- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
business, government, lifestyle, local news, traditionsbusiness, government, lifestyle, local news, traditions - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
4
Oleh Amidi
Dalam kesibukan masalah ekonomi yang timbul, banyak pebisnis ritel modern telah menghentikan operasi mereka. Meskipun demikian, meski pedagang merasakan lesunya pasar belakangan ini, usaha mikro seperti ritel tradisional atau warung kelontong masih berhasil bertahan dan terus aktif.
Orang-orang yang berhasil selamat dan bertahan itu tak boleh ditinggalkan demikian saja; kita tidak dapat membiarkan mereka berjuangan seorang diri. Harus ada pembinaan, bantuan serta perlindungan untuk menjamin keberadaannya terus lestari.
Warung Rakyat.
Perusahaan-perusahaan kecil yang aktif dalam sektor perdagangan, terutama ritel tradisional atau warung masyarakat biasa, perusahaan kecil di bidang kuliner, bisnis skala kecil di industri, serta layanan dan hal-hal serupa lainnya kini banyak menemui situasi sulit. Mereka merasakan hidup menjadi sukar tetapi juga enggan untuk benar-benar gulung tikar; stagnan tanpa kemajuan, hanya cukup untuk bertahan, bahkan belum tentu mencukupi biaya operasional harian. Terkadang, tujuan utamanya hanyalah mempertahankan dirinya dengan cara menggunakan stok produk sisa sebagai langkah awal menuju penutupan.
Lebih lanjut lagi, ritel konvensional seperti warung kecil milik masyarakat. Banyak dari warung-warung tersebut telah tutup akibat serbuan ritel moderen, disebabkan oleh persaingan dengan bisnis penjualan grosir bermodal besar. Kini hanya tersisa sebagai cerita masa lalu dan plakat nama perusahaan, seolah-olah hilang tanpa bekas di telan tantangan kompetisi yang sangat keras.
Sekarang ketika dilihat, kadang-kadang di area perumahan kita, warung-warung sederhana ini hanya tinggal sedikit saja. Jikalau mereka masih berdiri kokoh, kebanyakan dari mereka cenderung diam dan pasif, cuma menanti adanya pelanggan datang sendiri. Wajarlah ya, jika pemilik warung kerap kali tertidur di tokonya akibat minimnya pengunjung. Biasanya apabila ada orang singgah atau mampir, hambaannya adalah untuk membeli satu batang rokok, beberapa camilan, ataupun sebuah set bumbu masak.
Kehadiran mereka sering kali tak lagi menjadi pertimbangan utama bagi para konsumen; mereka seperti eksis namun juga hilang. Banyak orang yang pergi membeli keperluan harian, cenderung lewat saja tanpa menghentikan langkah untuk masuk ke warung tradisional tersebut, malah beralih ke supermarket atau minimarket modern yang berdiri tepat samping atau di dekat tempat itu.
Berikut ini adalah fenomena yang terjadi! Berikut ini adalah kenyataan yang nyata! Setiap harinya, gambaran seperti itu semakin melukis panorama ritel tradisional atau warung milik warga setempat. Bagaimana pun juga, terserah pengharapan kita serta doa agar para pembeli bisa lebih memperhatikan dan mendukung warung-warung tersebut dengan cara berkunjung atau berbelanja disana.
Kalah Bersaing.
Sesungguhnya, bila diamati, adanya warung rakyat itu sebetulnya tidak semestinya dianggap sebagai satu entitas bisnis yang perlu berkompetisi atau disebut mampu bersaing melawan ritel modern, karena pada dasarnya bukan kompetitornya. Faktanya, mereka dapat dianggap bersaing apabila dibandingkan dengan pemain serupa lainnya. Namun jika ditantang oleh ritel modern, sepertinya bukan lawan yang tepat bagi mereka.
Akan tetapi, dalam praktiknya, mereka masih perlu bersaing melawan para kompetitor kuat—ritel modern yang terletak di dekatnya, di hadapannya, di sebrangnya, atau di sisinya.
Selain warung rakyat yang telah bertransformasi menjadi mini market atau ritel modern kepunyaan warga setempat, jenis warung seperti itu lah yang sesungguhnya dapat dibilang mampu bersaing dengan ritel modern dan memiliki bentuk serupa sebagai mini market.
Secara umum, tentu saja terlihat bahwa warung rakyat akan mengalami kesulitan dalam persaingan melawan ritel modern ini. Di berbagai sisi mereka kurang mampu bersaing. Mulai dari bidang produk, harga, layanan, lokasi, hingga pengetahuan dan kemampuan pelayanan yang lain.
Dalam hal produk, barang-barang yang ditawarkan hampir mirip dengan apa yang disediakan oleh minimarket dan supermarket lainnya. Tambahan pula, para pemilik warung membeli dagangan ini langsung kepada distributor yang juga bagian dari grup peritel modern tersebut. Oleh karena itu, terkait biaya pembelian atau modal awal, dapat dipastikan bahwa harga yang harus dikeluarkan oleh pemilik warung lebih mahal daripada harga yang diberlakukan bagi peritel-peritel milik kelompok mereka sendiri.
