- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
culture, education, k 12 education, news, politicsculture, education, k 12 education, news, politics - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
13
lowongankerja.asia
– Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengidentifikasi trend yang memprihatinkan di bidang pendidikan. Dalam nilai Survei Penilaian Integritas (SPI) Pendidikan tahun 2024 terjadi penurunan dari skor 73,7 pada tahun 2023 menjadi 69,5 saja. Laporan ini, yang disusun berdasarkan partisipasi lebih dari 450 ribu responden dari 36.888 unit pendidikan, mencerminkan bahwa masalah seperti kebiasaan menyontek serta kurangnya kedisiplinan tetap menjadi tantangan besar.
Berdasarkan data dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), disimpulkan bahwa tindakan menyontek terjadi di 78% sekolah serta mencapai angka 98% di universitas. Lebih lanjut, survei menunjukkan bahwa 43% pelajar dan 58% mahasiswa mengaku tetap melanjutkan kebiasaan tidak jujur tersebut. Selain itu, plagiarisme masih sering kali dilakukan dengan kasus yang dideteksi dalam 43% perguruan tinggi dan 6% lembaga pendidikan dasar-menengah.
Tidak kurang mengkhawatirkan, ketidakdisiplinan telah menjadi bagian integral dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan pendidikan. Berdasarkan data survei, ditemukan bahwa 84% mahasiswa serta 45% pelajar biasanya tiba terlambat. Fenomena ini bahkan meluas hingga kepada kalangan pengajar; 96% mahasiswa merujuk bahwa dosen-dosennya sering kali telat, sedangkan 69% siswa juga menyampaikan fenomena yang sama tentang guru-guru mereka.
Di atas itu, 96% institusi pendidikan tinggi dan 64% sekolah menyatakan ada dosen atau guru yang tak muncul untuk mengajar tanpa alasan yang pasti. Laporan tersebut memicu kekhawatiran serius dari Ketua KPK Setyo Budiyanto.
“Angka-angka ini lebih dari sekedar digit. Jika kita mengabaikannya dan membiarkannya begitu saja, hal itu dapat berubah menjadi bencana,” tegas Setyo saat memberikan keterangan pers di Jakarta, pada hari Kamis tanggal 24 April.
Merespons masalah tersebut, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menyatakan kesiapan untuk memperbaiki sistemnya. Dia menekankan bahwa sistem pendidikan di Indonesia saat ini masih cenderung fokus hanya pada pencapaian hasil belajar secara akademis saja.
“Mulai tahun ajaran 2025-2026, kami bertujuan untuk mengimplementasikan metode belajar yang dalam atau disebut deep learning dengan tujuan supaya para siswa tidak sekadar memahami konsep pada tingkat kognitif saja, tetapi juga dapat mewujudkannya menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari,” terang Mu’ti.
Tindakan tersebut akan dipertebal melalui pelatihan bagi para guru serta peningkatan layanan bimbingan konseling di sekolah-sekolah. Pihak pemerintahan mengandalkan metode ini untuk menciptakan generasi dengan integritas tinggi, bukan saja terampil dari segi ilmu pengetahuan, namun juga memiliki karakter tangguh dan perilaku moral baik di dalam ataupun di luar lingkungan belajar.