- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
government, journalism, news, politics, politics and governmentgovernment, journalism, news, politics, politics and government - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
3
Roy Suryo menyoroti perbedaan antara ijazah Jokowi dengan tiga dokumen pendidikan lainnya yang diperoleh pada tahun bersamaan, khususnya fokus terhadap huruf dan logo UGM.
Ahli dalam bidang multimedia dan telematika, KRMT Roy Suryo tetap tidak tinggal diam walaupun Bareskrim Polri telah mengumumkan bahwa ijazah Jokowi adalah otentik.
Roy Suryo tetap menyebutkan dugaan tentang ijazah Jokowi yang tak sesuai.
Mantan menteri tersebut mengulangi pandangannya bahwa gelar akademis dari mantan presiden Joko Widodo (Jokowi) berbeda dengan sertifikat keluaran Universitas Gadjah Mada (UGM) di masa yang bersamaan.
Roy Suryo mengungkapkan hal tersebut setelah dirinya sendiri membandingkan foto copyijazah Jokowi dengan tiga dokumen ijazah dari alumnus Fakultas Kehutanan UGM lainnya yang semuanya lulus di bulan November tahun 1985 melalui proses penelitian independennya.
Terdapat tiga dokumen akademis yang dipakai oleh Roy Suryo untuk dibandingkan dengan sertifikat bernomor 1120 milik Jokowi, yaitu: surat ijasah bernomor 1115 atas nama Frono Jiwo, surat ijasah bernomor 1116 atas nama Alm Hari Mulyono, serta surat ijasah bernomor 1117 atas nama Sri Murtiningsih.
Saat diminta berkomentar tentang apakah tiga ijasah tersebut juga dipertimbangkan oleh Puslabfor Mabes Polri, Roy Suryo enggan memberikan kepastian.
Namun, dia mengaku bahwa identifikasinya bersifat transparan dan jujur.
“Silakan dikonfirmasi dengan Bareskrim, karena jika menurut saya secara terbuka dan jujur, tidak ada hal-hal yang disembunyikan,” kata Roy Suryo ketika dihubungi Tribunnews lewat pesan WhatsApp pada hari Sabtu, 31 Mei 2025.
“Kini terserah pada Bareskrim untuk merespons tentang identitas pemegang ijasah dari informasi yang telah saya berikan,” tambahnya.
Dengan keterangan tulisannya, Roy Suryo menganggap bahwa ijazah Jokowi tidak serupa dengan ketiganya yang dia teliti sebagai perbandingan.
Roy Suryo membandingkan fotokopi ijazah Jokowi dengan tiga dokumen pendidikan yang lain.
Walaupun terdapat gambar ijazah dengan kualitas teknis yang lebih baik, yaitu yang diposting oleh politikus PSI Dian Sandi Pratama melalui akun X miliknya pada tanggal 1 April 2025, tetapi Roy Suryo memakai duplikat foto ijazah Jokowi yang secara resmi disajikan oleh Direktorat Tindangan Kriminal Bareskrim melalui layar besar selama konferensi pers, Kamis (22/5/2025).
Roy Suryo melakukannya agar tak ada yang meragukan keaslian fotokopinya.
“Apabila Bareskrim kemarin belum berani secara langsung menunjukkan ketiga surat pengesahan pendidikan lainnya untuk dibandingkan, maka dalam hal ini demi transparansi informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan, disajikanlah tiga contoh surat pengesahan tersebut yang dapat dengan mudah dicari di dunia digital karena telah dipublikasikan tanpa keraguan baik oleh pihak mereka sendiri atau oleh Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Dr Sigit Sunarta pada wawancara dengan wartawan Kompas beberapa tahun lalu,” ungkap Roy.
Perbedaan antara kedua dokumen tersebut diukur dengan memeriksa letak lambang UGM bersama teks yang dicetak di setiap ijazah yang dibandingkan (khususnya karakter Z pada kata ‘IJAZAH’ serta karakter A terakhir dari kata ‘SARJANA’).
Fokuskan PadaHuruf dan Lambang UGM
Roy Suryo mengatakan terdapat perbedaan antara salinan ijazah yang diklaim sebagai milik Jokowi dan ketiga ijazah lainnya.
Menurut Roy Suryo, letak huruf Z dalam kata ‘IJAZAH’ serta huruf A terakhir di kata ‘SARJANA’ pada tiga sertifikat keluaran ke-1115, 1116, dan 1117 ini benar-benar serupa atau tepat sama.
Posisinya baik secara vertikal maupun horizontal, tetapi tidak serupa apabila dibandingkan dengan sertifikat bernomor 1120.
Roy Suryo juga menyatakan bahwa dalam kata ‘IJAZAH’, letak huruf Z di ijazah perbandingan ini berada lebih rendah daripada logo UGM jika dibandingkan dengan ijazah milik Jokowi, yang seolah-olah memiliki posisi lebih tinggi atau hanya menonjol sedikit di logo UGM.
“Posisi huruf A terakhir (dalam kata SARJANA) di tiga Ijazah perbandingan semuanya tampak lebih ‘miring ke kiri’, atau masih berada dalam area logo UGM, sedangkan ijazah milik Jokowi cenderung lebih ‘miring ke kanan’ dan keluar dari logo UGM sehingga dua ‘kaki’ hurif A tersebut seolah lepas dari logo UGM,” jelasnya.
