- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
business, commerce, government, indonesia, politicsbusiness, commerce, government, indonesia, politics - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
12
lowongankerja.asia.CO.ID, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa Indonesia bersikap terbuka terhadap kerja sama dengan operator sistem pembayaran dari luar negeri, termasuk Mastercard atau Visa. Pernyataan ini merespons kritik Amerika Serikat (AS) terhadap regulasi sistem pembayaran QRIS dan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) yang dinilai membatasi para operator sistem pembayaran luar negeri untuk bersaing di Indonesia.
“Mereka (perusahaan AS) terbuka untuk masuk di dalam
frontend
maupun berpartisipasi, dan itu
level playing field
sama dengan yang lain. Jadi ini sebetulnya masalahnya hanya penjelasan,” kata Airlangga dalam konferensi pers Perkembangan Lanjutan Negosiasi Dagang Indonesia-Amerika Serikat secara daring di Jakarta, Jumat (25/4/2025).
Sebagaimana diketahui, AS melalui Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) melayangkan keluhan terhadap sistem pembayaran Indonesia, terutama kebijakan QRIS yang dinilai tidak melibatkan pemangku kepentingan internasional.
Keluhan itu tertuang dalam National Trade Estimate Report on Foreign Trade Barriers 2025 yang dirilis pada 31 Maret.
USTR menyebut perusahaan AS, termasuk bank dan penyedia jasa pembayaran, merasa tidak diberi informasi maupun ruang untuk menyampaikan pandangan selama proses penyusunan kebijakan QRIS oleh Bank Indonesia.
Mereka menganggap bahwa langkah itu mempersulit penggabungan sistem luar negeri ke dalam struktur pembayaran dalam negeri di RI.
Tetapi sesuai dengan pernyataan Menteri Koordinator tersebut, Indonesia sudah siap bekerja sama dan telah menyediakan peluang yang adil bagi seluruh pihak.
Selanjutnya, mengenai protes dari USTR tentang area belanja Mangga Dua di Jakarta yang dinilai menjadi tempat untuk dagang produk tiruan, Airlangga menjelaskan bahwa hal tersebut tidak termasuk dalam diskusi terkait tarif negosiasi antara tim Indonesia dengan Amerika Serikat.
“Tidak ada pembahasan mengenai Mangga Dua. Ini tidak ada. Jadi bahkan kita belum bicara detail inti,” katanya.
Dia menyatakan bahwa fokus utama Indonesia saat ini adalah memperbaiki sektor industri dalam negeri guna meningkatkan kompetitivitas dengan menggunakan teknologi, tenaga kerja terampil, serta kebijakan ramah lingkungan.
Hal itu menurutnya, jauh lebih penting dalam memperkuat posisi Indonesia dalam hubungan dagang global.