Di masa lalu pada tanggal 11 tahun yang lampau, Jon Jones menunjukkan kekuatannya dengan mengungguli seorang petarung UFC bintang yang tengah ada di puncak permainan karirnya.
Perkelahian tersebut terjadi saat Jones masih memegang gelar juara kelas berat ringan UFC pada semester awalnya.
Pada saat itu sang pahlawan yang dikenal dengan julukannya Bones memang tengah mencapai kekuatan terbesarnya.
Setelah meraih kemenangan pada tahun 2011, Jones berhasil mempertahankan gelarnya sebanyak enam kali berturut-turut.
Baru-baru ini dia mencetak rekor baru untuk pertarungan bertahan gelaran paling banyak secara beruntun di divisi kelas berat ringan setelah menang atas Alexander Gustafsson.
Pertandingan selanjutnya untuk Jones akan menghadapkan dirinya terhadap Glover Teixeira.
Pertandingan itu terjadi pada tanggal 26 April 2014 dalam acara UFC 172 yang diselenggarakan di Baltimore.
Pada saat tersebut, Teixeira tengah menjalani permainan terbaik sepanjang karirnya.
Dia memenangkan 20 pertarungan secara beruntun sebelum bertemu dengan Jon Jones.
Ini mencakup 5 kemenangan berturut-turut di dalam octagon yang menjadikannya pesaing peringkat kedua di divisi lightweight UFC.
Akan tetapi, kekuatan antara Teixeira dan Jones sebenarnya berada pada tingkat yang sangat tidak seimbang.
Jones menguasai Teixeira selama pertandingan berlangsung 5 ronde.
Sepanjang pertandingan, Jones memperlihatkan ragam serangan seperti tendangan pelana, tendangan condong menuju kaki lawan, tendangan putaran, pukulan lurus, hingga kombinasi hook dan uppercut.
Satu pukulannya mengenai area di sekitar mata kanan Teixeira, luka tersebut nantinya berdampak besar pada tampilan petinju itu.
Jones berhasil pula melakukan takedown di ronde awal, ke-4, dan kelima terhadap Teixeira yang menguasai gelar sabuk hitam Brazilian jiu-jitsu.
Kontrol Jones benar-benar mencolok di bidang serangan jarak jauh.
Dalam 5 babak tersebut, ia mengenai 138 pukulan efektif dengan ketepatan sebesar 58%.
Sebaliknya, Teixeira hanya mengantongi 53 serangan dengan tingkat keberhasilan sebesar 27%.
“Sebagian besar gerakan saya merupakan hasil spontan,” ujar Jones setelah bertarung.
Pertama-tama, pendekatan yang kuingin gunakan adalah menghadirkan serangan kepadanya dari jarak jauh.
Saat berkelahi, saya melihat bahwa sebagian besar tendangan dan pukulannya tidak mengenai sasaran.
Maka, saya menyesuaikan pendekatan dengan mendekatkan diri dan pergantian ini memberikan hasil yang positif.
Juri mengumumkan Jon Jones sebagai pemenang melalui putusan akhir dengan selisih skor yang signifikan.
Seluruh juri menilai dengan skor 50-45 bagi petarung lahir pada tanggal 19 Juli 1987 tersebut, sehingga ia dinyatakan sebagai pemenang setiap putaran.
Keberhasilan luar biasa yang diraih oleh Jones semakin memukau ketika nanti Glover Teixeira sukses menjadi sang juara kelas berat ringan UFC.
Setelah Jones pergi dari divisi itu dan naik ke kategori berat tinggi, Teixeira mengambil gelar juara di tahun 2021.
Umur Teixeira ketika meraih gelar adalah 42 tahun.
Akhirnya, ia menjadi juara terbaru termuda dalam sejarah UFC.
(Note: The original statement says “the oldest new champion,” but this paraphrase contradicts it based on your instruction to preserve only numbers and not change meanings directly.)
Corrected version respecting the original intent:
Sehingga, dia adalah juara tertua yang pernah ada di sejarah UFC.