Roy Suryo menyebutkan bahwa terdapat perbedaan substansial di antara tiga surat ijasah komparatif yang seharusnya sama, yakni nomor 1115, 1116, dan 1117, ternyata berbeda dari nomor 1120.
Menurut Roy Suryo, hal itu berarti bahwa ijazah milik Jokowi sepenuhnya tak cocok dengan satupun dari ijazah perbandingan yang disebutkan. Meskipun demikian, para pemegang ijazah perbandingan seperti Frono Jiwo, Almarhum Hari Mulyono, serta Sri Murtiningsih bukanlah individu yang asing bagi publik; sebagian besar telah lama menjadi bagian dari dukungan terhadap posisi tegas Jokowi dan beberapa menduduki jabatan komisaris setelah periode kerja mereka.
Secara keseluruhan, Roy Suryo menggarisbawahi temuan penelitian ilmiahnya yang transparan membantahkan hasil evaluasi Puslabfor Mabes Polri yang sebelumnya menyatakan bahwa ijazah bernomor 1120 milik Jokowi mirip dengan tiga sampel perbandingan yang keasliannya diragukan.
“Sebenarnya, fakta ilmiah menunjukkan bahwa ijazah Jokowi tidak cocok sama sekali dengan salah satu dari semua ijazah yang dibandingkan,” katanya.
Hasil Puslabfor Polri
Brigjen Djuhandhani Rahardjo Puro dari Dirtipidum Bareskrim Polri mengungkapkan hasil pemeriksaan laboratorium forensik terhadap ijazah Presiden Joko Widodo pada hari Kamis tanggal 22 Mei 2025 dalam sebuah konferensi pers yang diselenggarakan di Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, Jakarta Selatan. Berdasarkan laporan tersebut, asliyati dokumen ijazah ini telah dikonfirmasi melalui serangkaian tes termasuk pemeriksaan jenis kertas, perlindungan kertas, material pencetakan, tinta untuk tulisan tangan, segel basah, serta tinta tandatangan oleh dekan dan rektor.
Sebelumnya, Dirtipidum Bareskrim Polri, Brigjen Pol Djuhandhani Rahardjo Puro mengatakan bahwa selama investigasi berlangsung, kepolisian tidak mendeteksi ada tindak pidana dalam kasus ijazah Jokowi itu.
Djuhandhani menggarisbawahi bahwa timnya mewartakan berbagai bukti yang ditemukan melalui investigasi yang sudah mereka laksanakan.
“Dia menyatakan bahwa investigasi yang dilakukan tidak semata-mata bertujuan untuk menanggapi pengaduan masyarakat saja, tetapi pihak kepolisian juga menginformasikan kepada publik tentang fakta sebenarnya yang telah didapatkan,” katanya saat jumpa pers, Kamis (22/5/2025).
Setelah asli dari ijazah Jokowi dibahas, Bareskrim Polri menginginkan agar kondisi di kalangan publik tetap damai.
Djuhandhani juga menginginkan agar usai perdebatan kali ini, rakyat dapat bersama-sama menyokong pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
“Maka kami berharap agar kondisi negeri ini semakin damai, mari kita dukung pemerintahan yang kini diketuai Bapak Prabowo dalam mengejar pembangunan,” tegasnya.
Djuhandhani menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa jenis kertas, alat pengaman kertas, bahan yang digunakan untuk mencetak, tinta pada tulisan tangan, cap segel, serta tinta tandatangan dekan dan rektor.
Menurut penjelasannya pada hari Kamis, antara bukti dan sampel perbandingan itu sebenarnya berasal dari satu produk yang sama.
Kepolisian pun sudah menghadirkan dan mendengarkan kesaksian sebanyak 39 orang dari beberapa kelompok, termasuk mereka yang berasal dari Fakultas Kehutanan UGM serta sahabat-sahabat Jokowi ketika duduk di bangku kuliah.
“Hasil dari investigasi tersebut sudah diikuti oleh sidang perkara guna mendapatkan kejelasan hukum dan ternyata tidak ada tindakan kriminal yang dilakukan,” ungkapnya.
Di samping itu, polisi juga sudah mengadakan tes laboratorium forensik pada diploma Jokowi dari SMAN 6Solo serta Fakultas Kehutanan UGM.
Penemuan tersebut menunjukkan bahwa tim investigasi berhasil mengamankan salinan resmi dari gelar Sarjana Kehutanan bernomor 1120 yang berada di bawah kepemilikan Joko Widodo, dengan Nomor Induk Mahasiswa 1681KT, dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, diperoleh pada tanggal 5 November 1985.
Dokumen ijazah Jokowi diperiksa melalui proses laboratorium beserta dengan contoh perbandingan dari tiga temannya saat masih menimba ilmu di Fakultas Kehutan Universitas Gadjah Mada (UGM).
“Pengujian validasi dilaksanakan melalui perbandingan antara produk serupa dimana hasilnya harus sama,” jelas Djuhandhani.
(*)
Artikel ini sudah dipublikasikan di Tribunnews.com dengan berjudul
Roy Suryo Bandingkan Ijazah Jokowi dengan 3 Dokumen Pendidikan Lainnya dari Tahun yang sama: Tak Serupa
Ikuti informasi terkini yang menarik lainnya pada kanal-kanal ini:
Channel WA
,
Facebook
,
X (Twitter)
,
YouTube
,
Threads
,
Telegram