Tak Puas dengan Hasil Uji Ijazah Jokowi, Rismon Ungkap 4 Fakta Menyentuh dari Puslabfor Polri

Tak Puas dengan Hasil Uji Ijazah Jokowi, Rismon Ungkap 4 Fakta Menyentuh dari Puslabfor Polri


MEDIA KUPANG

Rismon Sianipar, salah seorang pemohon untuk memverifikasi ijazah dari mantan Presiden Joko Widodo, mengungkapkan keraguannya terhadap temuan laboratorium forensik milik Polri.

Rismon menyatakan bahwa analisis yang dijalankan oleh Puslabfor hanya bertujuan untuk memeriksa kesamaan, bukan keautentikan.

“Apa yang dilakukan di sini adalah pengujian untuk menentukan kemiripan atau keseimbangan antara dua objek, sehingga tujuannya bukanlah memeriksa keautentikan. Proses ini melibatkan pembandingan objek A dan objek B, yaitu mencari tahu apakah kedua objek tersebut sama tanpa membahas soal aslinya,” terangkan Rismon Sianipar dalam diskusi bersama pakar psikologi forensik Reza Indragiri seperti dikutip dari YouTube Forum Keadilan TV pada hari Senin, tanggal 2 Juni 2025.

Ini menyebabkan Reza merasa bingung karena Puslabfor Polri merupakan institusi resmi yang telah mendapatkan sertifikasi kemampuannya.

Rismon melakukan hal tersebut tanpa pertimbangan matang dan seakan-seklanya memberikan legitimasi kepada Puslabfor, institusi yang memiliki sertifikasi ISO 17025. Ingatlah bahwa ISO ini sangat penting,’ tegas Reza Indragiri.

“Jadi apa? mari kita periksa catatan kerjanya,” balas Rismon.

Akibatnya, Rismon membongkar empat catatan negatif dari Laboratorium Forensik Kepolisian Republik Indonesia yang menjadi dasarnya untuk meragukan hasil pengujian ijasah Jokowi.

Langkah awal yang ditekankan Rismon terjadi ketika kepolisian mengatasi masalah Vina Cirebon.

“Kasus Vina di Cirebon, ekstraksi pesan singkat pada pukul 22:14:10, sebenarnya tak digunakan saat menyusun scenario kejadian tersebut. Dicurigai bahwa pelecehan seksual dan pembunuhan berlangsung dari jam 21.30 hingga 22.30. Pikirkan jika masih ada pengambilan data pesan singkat selama jangkauan waktu tertentu; apabila hal ini dimanfaatkan oleh petugas untuk membuat cerita acara kriminal, bagaimana hasilnya? Ceritanya akan runtuh karena merupakan buatan para penegak hukum,” ungkap Rismon.

Kasus kedua melibatkan laporan labuan forensik mengenai kasus Jessica Kumala Wongso. Rismon dengan tegas menuding Bareskrim Polri berperilaku seperti penipu.

“(Kasus) Jessica (Kumala Wongso) menggunakan perangkat lunak irred soft secara gratis tanpa izin dan menyembunyikan fakta bahwa sebenarnya itu adalah sistem operasi Linux dari Produk Laboratorium Komputer Forensik, Bareskrim Polri. Dia mengecoh publik dengan klaim palsunya tersebut sehingga terjadi kecurangan dan kesalahpahaman,” ungkap Rismon.

Tanda negatif ketiga ini berkaitan dengan hasil analisis Puslabfor mengenai kasus kematian seorang anggota FPI di wilayah KM 50 pada tahun 2020 silam.

Rismon berpendapat bahwa tindakan polisi telah melampaui batas dan menyebabkan perkara tersebut mengalami hambatan dalam proses penanganan.

“Pada kilometer 50, petugas kepolisian menyatakan bahwa rekaman CCTV dan ponsel di rest area pada kilometer tersebut harus dihilangkan. Selain itu, genangan darah yang terdapat di sana juga tidak ditandai dengan garis khusus untuk lokasi investigasi. Kemudian, 20 jam sebelum peristiwa tanggal tujuh Desember, kabel optik fiber putus; apakah Anda yakin hal ini benar-benar terjadi? Tidak dilakukan analisis apa pun tentang kondisi dari serat-optic tersebut atau kemungkinan adanya potongan akibat hewan pengerat seperti tikus, bahkan tanpa pengecekan dasarnya. Mereka hanya bilang bahwa sistem komunikasinya gagal mentransmisikan gambar ke server di Bekasi,” jelas Rismon.

Tindakan negatif sebelumnya, Rismon Sianipar membongkar skandal eks Kepala Divisi Propam Mabes Polri Ferdy Sambo.

“Mengapa insiden Sambo berlangsung? Katanya ada penembakan tetapi sebenarnya tidak terjadi. Jika mereka menjalankan tugas dengan baik, mengapa hal tersebut masih terjadi?” ujar Rismon.

Tidak hanya itu saja, Rismon Sianipar membandingkan sertifikat milik Puslabfor dengan sebuah mobil mewah.

“ISO seperti mobil mewah, Anda diberi peralatan tapi tidak selalu memahami etika penggunaan alat tersebut dengan tepat,” tegas Rismon.

***

JOIN CHANNEL KAMI

Dapatkan Notifikasi Update Info Lowongan Terbaru Melalui :

  1. CHANNEL WHATSAPP
  2. CHANNEL TELEGRAM
  3. POSTINGAN INSTAGRAM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *