- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
business, economics, finance news, financial markets, newsbusiness, economics, finance news, financial markets, news - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
4
lowongankerja.asia.CO.ID – JAKARTA
.
Rupiah menunjukkan performa yang baik dengan menguat secara konsisten selama lima sesi perdagangan beruntun seminggu ini. Pencapaian tersebut dipicu oleh faktor-faktor positif baik domestik maupun luar negeri.
Berdasarkan informasi dari Bloomberg, di penutupan perdagangan Jumat (23/5), nilai tukar rupiah meningkat menjadi 0,67% dibandingkan dengan hari sebelumnya dan berada di posisi Rp 16.217 untuk setiap dolar AS.
Secara bersamaan, di tingkat Jakarta Interbank Spot Dollar Rate Bank Indonesia (JISDOR BI), nilai tukar rupiah mencatatkan kenaikan harian sebesar 0,15%, berada di posisi Rp 16.289, dan meneruskan tren penguatannya yang dimulai dari awal minggu ini.
Analis dari Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan bahwa kenaikan nilai tukar rupiah minggu ini terutama disebabkan oleh penurunan dolar Amerika Serikat. Penyusutan dolar AS tersebut dipicu oleh ketidakpastian pasar berkaitan dengan Rancangan Undang-Undang Pajak yang diajukan presiden AS, Donald Trump.
“Pasarn khawatir bahwa kebijakan tersebut bisa mengakibatkkan defisit kira-kira US$ 4 triliun yang akan menambah beban hutang pemerintah Amerika Serikat,” kata Lukman saat berbicara dengan lowongankerja.asia pada hari Jumat (23/5).
Menurut Lukman, aspek dalam negeri juga mendapat respon positif dari para investor terkait kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk mengurangi tingkat suku bunga. Ditambah lagi, momen ini bersamaan dengan pengumuman bahwa defisit neraca transaksi berjalan telah menyempit.
Lukman menyebutkan bahwa untuk perdagangan minggu berikutnya, hal-hal utama yang harus diamati dalam melacak gerakannya Rupiah tetap berasal dari kondisi global, khususnya ketegangan keragu-raguan para investor tentang perekonomian fiskal Amerika Serikat. Ia menjelaskan lebih lanjut bahwa investor saat ini sedang menunggu informasi signifikan mengenai belanja konsumen (PCE) guna menilai tingkat inflasi di Negeri Paman Sam tersebut.
Meskipun di tingkat dalam negeri, Lukman mengatakan tidak ada informasi signifikan yang harus diperhatikan. Begitu pula, analis pasar keuangan dan barang berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan bahwa situasi ekonomi lokal tetap condong pada arah positif.
Catatan tentang likuiditas ekonomi atau jumlah uang yang beredar dalam pengertian luas (M2) untuk periode April tetap menunjukkan peningkatan sebesar 5,2% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun pertumbuhan ini sedikit melambat jika kita bandingkan dengan angka 6,1% yang dicatat pada bulan Maret.
Selanjutnya, sambung Ibrahim, pemberian kredit di bulan April 2025 meningkat 8,5% dibandingkan tahun sebelumnya, yang merupakan kelanjutan dari pertumbuhan 8,7% pada bulan sebelumnya.
Oleh karena itu, Ibrahim percaya bahwa rupiah kemungkinan besar akan mengalami penguatan, walaupun perubahannya dalam transaksi minggu depan diperkirakan tetap bergejolak antara level Rp 16.140 hingga Rp 16.220 untuk setiap sahamnya.
Secara serupa, Lukman mengatakan bahwa dolar Amerika Serikat memiliki potensi untuk melemah sehingga memberikan kesempatan bagi rupiah untuk memperkuat diri dalam kisaran antara Rp 16.150 hingga Rp 16.250 per dolar.