- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
conservation, ecology, environmentalism, government, politicsconservation, ecology, environmentalism, government, politics - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
13
WARTA LOMBOK
– Pihak berwenang mengonfirmasi bahwa aturan membatasinya jumlah pengunjuk langkah di area Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) terus dilaksanakan guna melestarikan kondisi alam sekitar.
Menteri Kehutanan bernama Raja Juli Antoni mengatakan bahwa tindakan ini sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan ekologis di area konservasi tersebut.
Pernyataan itu disampaikannya ketika pembukaan ajang olahraga lari Rinjani 100 yang berlangsung di Sembalun, kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada hari Minggu, tanggal 18 Mei 2025.
“Gunung Rinjani memiliki peranan signifikan dalam zona pelestarian ekonomi. Oleh karena itu, ketersediaan lingkungan yang lestari serta stabilitas ekosistem menjadi prioritas utama,” ungkap Raja Juli Antoni, sebagaimana dilaporkan oleh Warta Lombok diambil dari situs web ANTARA News pada hari Senin, tanggal 19 Mei 2025.
Selanjutnya, Raja Juli menyebutkan bahwa keputusan semacam itu pun telah dilaksanakan di Taman Nasional lain yang ada di seluruh Indonesia, tidak terbatas pada Rinjani saja.
Menurut dia, batasan tersebut tidak dimaksudkan untuk membatasi industri pariwisata atau merugikan pemilik bisnis di sektor wisata, tetapi lebih kepada langkah pengawalan agar ekosistem dapat terus berkelanjutan.
” Kami membatasi hal-hal tertentu untuk melindungi ekosistem dan iklim di sana, agar keindahan Gunung Rinjani tetap terpelihara dengan baik dan makin menarik, hingga jumlah pengunjungnya pun meningkat,” jelas Juli.
Pada tanggal 8 April 2025, sekelompok pelaku wisata dan penduduk yang menjadi anggota Asosiasi Tour Operator Senaru (ATOS) mengunjungi kantor Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) di Mataram.
Mereka menyarankan agar jumlah maksimal pendaki melalui rute Senaru ditambah dari 150 orang sehari menjadi tidak terbatas, guna menampung peningkatan minat para pendaki.
Di sisi lain, komunitas yang mengatur rute Sembalun di Lombok Timur malah menyarankan untuk melakukan manajemen sendiri.
Mereka menginginkan area tersebut dikembangkan sebagai Kawasan Wisata Eksklusif bertaraf Internasional yang masih sesuai dengan peraturan pemerintah serta pedoman pariwisata ramah lingkungan.
Menghadapi situasi itu, Balai TNGR mengumumkan bahwa jumlah maksimal pendaki setiap harinya adalah 700 orang, hal ini pun telah disesuaikan dengan kemampuan ekosistem dalam mendukung aktivitas tersebut.
Bagiannya kuota diberikan kepada keenam rute pendakian tersebut, yaitu: 150 orang untuk Senaru, 100 orang untuk Torean, 150 orang untuk Sembalun, 100 orang untuk Timbanuh, 100 orang untuk Tete Batu, dan 100 orang untuk Aiq Beriq.
Selain itu, Balai TNGR juga menyatakan bahwa peningkatan jumlah kuota pendakian dengan cara yang mendadak atau tiba-tiba adalah mustahil untuk dijalankan. ***