- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
indonesia, international news, journalism, news, saudi arabiaindonesia, international news, journalism, news, saudi arabia - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
1
, MAKKAH –
Jemaah haji dari Indonesia hampir saja dideportasi oleh tentara akibat insiden mereka merekam petugas keamanan Arab Saudi menggunakan telepon seluler.
Peristiwa tersebut mengharuskan jemaah haji Indonesia untuk lebih waspada.
“Mohon diinfokan ke jemaah, agar tidak mengambil foto atau video askar (polisi),” bunyi pesan yang dikirim di grup-grup Whatsapp Petugas Haji Indonesia sejak Sabtu (7/6/2026) dini hari.
Informasi tambahan yang tersebar di antara para jamaah menyebutkan bahwa terdapat seorang perempuan jamaah haji dari Indonesia yang menghadapi ancaman pengusiran karena berani merekam pasukan Arab Saudi.
“Barusan kita menerima laporan tentang seorang jamaah yang nyaris diambil fotonya untuk paspor oleh Askar dan terancam akan dipulangkan. Beruntung setelah melakukan negosiasi dengan askarnya, akhirnya sang ibu dimaafkan,” demikian tertulis dalam pesan itu.
Berikut ini adalah peraturan, jemaah haji tidak boleh mengambil foto tentara atau kepolisian Arab Saudi yang tengah berdinas di area-area terbatas di Mekkah.
Larangan lainnya adalah mengambil gambar atau video gedung-gedung pemerintahan di Arab Saudi tanpa izin resmi.
Kebijakan-kebijakan tersebut telah diumumkan oleh Kepala Bagian Pelindung Jemaah (Linjam) PPIH Arab Saudi Kolonel Laut Harun Alrasyid jauh sebelumnya.
Harun memberikan saran kepada para jemaah haji untuk dapat melaksanakan ibadah dengan damai dan khusyuk saat di Baitullah.
Pertama, jemaah harus membawa kartu Nusuk kemana saja saat berada di Arab Saudi.
“Nusuk merupakan kartu pengenal resmi bagi jemaah, pastikan untuk tidak meninggalkannya atau kehilangannya,” katanya.
Dia menggarisbawahi keharusan untuk mentaatkan hukum-hukum saat berada di Masjidil Haram.
Satu aturannya adalah melarang pengunjuk rasa untuk melakukan foto diri selama prosesi tawaf agar tidak mengganggu keteraturan.
“Jika ingin berfoto, lakukan pada saat dan lokasi yang sesuai,” ujarnya.
Harun pun mengusulkan agar jamaah lebih memusatkan diri pada ibadah dan tidak menggunakan ponsel ketika melakukan tawaf.
Keceriaan lingkungan pun perlu diperhatikan, hindari pembuangan sampah secara acak di sekitar kompleks mesjid.
Kegiatan para jemaah selalu diawasi oleh sistem CCTV serta staf yang mengenakan pakaian sehari-hari.
“Sekali ada jemaah yang mengambil barang eceran, ternyata mereka malah diringkus oleh petugas keamanan,” katanya.
Maka dari itu, jangan mengambil barang yang mencurigkan walaupun seolah-olah tak berpemilik.
Juga dilarang bagi jamaah untuk menggantungkan spanduk atau atribut dari kelompok manapun.
Pasukan Arab Saudi juga menghalangi para jemaah untuk berkumpul terlalu lama di sebuah lokasi.
Merokok di area Masjidil Haram dilarang tegas, dengan sanksi berupa denda sebesar 200 riyal sampai penjara selama 6 hari bagi yang melanggarnya.
Kelompok pun didorong agar tidak mengambil gambar seenaknya dengan objek tertentu di hadapan Ka’abah.
Khawatir dikira berbuat syirik atau mempersekutukan Allah oleh tentara dan ancaman hukumannya bisa mencapai 100 ribu Riyal apabila melanggarnya. Tambahan pula, mengenakan barang-barang tertentu yang dipandang sebagai talisman di hadapan Ka’bah dilarang keras.
Harun menegaskan bahwa seluruh peraturan tersebut bertujuan untuk memelihara keteduhan dalam beribadah.
“Konsentrasikan diri pada doa, Insya Allah semuanya akan berjalan dengan mulus,” katanya.
Pada saat ini, semua calon haji dari Indonesia tengah mengikuti mabit di perkemahan Mina dalam tenda-tenda yang disediakan.
Setelah melempar jumrah aqabah pada hari Idul Adha, mereka menginap di Mina.
Para jamaah direncanakan untuk terus melemparkan batu ke jumrah selama hari-hari tasyriq.
Sebelumnya Amirul Hajj Indonesia 2025 yang juga Menteri Agama RI Nasaruddin Umar meminta jamaah menjaga kondisi fisik dan tetap di dalam tenda.
Dia berharap anggota tim tidak meninggalkan tenda pada jam-jam paling panas sepanjang hari.
Pesan yang diberikannya adalah, ‘Jangan remehkan peringatan, keselamatan serta kesehatan merupakan prioritas,’.
Dia berharap pula bahwa para jamaah terus saling mendukung antara sesama saat berada di Mina.
“Berdoalah untuk sesama jemaah, tetap bersabar dan bantu satu sama lain,” ujarnya.
Manfaatkan waktu di Mina untuk meningkatkan kehidupan rohani dengan menambah jumlah ibadah.
” Ini adalah kesempatan istimewa, manfaatkan dengan optimal untuk mempererat hubunganmu dengan Tuhan,” ujar Nasaruddin.
Saat ini para jamaah sedang menantikan turn mereka untuk melempar batu di Jumrah pada hari Tasyriq.
Mereka harus memutuskan apakah akan menggunakan skema nafar awal atau nafar tsani.
Nafar pertama merupakan prosesi membuang jumrah yang dilakukan hanya selama dua hari tasyriq (11 dan 12 Dzulhijjah).
Kelompok yang berangkat pertama kali untuk nafar akan meninggalkan Mina pada sore hari tanggal 12 Dzulhijjah.
Sementara itu, melemparkan jumrah yang kedua dilakukan sampai hari ketiga tasyriq (13 Dzulhijah).
Kelompok tersebut akan berangkat dari Mina setelah menyelesaikan ritual mengucapkan mantra pada tanggal 13 Dzulhijjah.
Opsi ini ditentukan oleh jadwal grup dan persiapan setiap jamaah. Setelah akhir hari tasyriq, para jemaah akan melaksanakan serangkaian ibadah tawaf ifadah, sai, serta tahallul di dekat Marwah.
Setelah menyelesaikan tahap terakhir dari proses tahallul, serangkaian ritual haji pun selesai. Kemudian dilakukan pengembalian perjalanan bagi rombongan pertama menuju tanah air mereka.(Media Centre Haji/Mansur Amirullah)
Artikel ini sudah dipublikasikan di
Tribunnews.com