwa saudara laki-lakaku sedang di dalam. Ini menunjukkan bahwa dia sadar tentang keberadaan saudara laki-lakaku beserta cucunya yang ada di rumah,” jelas Eko.

Belum berhenti di situ, si anak itu malah sempat menghubungi buah hatinya dan menanyakan apakah telah melihat atau bertemu dengan korban atau pun sang anak.

Tetapi ketika direspon oleh buah hatinya, si anak itu tak membalas lagi.

“Maka ia tersebut mengetahui bahwa saudara kandung saya beserta cucunya telah menjadi korban pembunuhan oleh sang pelaku, karena perilakunya yang mencurigakan,” jelas Eko.

Oleh karena itu, keluarga korban mengalami penolakan besar terhadap narasi yang diutarakan oleh sang anak dari dugaan tersangka pembunuh tersebut.

Kisah yang dia sampaikan sangat bertentangan dengan kebenaran.

Keluarga mencurigai bahwa sang anak menyaksikan dan mengenalinya ketika tersangka diduga sedang membunuh kedua korbannya.

“MENGAPA AKU BARU SEKARANG MELIHAT KEHEBATANMU BAGIKA ????. DI SINI BERBEDA DARI DI SANA ???. Ya Tuhan, semoga anak ini bukan sedang berpura-pura kehebatannya ????, ” tulis Andin Putri, puteri biologis dari korban di akun Facebook-nya.

JOIN CHANNEL KAMI

Dapatkan Notifikasi Update Info Lowongan Terbaru Melalui :

  1. CHANNEL WHATSAPP
  2. CHANNEL TELEGRAM
  3. POSTINGAN INSTAGRAM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *