- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
government, news, politics, politics and government, politics and lawgovernment, news, politics, politics and government, politics and law - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
4
lowongankerja.asia
Inilah sebabnya mengapa Roy Suryo terus meragukan ijazah Jokowi walaupun Jokowi sudah tidak lagi menduduki posisi pemimpin negara.
Ahli telematika Roy Suryo tersebut menekankan pentingnya posisi Jokowi saat ini.
Menurut Roy Suryo, Jokowi tetap memiliki status sebagai pejabat publik sebab ia saat ini menempati posisi sebagai anggota Dewan Pengarah Danantara.
Ya, Jokowi bergabung dengan Dewan Pengarah Danantara bersama eks Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Badan Pengelola Investasi Daya Agung Nusantara, yang lebih dikenal sebagai Danantara, adalah lembaga manajemen investasi strategis bertujuan untuk menyatukan dan memaksimalkan investasi pemerintah guna mendorong perkembangan ekonomi dalam negeri.
Roy menekankan bahwa sebagai pejabat publik, Jokowi sebaiknya tidak takut untuk terbuka, malah harus merasa bersyukur karena latar belakang pendidikannya.
Saat ini dia bekerja sebagai pegawai negeri dalam kapasitas sebagai Anggota Direksi Danantara. Sebagai anggota direksi di Danantara, ia termasuk bagian dari aparatur sipil negara.
Pejabat publik itu harus mau, harus bisa,” kata Roy Suryo, Rabu (6/5/2025) dalam tayangan Kompas Petang Kompas TV.
Dia mengukur diri sendiri berdasarkan kelulusannya dari UGM dan dengan penuh kebanggan memperlihatkan sertifikatnya kepada orang lain.
“Sekali lagi seharusnya merasa bangga. Sebagai alumni Universitas Gadjah Mada yang memiliki pula dua gelar Sarjana dan Magister dari kampus tersebut, tentunya kami sungguh berpuji diri atas pencapaian itu, tidak mungkin justru menjadi sesuatu yang memalukan,” ucapnya.
Dia menganggap sikap Jokowi yang belum juga memperlihatkan ijazahnya itu merupakan wujud dari suatu paradoks.
Itu mencerminkan sikap Jokowi yang menolak untuk memperlihatkan ijazah aslinya selama mediasi di Pengadilan Negeri Surakarta.
“Ada pejabat negara yang mestinya bersedia membuka ijazah tersebut. Kami berencana untuk melihat hal ini hari Rabu (6/5/2025), sebelumnya dia menyatakan akan memperlihatkan ijazah tetapi akhirnya enggan ketika sampai ke pengadilan,” ujar Roy Suryo.
Roy turut mengkritik ketidakkonsistenan dalam pernyataan Jokowi yang sebelumnya menegaskan akan datang apabila diundang ke pengadilan.
Indonesia tentu akan mengingat perkataannya. Akan saya serahkan ijazah jika ditanyakan oleh pengadilan.
Tadi Solo itu yang minta siapa? Pengadilan kan? jadi enggak datang. Udahlah jelas gitu. Jadi ini sudah kelihatan inkonsistensinya gitu,” kata Roy.
Roy terus meminta kejelasan terkait ijazah Jokowi yang ia sebut palsu.
Dia bahkan mengusulkan agar sertifikat Jokowi diperiksa di lab Singapura.
“Jika diperbolehkan, kami perlu menghadirkan lab forensik yang bersifat netral dan mandiri,” ungkap Roy pada wawancara video yang dipublikasikan di saluran YouTube Tribunnews pada hari Sabtu, 3 Mei 2025.
“Mungkin Singapura. Karena apa? Karena Pak Risman [Hasiholan Sianipar] yang bilang jangan mau diperiksa oleh laboratorium internal di sini gitu. Karena dalam kasus Jessica, kata dia gitu, itu direkayasa buktinya,” sambungnya.
Roy Suryo mengatakan tim hukum Jokowi bisa juga menghadirkan ahli forensik yang lain, sehingga nantinya kedua belah pihak bisa mengadu ilmu.
Sebagai informasi, Roy Suryo menjadi satu di antara lima orang yang dilaporkan Jokowi ke Polda Metro Jaya atas tudingan ijazah palsu.
Sebentar lagi, Roy diperkirakan akan segera diundang ke kantor polisi.
Jokowi Menganggap Direndahkan Pasca Dugaan Ijazah Palsu, Refly Harun Bertanya: Mengapa Tidak Diselesaikan Sejak Awal?
Tudingan tentang ijazah buatan sendiri dari Presiden ketujuh Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), dipersepsikan sebagian orang sebagai hal yang remeh. Namun demikian, individu ini—yang pernah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta—justru membuatnya menjadi lebih rumit.
Refly Harun, seorang ahli hukum tata negara, memberikan tanggapannya atas pernyataan Jokowi yang mengungkapkan rasa tersinggung terkait tuduhan tentang ijazah palsu yang ditujukan padanya.
Refly Harun menyampaikannya dalam video yang diposting di kanal YouTube miliknya, Refly Harun Official, pada hari Rabu (7/5/2025).
“Seperti yang disampaikan Jokowi, ‘Sudah saya rendahkan diri semampai mungkin.’ Namun pertanyaannya adalah mengapa ia tidak menyelesaikannya sejak awal?” ujar Refly.
Refly Harun menyayangkan pendirian Jokowi yang kelihatan enggan untuk memperbaiki situasi berkaitan dengan masalah ijazah itu semenjak permulaannya.
Terlebih lagi, Jokowi adalah bekas presiden dan juga seorang tokoh negara yang semestinya dapat merespons perkara serupa secara cermat.
“Saya kebingungan nih. Jadi, maksudku orang ini adalah seorang pejabat publik, bukan? Lalu mengapa ia enggan menuntaskan hal tersebut di awal, saat kesempatan pertamanya?” tanyanya.
Refly Harun juga menyuarakan keheranannya terhadap alasan di balik Jokowi yang, meski berperan sebagai seorang tokoh negara, tetap menanggap para kritikusnya sebagai lawan politik.
“Bila ijasahnya benar-benar tak memiliki masalah, seharusnya terdapat suatu paradoks di situ,” jelas Refly.
Dia sangat kagum pada cara Jokowi menangani para kritikusnya, terutama terkait tuduhan tentang kemungkinan adanya ijazah yang palsu.
“Serta jangan lupakan bahwa ia merupakan seorang pejabat publik yang mestinya tidak bisa mentolerir melihat individu-individu seperti Roy Suryo, Dokter Tifa serta beberapa pihak lain dijadikan lawan politik? Meski mereka hanyalah para kritiser, bukannya pembentuk kekuatan,” paparnya.
“Masa tukang kritik nggak boleh ada di negara Republik Indonesia ini?” tanya Refly, retoris.
Selanjutnya, Refly menilai bahwa jika Jokowi nekat untuk memenjarakan para pengkritiknya, itu berarti cerminan dari kualitas diri ayahanda Gibran Rakabuming Raka tersebut.
Tetapi bagaimana jika ‘saya ingin membalas dendam, saya ingin membayar lunas, yang penting orang tersebut harus masuk penjara’? Maka artinya hal itu mencerminkan kualitas,’ jelasnya.
Menurut Refly, jika hal tersebut terwujud, maka akan menjadi bukti bahwa Indonesia pernah dikendalikan oleh pemimpin yang kurang mampu dalam mengatasi berbagai tantangan.
“Pernah ada masa kita dikendalikan oleh seseorang yang memiliki masalah kecil namun dibesar-besarkan,” kata Refly.
Misalkan saat disalahkan karena memiliki ijasah palsu, tanggapannya tidak berupa bukti yang tepat, melainkan hanya menampilkan ijasah tetapi di sisi lain mendakwakan kriminal kepada pihak-pihak yang memberikan kritikan seperti Bambang Tri. Selanjutnya adalah Gus Nur dan juga sekarang ada Roy Suryo, Tifa serta beberapa lagi,” imbuhnya.
Menurut Refly, tuduhan tentang ijazah palsu tersebut sebetulnya dapat diselesaikan dari awal apabila Jokowi mau memperlihatkan ijazahnya ke masyarakat.
Kini telah muncul hal yang saling tumpang tindih. Sebenarnya di awal, since the beginning, masalah ini dapat diselesaikan nih,” ungkapnya.
“Ngapain juga misalnya menggunakan pernyataan UGM, menggiring dan lain sebagainya. Pokoknya tunjukkan ijazahnya dilakukan digital forensik. That’s all. Selesai,” tandas Refly.
Artikel ini sudah dipublikasikan di WartaKotalive.com dengan berjudul
Dugaan Ijazah Palsu Membuat Jokowi Merasa Dihina, Refly Harun: Ada Kendala Kecil Namun Dipermasalahkan
Artikel ini sudah dipublikasikan di Tribunnews.com dengan berjudul
Alasannya Roy Suryo Mengkritik Ijazah Jokowi Walaupun Sudah Tidak Menjadi Presiden