- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
asia, news, politics, sports, tournamentsasia, news, politics, sports, tournaments - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
10
Istora Senayan sekali lagi ramai, tetapi kali ini tidak disebabkan oleh penampilan Hendra Setiawan di lapangan, melainkan dari tepian lapangan. Bekas pemain ganda putera unggulan nasional tersebut saat ini mencoba tantangan baru sebagai juru taktik, membimbing pasangan non-andilan Sabar Karyaman Gutama/Mohammad Reza Pahlevi Isfahani yang mengagetkan publik dengan berhasil sampai ke babak akhir turnamen Indonesia Open 2025.
Hendra menyatakan bahwa ia merasakan tekanan yang berbeda dalam posisinya sebagai pelatih baru. Dia berkomentar, “Seolah-olah lebih nyaman menjadi pemain dibanding menjadi trainer. Tetapi ada rasa tegang tersendiri, terutama saat memasuki poin-poin penting.” ujarnya Hendra.
Memang ia bukan sekadar pelatih pemula. Gelar peraih medali emas di Olimpiade Beijing 2008 serta dua kali pemenang turnamen Indonesia Open (pada tahun 2005 berpasangan dengan almarhum Markis Kido dan pada 2013 dengan Mohammad Ahsan) membuat aura juara milik Hendra merembes kepada para atlet yang dilatihnya.
Sejak memulai kerjasamanya dengan Sabar atau Reza pada tahun 2025 di All England, prestasi kedua pemain tersebut semakin meningkat. Mereka berhasil sampai ke tahap ketiga dalam turnamen All England, serta meraih posisi perempatfinal di Swiss Open dan Thailand Open. Hingga saat ini, mereka telah membuat catatan bersejarah sebagai pasangan yang melaju ke final Super 1000 pertama mereka setelah mengalahkan para peserta kuat seperti Goh Sze Fei/Nur Izzuddin dari Malaysia, unggulan nomor satu, di fase perempatfinal.
Pada pertandingan yang penuh drama tersebut, Reza bertarung meskipun mengalami cedera pinggang yang sudah ia rasakan selama satu pekan sebelum turnamen dimulai. Walaupun begitu, tekad dan perjuangan mereka tetap tidak surut.
“Kami terus mencoba untuk berkonsentrasi pada satu pertandingan demi pertandingan. Beruntungnya, karakter shuttlescock dan angin di Istora sangat sesuai dengan kebutuhan kita,” papar Hendra.
Kesempatan menuju babak akhir dipastikan melalui kemenangan terhadap pasangan dari Malaysia lainya, Man Wei Chong dan Tee Kai Wun, pada pertandingan semi-final yang menghadirkan dua tim dengan pelatih tersohor masing-masinya. Bila Hendra menemanai Sabar/Reza, Man/Tee justru dilatih oleh Herry Iman Pierngadi, figur yang sebelumnya juga sempat menjadi mentor bagi Hendra ketika masih bertugas.
“Ilmu Koh Herry memang luar biasa. Namun kita lebih baik mengutamakan strategi dan situasi tim kita sendiri. Yang terpenting saat ini adalah agar Sabar dan Reza dapat pulih sepenuhnya,” ungkap Hendra.
Sayangnya, pasangan ganda putra yang lain, yakni Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto, tidak berhasil maju ke babak final karena dikalahkan oleh pasangan asal Korea Selatan, Kim Won-ho dan Seo Seung-jae secara dramatis. Berkat hasil tersebut, Sabar dan Reza tetap sebagai satu-satunya peluang bagi Indonesia dalam meraih juara sejak terakhir kalinya Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya memenangkan turnamen Indonesia Open di tahun 2021 lalu.
Pertandingan final lawan Kim/Seo pastinya tidak akan gampang. Pasangan asal Korea Selatan itu ternama karena permainannya yang kokoh serta kecepatan dan ketekunan mereka. Akan tetapi, Sabar/Reza sudah menunjukkan bahwa mereka bisa mengungguli siapapun bila sedang menjalani pertandingan paling baik.
Capaian kesabaran atau rezeki dari Sabar telah memberikan tanda baik untuk proses pergantian generasi dalam olahraga bulu tangkis ganda putra Indonesia. Hadirnya tokoh penting semacam Hendra Setiawan di tepi lapangan menunjukkan bahwa tradisi permainan bulu tangkis negeri kita tetap berlanjut tidak hanya melalui pemain aktif, namun juga melewati pengetahuan dan jam terbang yang mereka miliki.
Saat ini, semua penggemar bulu tangkis tanah air fokus pada pertandingan final. Apakah Sabar/Reza akan melengkapi perjalanan luar biasa mereka dengan membanggakan bendera Merah Putih di atas podium teratas Istora?