- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
celebrations, controversies, culture, news, politicscelebrations, controversies, culture, news, politics - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
9
Laporan Kontributor Adim Mubaroq
lowongankerja.asia, MAJALENGKA –
Budayawan dari Majalengka, Rachmat Iskandar alias Rais, menunjukkan kesalahpahaman terkait perayaan hari jadi Majalengka yang sejak lama diperingati pada tanggal 7 Juni 1490 Masehi. Ia menyatakan bahwa penentuan tersebut kurang kokoh dari segi metodologi sejarah dan belum didukung oleh landasan ilmiah yang solid.
Rais menganggap bahwa penentuan tanggal tersebut hanyalah berdasarkan momentum spiritual 10 Muharram, hal ini menurut dia tidak ada hubungan langsung dengan sejarah setempat di Majalengka.
Menurut pendapat saya, penentuan Hari Jadi Majalengka yang terjadi pada tanggal 7 Juni 1490 masih dipertanyakan. Hal ini disebabkan karena sistem perhitungan waktu yang digunakan belum pasti serta kurang sesuai dengan kaidah ilmu sejarah,” ungkap Rais ketika sedang mengobrol di rumahnya di Kecamatan Majalengka, Kamis (8/5/2025).
Dia menyebutkan bahwa 10 Muharam 1490 M hanya diperkirakan menjadi tanggal saat Nabi Isa naik ke surga, tidak terkait dengan peristiwa historis Majalengka.
“Pengesahan itu tidak sesuai dengan standar sejarah penulisan dan memiliki referensi yang sangat kurang,” tambahnya.
Usulan Menetapkan tanggal 11 Februari Sebagai Peringatan Hari Kelahiran Majalengka
Rais menyebutkan bahwa asal-usul Kabupaten Majalengka justru bermula dari runtuhnya Dinasti Talagamanggung di tahun 1692, ketika Ratu Tilarnagara beserta suami, Secanata, kabur menghadapi serbuan VOC. Dari titik tersebut, lokasi pemerintahan resmi dipindahkan dari Talaga ke Jerokaso.
Titik tertingginya adalah pada tanggal 11 Februari 1840, saat melalui Staatsblad tahun 1840 nomor 7, ibu kota digeser dari Maja ke Sindangkasih, yang juga memperkenalkan pembentukan Regentschap Majalengka secara formal.
Majalengka secara resmi dijadikan sebuah regentschaap pada tanggal 11 Februari 1840 menurut Staatsblad Tahun 1840 Nomor 7, yang mana ibu kota pemerintahan diganti dari Maja ke Sindangkasih dan diberi nama regentschaap Majalengka. Meskipun demikian, jika kita memerhatikan perkembangan awalnya, regentschaap Maja sudah ada sejak tahun 1819, seperti penjelasan beliau tersebut.
“Staatsblad 1819 No. 9 serta Staatsblad No. 23 menginformasikan bahwa Cirebon mencakup 5 regentschappen. Tanggal ini (11 Februari) sangat sesuai untuk ditetapkan sebagai hari lahir Majalengka,” tambahnya.
Rais juga mengacu pada beberapa sumber historis untuk mendukung argumentasinya, termasuk catatan Catatan Leiden dan Daghregister Batavia, yang membuktikan bahwa struktur pemerintahan di Majalengka telah ada sebelum tahun 1682 Masehi. Tambahan lagi, terdapat prasasti Gunung Inten yang menyatakan bahwa Arya Sriningrat merupakan pemimpin Majalengka pada tahun 1327 Hijriah.
Rais menyatakan bahwa kekecewaan atas penentuan resmi Hari Jadi Majalengka telah menimbulkan beberapa kelompok masyarakat untuk lebih memilih merayakannya dengan cara mandiri.
Rais mengaku bahwa publik sudah bosan dengan keputusan resmi yang kurang tepat. Tercatat dalam tujuh tahun belakangan ini, berbagai komunitas memulai untuk menyelenggarakan peringatan hari jadi Majalengka sendiri tanpa melibatkan acara dari pihak pemerintahan.
“Pada Padepokan Wijayakusumah, di mana makam sang Bupati Pertama RT Dendanegara berlokasi, masyarakat mengadakan perayaan hari jadi mereka sendiri dengan fondasi historis yang kuat serta sudah dipelajari mulai tahun 2005,” demikian katanya menutup penjelasan tersebut.