- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
animals, biodiversity, ecology, nature conservation, wildlifeanimals, biodiversity, ecology, nature conservation, wildlife - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
26
Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat berhasil mengembangbiakkan dan menetaskan empat ekor kodok merah atau
leptophryne cruentata
untuk pertama kalinya keluar dari lingkungan aslinya.
Direktur TSI, Jansen Manansang, menjelaskan satwa tersebut merupakan spesies endemik Jawa yang terancam punah.
“Ini merupakan pencapaian luar biasa dalam upaya penyelamatan salah satu permata alam langka Indonesia,” kata dia dikutip dari
Antara
, Kamis (17/4).
Selama proses perkawinan, kodok merah jantan mengeluarkan suara khas yang belum pernah didokumentasikan sebelumnya. Para peneliti mencatat bahwa dalam sekali bertelur seekor kodok merah betina dapat menghasilkan 50 hingga 150 butir, jumlah yang relatif kecil karena strategi reproduksi yang selektif dan habitat terbatas spesies ini.
- Taman Safari Jawab Tudingan Eksploitasi hingga Kekerasan pada Pemain Sirkus
- DPR Desak Polisi Periksa Taman Safari Soal Dugaan Eksploitasi Pemain Sirkus
- Boy Thohir Akan Mendirikan Taman Safari di IKN Pada akhir tahun 2025, Telah Menyiapkan Area Seluas 225 Hektar
“Sudah ada usaha ekstra dilakukan guna menghadirkan suasana hidup yang sempurna bagi perkembangbiakan katak merah, dengan mensimulasikan akurat temperatur, tingkat kelembapan, serta elemen sekitar seperti pada tempat aslinya di perbukitan Jawa Barat. Capaian tersebut menunjukkan janji Taman Safari Indonesia terhadap dukungan program pelestarian baik lokal maupun internasional,” katanya.
Satwa yang memiliki status perlindungan menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 kini merupakan lambang utama dari usaha pemulihan biodiversitas Indonesia yang sedang menghadapi ancaman karena kerusakan ekosistem serta perubahan cuaca.
Jansen menyebut pencapaian ini sebagai titik balu penting dalam usaha internasional menjaga keragaman biologi, terutama hewan amphibius yang berisiko punah. Kesuksesan dari proyek pembiakan ini diharapkan bisa digunakan untuk spesies tertentu lainnya dan membantu program reintroduksi pada waktu akan datang.
Sebagai Vice President Life Science di TSI, dr Bongot Huaso Mulia menyebut bahwa tim konservasi TSI Bogor telah sukses merekam semua tahap dalam siklus hidup spesies langka tersebut, berawal dari pernikahan, penghasilan telur, hingga evolusi menjadi katak matang.
Tim konservasi berhasil mendokumentasikan tahapan metamorfosis lengkap. Dimulai pada hari ke-0-4 masa perkembangan telur. Hari ke-6-18 fase pembentukan mulut dan organ internal, berudu sudah mulai aktif mencari makanan di bebatuan.
Pada hari 60 hingga 76 adalah periode yang mengindikasikan perubahan bentuk yang signifikan, dicirikan oleh peningkatan ukuran kaki belakang kemudian dilanjutkan dengan pertumbuhan pada kaki depannya. Sementara itu, antara hari ke-90 sampai 95 merupakan tahapan di mana berudu selesai melewati proses pembaruan diri mereka dan untuk pertama kalinya merayapi permukaan tanah; dalam waktu ini pula ekornya mulai memendek secara bertahap.
Selanjutnya, pada hari ke-95 hingga 100 merupakan periode ketika katak merah mengakhiri semua tahap metamorfosisnya dan benar-benar bersiap untuk hidup di daratan.
“Dokumentasi penuh tentang siklus hidup kodok merah yang telah kami laksanakan mempunyai nilai penelitian yang sungguh besar. Kamilah yang mengungkapkan bahwa kondisi air serta mikrohabitat tertentu adalah elemen penting untuk kesuksesan perkembangbiakannya,” jelas Dr. Bongot.
Sebagaimana diketahui, kodok berwarna merah ini disebut juga sebagai “Bleeding Toad”. Spesies unik ini hanya dapat ditemukan di sejumlah area sempit di Pulau Jawa saja. Menurut Daftar Merah IUCN atau The International Union for Conservation of Nature (Pencinta Alam Internasional), hewan tersebut masuk ke dalam kelompok konservasi “terancam sangat kritis”, menjelaskan betapa pentingnya perlindungan bagi mereka agar tidak menghilang dari bumi kita.