- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
indonesia, islam, muslim women, news, religionindonesia, islam, muslim women, news, religion - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
24
lowongankerja.asia
– Penyelenggaraan perjalanan para jamaah haji Indonesia dari Madinah menuju Mekkah sedang berjalan. Sampai hari Minggu tanggal 11 Mei, telah dicatat bahwa ribuan jamaah dari beberapa rombongan dikirim menggunakan rute darat. Hal ini juga menjadi penanda pelaksanaan sistem pelayanan baru yang didasarkan pada model kerjasama (dari perusahaan penyedia layanan) yang diadopsi oleh Pemerintah Arab Saudi.
Akan tetapi, model sistem seperti ini memiliki implikasi tertentu. Misalnya, pengaturan klaster tidak lagi menjadi acuan untuk pemilihan tempat menginap di Mekkah. Sehingga, kadang-kadang, jamaah dari sebuah kluster dapat didistribusikan ke beberapa hotel yang berlainan, bergantung pada pemasok layanan mereka masing-masing. Terlebih lagi, hal tersebut bahkan bisa memisahkan seseorang dengan pasangan atau anggota keluarganya sendiri.
Ketua PPIH Arab Saudi, Muchlis Muhammad Hanafi, menyatakan bahwa kondisi tersebut merupakan masalah penting yang memerlukan perhatian. Mereka sudah mengevaluasi konsekuensinya dari awal, seperti kemungkinan pasangan suami istri atau orangtua dan anak yang terpaksa tinggal di hotel berbeda lantaran adanya perbedaan dalam grup mereka.
“Kekhawatiran utamanya muncul saat pemisahan tersebut melibatkan suami dan istrinya atau anak dengan orang tuanya. Analisis ini telah kita lakukan sejak awal,” jelas Muchlis pada konferensi pers di Makkah, Minggu (11/5).
Pihak tersebut telah mengungkapkan keprihatinan ini kepada Kementerian Haji Arab Saudi serta delapan perusahaan yang menangani jamaah Indonesia saat pertemuan formal tanggal 7 Mei kemarin. Walaupun begitu, model pelayanan haji sekarang dikelola sepenuhnya oleh perusahaan penyedia layanan, tidak lagi didasarkan pada zona geografis seperti sebelumnya.
“Pemerintah Arab Saudi serta Kementerian Haji memiliki suatu sistem. Itu adalah sistem yang membatasi syarikah, sehingga baik rela maupun tidak kami perlu menyesuaikan diri,” ungkap Muchlis.
Walaupun begitu, dia mengonfirmasikan bahwa PPIH terus berusaha agar pasangan suami istri atau jemaah lanjut usia dengan pengawalannya dapat tetap bersama, khususnya di Mekkah. Salah satu opsi yang sedang dipertimbangkan adalah menerbitkan Kartu Nuzuki baru guna menyatukan mereka dalam area yang sama.
“Bila perpisahan tersebut terjadi antara suami dan istrinya, usaha akan dilakukan agar mereka tetap bersatu. Hal ini dapat dicapai melalui penerbitan Surat Nikah baru,” jelasnya.
Muchlis menyebutkan bahwa sejak awal, PPIH sudah mengembangkan komunikasi yang erat dengan delapan perusahaan tersebut, sehingga walaupun memiliki karakteristik masing-masing, mereka masih dapat bekerja bersama dalam satu kesatuan.
“Mereka telah menunjuk sebuah koordinator untuk menangani berbagai masalah tersebut. Ini termasuk kasus di mana terdapat ketua rombongan dari perusahaan yang berbeda dan juga penginapan yang tidak sama,” jelasnya.
Kerjasama antar lembaga pun terjalin melalui platform inter-organisasi untuk memastikan penyelesaian masalah dengan segera tanpa merugikan kepuasan pengunjung. “Teknisnya nanti akan kita atur di tempat,” ungkap Muchlis. Tujuannya utamanya adalah memberi rasa nyaman kepada para jemaah semaksimal mungkin.
Apalagi, bagi jemaah lansia, pendamping keluarga menjadi faktor penting yang tak bisa diabaikan.
“Faktor kemanusiaan tersebut tak boleh disepelekan. Mereka (syarikat) menganggapnya sangat penting,” tegasnya.
Sesuai laporan sebelumnya, di tahun ini untuk pertama kalinya Indonesia bekerja sama dengan delapan perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut akan menangani semua 203.320 jemaah haji reguler dari Indonesia. Daftar lengkapnya sebagai berikut:
1. Tamu Al-Bait (BTG): 35.977 jemaah
2. Rakeen Mashariq (RKN): 35.090 jemaah
3. Sana Mashariq (SNA): 32.570 jamaah
4. Rehlat & Manafea (RHL): 34.802 peserta
5. Alrifadah (RFH): 20.317 jamaah
6. Rawaf Mina (RWF): 17.636 jamaah
7. MCDC (MCD): 15.645 jamaah
8. Rifad (RFD): 11.283 peserta
Muchlis menegaskan bahwa walaupun manajemen jamaah didistribusikan ke beberapa perusahaan, koordinasi antara sektoral tetap ketat, bahkan pada saat incident kelompok dijemput oleh kantor yang bukan merupakan tanggung jawab mereka. “Tidak ada jamaah yang ditinggal. Semuanya dilayani dengan baik,” tandasnya.