Dalam hal harga, karena harga pembelian atau biaya dasar di warung masyarakat umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan harga beli yang diberlakukan oleh ritel besar, tentu saja ada kalanya harga penjualan di warung tersebut menjadi lebih tinggi atau lebih mahal daripada harga yang ditentukan oleh ritel besar. Ditambah lagi, ritel besar kerapkali menawarkan berbagai macam potongan harga.
Sama halnya dengan faktor lokasi, seperti lapak penjualan atau warung, kondisinya pasti sangat berbeda dibandingkan dengan ritel modern yang notabene nyaman, ber-AC, terang benderang, serta lebih luas.
Dalam hal layanan, terkhusus untuk warung milik masyarakat yang belum berbentuk mini market format, biasanya tertinggal cukup jauh dari ritel modern. Layanan di ritel modern cenderung memberikan kepuasan yang lebih besar jika dibandingkan dengan layanan yang ditawarkan oleh warung-warung tersebut.
Perlu Dibina, dan Dibantu.
Supaya warung milik warga secara keseluruhan, termasuk mungkin pula warung yang telah diubah menjadi mini market, memerlukan pendampingan serta dukungan untuk menjamin kelangsungan usaha atau warung mereka, sehingga dapat tetap berdiri dengan kuat dan tidak mudah dikalahkan oleh kompetitor-kompetitornya.
Pelatihan harus komprehensif, mencakup aspek teknikal serta manajerial. Secara teknikal, warung rakyat perlu penyusunan ulang. Seperti halnya di toko atau gerai ritel modern, mereka memiliki tatanan yang sempurna dengan etalase tertata rapi, layout estetis, dan disposisi produk yang teratur. Oleh karena itu, diperlukan bimbingan bagi warung rakyat ini dalam segi penampilan, desain interior, dan klasifikasi barang sehingga dapat membantu pelanggan lebih mudah mengidentifikasi apa yang ingin mereka beli ataupun mempermudah pekerja warung dalam melayani para pembeli/konsumen.
Pastikan tidak ada produk makanan kita simpan di samping barang berbahaya atau barang sejenis yang memiliki warna mirip tapi jika tertukar dapat menyebabkan dampak fatal. Sebagai contoh, gula pasir harus dipisahkan dari garam karena penampilan kedua-duanya kadang-kadang hampir sama. Jika mereka disimpan bersama-sama, staf layanan mungkin keliru dalam memberikan apa yang diminta oleh pelanggan; misalkin sebuah pesanan untuk gula malah mendapatkan garam.
Sebaiknya jauhkan juga produk makanan dari zat-zat kimia seperti sabun agar tak mencemari makanan tersebut. Kontaminasi semacam itu bisa membahayakan kesehatan konsumen ketika ingin menikmati produk makanan tersebut.
Selanjutnya, petugas warung perlu mendapatkan pelatihan dalam berbagai bidang seperti manajemen, pengaturan stok barang serta penanganan produk. Sebagai contoh, para pekerja harus mengerti kapan suatu produk telah melewati tanggal kedaluwarsanya. Selain itu, penting juga bagi mereka untuk merapikan dan menyimpan setiap item dagangan secara tepat. Contohnya lagi, jika Anda menjual di supermarket atau minimarket besar, seringkali beberapa jenis barang sulit terlihat oleh calon pembeli. Oleh sebab itu, sangat disarankan untuk menempatkannya dekat dengan mesin kasir sehingga ketika orang-orang sedang mengantri bayar ataupun ingin membayar langsung kepada sang pemilik/wiraswasita warung, mereka dapat melihat produk-produk ini. Dalam situasi demikian, kemungkinan bahwa mereka akan tertarik lalu membeli menjadi lebih tinggi walaupun awalnya belum berniat membeli.
Demikian pula pendampingan dalam hal komunikasi antara pelayan dengan pelanggan atau pengembalian produk. Cara membuat pelanggan atau pengembalinya merasa puas dan dihargai melalui cara berkomunikasi serta tindakan yang ditunjukkan oleh pelayan warung tersebut.
Selanjutnya, warung rakyat tersebut memerlukan dukungan juga dalam hal kelegalan, pembiayaan, serta jalan masuk menuju pasarnya.
Secara hukum, sebagian besar warung milik masyarakat belum memiliki izin resmi karena biasanya pembukaan warung dilakukan tanpa menyelesaikan proses pengurusan dokumen legal terlebih dahulu. Oleh karenanya, kami harus mendampingi mereka dalam hal ini dan merujuk kepada otoritas yang tepat untuk mendapatkan legitimasi bisnis tersebut sehingga dapat diproses secara sah. Hal ini sangat vital bukan hanya demi menjadikan warung sebagai entitas yang diakui oleh undang-undang tetapi juga supaya nantinya bila pemilik warung ingin mencari pinjaman dari institusi finansial, semua syarat sudah lengkap termasuk surat-surat izin operasional.
Yang tak kalah penting juga ialah upayakan selalu untuk mendukung mereka dengan membantu kemudahan dalam mengembangkan unit bisnisnya. Ini dilakukan supaya mereka dapat tetap bertahan di tengah persaingan sengit bersama ritel modern yang berkembang pesat seperti jamur saat hujan turun. Semoga sukses berusaha!!!!!