- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
batteries, electric power, engineering, manufacturing, technologybatteries, electric power, engineering, manufacturing, technology - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
6
Pembukaan resmi ataupun acara penempatan batu pertama disebut juga
groundbreaking
proyek baterai
kendaraan listrik
Contemporary Amperex Technology Limited atau CATL
CATL
akan digelar pada Juni.
“Selanjutnya, akan lanjut ke tahapan selanjutnya,” ujar Menteri ESDM serta Kepala Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional Bahlil Lahadalia saat memberikan keterangan pers usai menghadiri rapat tertutup yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto bersama beberapa menteri lainnya di Istana Negara, Jakarta, pada hari Jumat (23/5).
Proyek itu adalah hasil kerja sama antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan CATL, lewat perusahaan anak mereka yang bernama Ningbo Contemporary Brunp Lygend (CBL).
Pada proyek itu, CATL bekerja sama dengan PT Indonesia Battery Corporation (IBC) yang merupakan perusahaan induk dari New Energy Materials bersama dengan PT Aneka Tambang (Antam), PT Inalum, PT Pertamina, dan PT PLN.
- CATL Diharapkan Memulai Produksi Massal Baterai Kendaraan Listrik pada Tahun 2026, Minat Tinggi dari Amerika Serikat dan Eropa
- IBC bersama dengan anak perusahaannya CATL akan membangun pabrik pemurnian nikel sebelum bulan Agustus tahun 2025.
- Prabowo Memerintahkan Danantara Bergabung dalam Proyek Baterai EV Huayou dan CATL
IBC bersama dengan CATL berencana untuk mengembangkan sektor baterai mobil listrik hingga ke tahap pengolahan daur ulang baterai. Kedua perusahaan ini akan merancang semua infrastruktur yang diperlukan mulai dari pembuatan sel baterai tahap awal di Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara. “Prekursor kathodenya ada di Maluku Utara,” jelas Bahlil.
CATL Mulai Produksi 2026
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan bahwa CATL akan memulai produksi baterai untuk mobil listrik pada tahun 2026. “Perusahaan tersebut telah memiliki
offtaker
Jadi mereka menargetkan paling lama pada Maret 2026 produksinya telah dimulai di Indonesia,” ungkap Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung ketika ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (16/5).
CATL telah menginformasikan pihak berwenang bahwa hal ini sudah tersedia.
non-disclosure agreement
terkait
offtaker
Bersama sejumlah penyedia kendaraan listrik. “Penyedianya berasal dari Eropa dan Amerika Serikat. Namun, mereka belum dapat mengungkapkan nama perusahaannya.”
offtaker
,” ujarnya.
Yuliot mengatakan bahwa kapasitas produksi CATL telah mencapai 7,5 gigawatt jam (GWh) di fase pertama. Ini hanyalah separuh dari target investasi awal sebesar 15 GWh.
Pada proyek tersebut, CATL mengadopsi dua skema investasi. Yang pertama adalah bahwa perusahaan wajib memperoleh persetujuan awal dari pemerintah China untuk kapasitas hingga 15 Gwh. Tetapi sampai saat ini, Beijing hanya telah memberikan izin untuk 7,5 Gwh yang dibiayai oleh modal internal perusahaan sendiri.
Agar dapat memperoleh izin tambahan sebesar 7,5 Gwh, dana harus dipenuhi melalui penawaran umum saham pertama kali atau IPO.
initial public offering
(IPO), ” katanya, “Mereka dapat memiliki kapasitas produksi sebesar 15 GWh.
Dikutip dari
The Business Times
CATL diketahui tengah mengincar kredit sebesar sekitar US$ 1 miliar atau setara dengan Rp 16,54 triliun guna mendukung ekspansi mereka di Indonesia. Dana hasil pinjaman tersebut direncanakan akan dialokasikan ke dalam proyek joint venture, yang bertujuan untuk merancang dan membangun pabrik produksi sel baterai di wilayah Karawang, Jawa Barat.
Sampai sekarang, CATL tetap menjalin komunikasi dengan kemungkinan investor agar jumlah peminjaman bisa saja berbeda. Proyek ini muncul sementara CATL mengevaluasi antusiasme para investor terhadap penawaran saham senilai US$ 5 miliar yang bisa jadi merupakan salah satu pencatatan publik terbesar di Hong Kong dalam beberapa dekade belakangan.