- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
incident, news, police reports, politics, schoolsincident, news, police reports, politics, schools - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
10
lowongankerja.asia
Guru di SMPN 2 Tapian Dolok Simalungun, Hisar Pangaribuan, dituding oleh seorang wali murid karena telah meredam pertikaian antara para siswinya.
Kesempatan mulia Hisar mencoba memisahkan siswa yang bertengkar justru berakhir dengan dirinya melapor kepada polisi.
Disebutkan dia didakwa kerana tuduhan penyeksaan keatas seorang pelajar perempuan.
Kepala sekolah pun telah ikut campur dalam masalah ini.
Menurut kepala sekolah, Hisar Pangaribuan ditemukan sedang mencoba menghentikan pertengkaran di antara dua murid perempuan tersebut.
Orang tua dari seorang murid melapor kepada pihak berwajib terhadap Hisar Pangaribuan karena diduga memukul seorang pelajar kelas VII dengan inisial PH (13).
Pihak sekolah meminta kasus ini diselesaikan secara internal sekolah, antara guru dan orang tua siswa, bukan menempuh jalur hukum.
Hisar menyebutkan bahwa insiden tersebut dimulai ketika PH dan rekannya RH (13) terlibat pertengkaran di dalam kelas selama waktu pembersihan pada hari Sabtu, 19 April 2025.
Menyaksikan insiden tersebut, Hisar mendatangi tempat pertikaian dan kemudian bertemu dengan PH guna meredam amarahnya.
“Datang lantaran mendengar adanya kekacauan namun tanpa melihat tindakan pemelemahan fisik. Dia malah meredam diri sendiri dengan menutup mulut setelah menggunakan bahasa yang kurang pantas, kemungkinan besar disebabkan oleh sisa-sisa amarah atas insiden sahabatnya,” terang Hisar saat berbicara pada awak media dalam kantor guru di SMP Negeri 2 Tapian Dolok, Jalan Kamboja, Kelurahan Sinaksak, hari Selasa tanggal 6 Mei 2025. Hal ini diketahui dari kutipan TribunJatim.com yang berasal dari Kompas.com pada hari Rabu, 7 Mei 2025.
Setelah peristiwa tersebut, keluarga PH beserta Hisar dan teman seorang gurunya bertemu di Pos Polisi Purbasari Sinaksak.
Tetapi pertemuan tersebut tidak mencapai kesimpulan.
Baru-baru ini dia sulit berkonsentrasi akibat masalah dengan laporannya ke polisi.
Setelah itu, pihak sekolah menyelesaikan konflik antara kedua murid perempuan tersebut dengan meminta orang tua mereka datang ke sekolahan.
Orang tua dari PH tidak hadir dalam undangan itu.
“Saya pernah dirawat di rumah sakit sambil memikirkan masalah tersebut, sehingga tidak mengajar di sekolah,” ujar Hisar.
Rosita Damanik, Kepala SMPN 2 Tapian Dolok, menyatakan bahwa baik siswa maupun guru di sekolah tersebut merasa terganggu dengan hadirnya pihak luar yang menginterferensi proses pembelajaran.
“Gangguan dalam proses pembelajaran akibat permasalahan tersebut. Murid-murid juga khawatir ketika melihat orang-orang berkunjung ke sini,” ujar Rosita.
Setelah kejadian tersebut, dia telah menghubungi Hisar untuk mendapatkan penjelasan.
Dia juga menginterogasi beberapa siswa yang melihat kejadian tersebut.
Rosita menganggap tindakan Hisar Pangaribuan tetap masuk akal.
Rosita menambahkan bahwa pihak sekolah sudah melaporkan masalah tersebut kepada Korwil UPTD Dinas Pendidikan dengan cara verbal.
Rosita berharap kasus di ruang lingkup sekolah diselesaikan secara internal, bukan laporan polisi.
“Saya menganggap tindakan beliau (Guru Hisar) masih sesuai. Jika sang guru melakukan kesalahan, kita akan bertindak juga. Tujuan kami adalah agar para siswa memiliki budi pekerti yang baik. Pesan tersebut pun saya sampaikan saat upacara. Di tempat ini, tak ada masalah yang tidak bisa terselesaikan,” katanya.
Dijumpai secara terpisah, bapak dari PH (13), Roresky Harahap, menyatakan bahwa dia sudah melapor ke pihak berwajib satu minggu setelah insiden diduga penganiayaan tersebut. Laporan ini memiliki nomor referensi No. B/167/IV/2025 yang dikeluarkan oleh Polres Simalungun.
Menurut Roresky, petugas kepolisian sudah tiba untuk memeriksa tempat kejadian perkara, tetapi mereka ditolak masuk oleh pengelola sekolah yang mengira akan ada kericuhan.
Alasan untuk melaporkan kepolisian adalah karena proses pemecahan masalah oleh pihak sekolah tampaknya berjalan lambat.
Dia pun meratapi tindakan sang guru terhadap anaknya.
Menurut dia, Hisar sudah mengakui bahwa dirinya yang memukul anaknya.
Setelah pulang dari sekolah, anak saya menangis ketika sampai di rumah. Saya bertanya mengapa ia menangis dan dia menjawab bahwa dia dipukul oleh seorang guru di sekolah. Cobalah bayangkan bagaimana rasanya jika putri kita sendiri yang dipukul,” ungkap Harahap.
Menurut dia, surat undangan yang datang dari sekolah tidak berhubungan dengan perselisihan di antara siswa dan guru.
Oleh karena itu, dia menginginkan agar pihak sekolah, terutama Hisar Pangaribuan, datang untuk minta maaf.
“Sejak insiden tersebut, guru itu tidak pernah bertanya pada putraku tentang penyakitnya. Saya sudah sampaikan kepadanya, ‘Bapak, jangan repot-repot mengeluarkan dana, Bapak. Silakan datangi saja rumah saya untuk meminta maaf dan menyelesaikannya,’” ungkap Roresky.
(*/lowongankerja.asia)
Artikel sudah tayang di
tribun-jatim
Baca berita
TRIBUN MEDAN
lainnya di
Google News
Lihat pula berita atau info tambahan di
Facebook
,
Instagram
dan
Twitter
dan
WA Channel
Berita viral lainnya di
Tribun Medan