- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
childhood, culture, psychology of everyday life, self esteem, social issueschildhood, culture, psychology of everyday life, self esteem, social issues - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
22
lowongankerja.asia
Pernahkah kau merasakan ketika sangat menginginkan untuk melakukan sesuatu, tetapi secara tiba-tiba ada bisikan dalam pikiranmu berkata, “Kau tidaklah cukup baik” atau “Sepertinya kau akan gagal”?
Jika Anda kerap menjumpai situasi seperti itu, bisa jadi Anda tengah meragukan kepribadian sendiri. Menariknya lagi, emosi tersebut biasanya memiliki dasar yang kuat, yaitu berasal dari pengalaman di masa kanak-kanak.
Menurut laporan dari Blog Herald pada hari Jumat (25/4), inilah tujuh pengalaman masa kanak-kanak yang mungkin menjadi dasar mengapa Anda kerap kali meragukan kemampuan diri sendiri.
1. Seputarmu Banyak Orang yang Kritis terhadap Lingkungan Anda
Apakah Anda pernah merasakan ketika akan memutuskan sesuatu dan pikiran negatif dalam benak mulai menjelek-jeleki tiap opsi? Pikiran tersebut tidak timbul dengan sendirinya. Umumnya, hal itu merupakan dampak dari pertumbuhan dalam lingkungan yang sungguh sangat kritikal.
Jika Anda sering menerima kata-kata pahit, ejekan, atau kritikan keras setiap kali melakukan kesalahan sejak masih anak-anak, maka kemungkinan besar Anda akan berkembang dengan mindset bahwa segala sesuatu yang dilakukan selalu dianggap keliru. Hal ini tak hanya berhubungan dengan cara pengasuhan saja, tetapi juga tentang bagaimana Anda menyerap dan memproses semua hal negatif tersebut.
2. Bertumbuh Di Bayang-Bayangi Sang Kakak Tertua
Untuk Anda yang memiliki saudara kandung berprestasi luar biasa, mungkin sudah tidak asing lagi mendengar komentar seperti “dia saja berhasil melakukannya, mengapa kamu tidak?” Atau bahkan,”saudaramu saat usia sama telah mencapai banyak hal.” Seiring berjalannya waktu, Anda mulai merasa bahwa apa pun capaian Anda tak akan pernah memadai.
Perbandingan yang berkelanjutan ini membuat Anda kurang percaya diri dan seolah-olah hidup di bayang-bayang orang lain. Secara tak sadar, Anda mulai meragukan kemampuan diri sendiri karena tiap kesuksesan yang dicapai serasa kecil ketika dibandingkan dengan milik mereka.
3. Kurangnya Dukungan Emosional
Dukungan emosional tak hanya terbatas pada kehadiran ketika anak sedih atau menangis. Namun, ini juga berarti mendengarkan dengan penuh perhatian, mengakui perasaannya, serta membimbing mereka untuk menyadari dan memahami emosi yang dirasakan.
Jika sejak kecil kamu tidak pernah merasa ‘dipahami’, besar kemungkinannya kamu berkembang sambil menyimpan keraguan tentang perasaan dan keputusanku sendiri. Hal ini mungkin disebabkan oleh pendekatan pengasuhan yang kurang memiliki hubungan emosional.
Pada saat menjadi orang dewasa, mungkin Anda akan merasa kesulitan untuk menentukan sendiri, apakah pilihan yang telah diambil sudah tepat? Ataukah emosi yang dialami memang wajar? Setiap keragu-raguan tersebut sebenarnya merupakan ekspresi lain dari kurangnya rasa percaya diri.
4. Gagal saat Muda tanpa Pengalaman
Support System
Memadai
Setiap anak tentunya mengalami kegagalan suatu saat dalam hidupnya. Namun, hal tersebut menjadi penting untuk diperhatikan yaitu bagaimana kita merespons kegagalan tersebut; apakah melaluinya dengan dukungan atau malah menolakkannya? Jika Anda gagal ketika masih muda tanpa memiliki fondasi support yang kuat, ada kemungkinan besar Anda akan berkembang dengan rasa trauma atas kegagalannya.
Ini bukan semata-mata ketakutan akan kegagalan, tetapi juga rasa takut untuk mencoba. Sebab, Anda sudah yakin bahwa kegagalan berarti akhir dari semua hal. Hasilnya? Anda kerap meragukan kemampuan diri sendiri.
5. Dipaksa Menjadi Sempurna
Pernah mengalami bahwa untuk mendapatkan penghargaan atau pujian, seseorang perlu melaksanakan semua hal secara sempurna? Jika Anda dibesarkan dalam suatu lingkaran sosial yang selalu mendorong keunggulan maksimal, kemungkinan besar Anda akan memiliki harapan-harapan takrealistik tentang diri sendiri.
Permasalahannya adalah saat Anda gagal memenuhi standar tersebut, Anda cenderung mengkritik diri sendiri. Hal ini membuat Anda merasa kurang dari apa adanya. Namun, intinya bukan terletak pada diri Anda, melainkan pada harapan-harapan yang telah tertanam semenjak kecil akibat pendidikan orang tua yang selalu mendambakan sempurna.
6. Terlalu Sering Dipuji
Sulit dibayangkan, tetapi puja-puji berlebihan pun dapat menjadi pedang bermata dua. Jika sejak muda kamu selalu diberi sanjungan atas hal-hal sederhana, besar kemungkinan kamu akan berkembang dengan keyakinan bahwa kasih sayang dan penghargaan baru didapat saat mencapai posisi tertinggi.
Ini dapat menyebabkan perasaan takut akan kegagalan, sebab Anda khawatir kehilangan pengakuan. Ketika tujuan itu tidak tercapai, hal tersebut membuat Anda merasa kurangpercaya diri. Pujiannya bertujuan untuk meningkatkan harga diri, namun justru menjadi beban tambahan bagi Anda.
7. Orang Tua yang Sangat Pelindungan Berlebihan
Orangtua yang sangat melindungi pasti memiliki kebaikan di hati, mereka berusaha mengamankanmu dari masalah. Namun akibatnya adalah anak tidak mendapatkan peluang untuk mencoba, gagal, dan kemudian mengetahui cara bangkit dengan mandiri.
Bertumbuh di lingkungan seperti itu dapat menyebabkan keragu-raguan tentang kapabilitasmu. Sebab engkau tidak terbiasa untuk berpikir mandiri ataupun menyelesaikan persoalan-persoalam pribadimu sendiri, maka kian bertambahlah sikap rendah diri saat mencapai kedewasaan.
Perlindungan ekstra ini sebenarnya adalah elemen dari gaya pengasuhan yang kelihatannya “peduli”, tetapi malah dapat menahan perkembangan mental anak di masa depan.
Segala sesuatu di atas dapat menciptakan pandanganmu tentang dirimu sendiri saat ini. Baik itu pengalaman masa kecilmu yang tampaknya remeh hingga pendekatan didikan yang terlampau ketat maupun terlalu santai. (*)