Perubahan Drastis pada Wajah Jokowi: Apa yang Terjadi dengan Kesehatan Presiden RI Ke-7?



– Setiap harinya terjadi berbagai perubahan. Kini kondisi kesehatan dari Presiden RI yang ketujuh, Joko Widodo, menjadi fokus masyarakat.

Awalnya Jokowi menyebut bahwa dirinya hanya mengalami alergi biasa. Malahan hal tersebut sama sekali tak mengganggu rutinitasnya.

Akan tetapi, beberapa waktu ini wajahnya tampak berubah dengan berbagai bintik-bintik putih. Penampilan terbarunya tentu saja tidak luput dari perhatian publik.

Apa yang terjadi pada Jokowi dan kenapa penampilannya seperti itu?

Berita terkini tentang kondisi kesehatan dari Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), sekarang ini mendapat perhatian masyarakat secara luas.

Ternyata, penampilan Jokowi dianggap saat ini tidak terlihat sehat.

Ketika bertemu dengan para jurnalis di rumahnya yang berada di Solo, Jawa Tengah, pada hari Jumat (13/6/2025), Jokowi nampak memiliki wajah yang pucat.

Menurut laporan dari YouTube TribunSolo, matanya nampak bengkak dan diiringi dengan warna bibir yang sangat pucat.

Di beberapa bagian wajahnya bahkan tampak noda-noda putih.

Suara Jokowi keluar samar-samar ketika ia merespons berbagai pertanyaan yang diajukan oleh jurnalis.

Tampillan terkini Jokowi secara alami menarik perhatian publik.

Sebab itu, Jokowi saat ini sedang menghadapi berbagai macam kasus.

Saat itu beredar rumor bahwa ia menderita penyakit serius.

Jokowi menyatakan dirinya mengidap alergi setelah perjalanannya ke Vatikan sebagai wakil dari Presiden Prabowo Subianto.

Saat itu, Jokowi pergi ke Vatikan guna mengikuti upacara pemakaman Paus Fransiskus yang berlangsung pada tanggal 26 April 2025.

Setelah kembali dari Vatikan, tampillah Jokowi dengan wajah yang benar-benar berubah.

Muka dia terlihat semakin gelap dengan berbagai noda hitam.

Menghindari keributan di masyarakat, Jokowi menyatakan bahwa dia hanya mengidap masalah alergi pada kulit.

“Sudah dijelaskan sebelumnya, hanya alergi ringan. Ketika pergi ke Vatikan beberapa hari lalu,” ungkap Jokowi.

Yang pernah menjadi orang terpenting di Indonesia tersebut menyampaikan bahwa alerginya tidak berdampak pada keadaan kesehatannya.

“Tidak ada masalah. Hanya alergi biasa,” terang Jokowi.

Akan tetapi, seiring dengan berlalunya waktu, penampilan wajah Jokowi mulai terlihat berubah.

Jokowi Disebut Sedang Stres

Tifauzia Tyassuma alias Dokter Tifa menyebutkan bahwa Jokowi saat ini tengah menghadapi masalah kesehatan disebabkan oleh tekanan stres.

Lebih lanjut, masalah ijazah palsu hingga saat ini masih belum terselesaikan.

Untuk mengatasi kondisi wajah itu, Dokter Tifa menyarankan agar Jokowi segera menunjukan ijazahnya.

Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa masalah terkait ijazah palsu cepat terselesaikan.

Kebetulan saya merasakan keprihatinan yang mendalam, seorang dokter semoga saja dapat pulih sepenuhnya layaknya sedia kala. Menurut pandangan saya selaku dokter, saat menyaksikan rekaman videonya, terlihat betapa stres-nya orang tersebut.

“Maka agar menyelesaikan masalah tersebut, saya minta kepada Pak Joko Widodo agar Bapak jangan stress terus-menerus dan tidak kembali lagi mengalami gangguan pada kulit. Mohon dibukakanlah dokumen ijazah aslinya sehingga kami dapat menerima semuanya dengan penuh kegembiraan,” ujar Dokter Tifa seperti yang dikutip oleh Tribun-Medan.

Disebutkan bahwa Steven Johnson Hinggap sampai Kekebalan Otomatis

Di luar tekanan stres, Jokowi sempat dikabarkan sebelumnya menderita penyakit Steven Johnson Syndrome (SJS).

Setelah Jokowi pulang dari Vatikan, penyakit tersebut timbul.

Akan tetapi, klaim bahwa Jokowi menderita penyakit Stevens-Johnson dismentahkan oleh asistennya, Kompol Syarif Fitriansyah.

“Wah, itu hoaks, tidak benar lho,” kata Syarif tegas pada Kamis (5/6/2024).

Ia memastikan bahwa Jokowi tidak mengalami gejala panas atau gatal yang sering kali menyertai penyakit tersebut.

“Beliau enggak ada ngerasain panas, enggak ada ngerasain gatal.”

“Maka, pure hanya mengalami alergi biasa saja. Tidak ada masalah autoimun,” terang Syarif.

Maka, sebenarnya apa itu Sindrom Stevens-Johnson?

Steven Johnson Syndrome

Steven Johnson Syndrome atau Sindrom Stevens-Johnson merupakan suatu keadaan medis mendesak jarang terjadi yang diidentifikasi oleh respons alergi ekstrem terhadap kulit dan mukosa (selaput lendir).

Keadaan tersebut mengakibatkan timbulnya ruam yang sakit, gelembung-gelembung, serta peeling pada kulit.

Penyakit ini memiliki potensi besar untuk memicu komplikasi yang parah seperti sepsis atau kerusakan pada organ apabila tidak diobati dengan cepat.

Penyebab:

Beberapa faktor dapat memicu terjadinya penyakit Steven Johnson Syndrome.

Sebagian besar kasus SJS disebabkan oleh:

Reaksi obat:

Antibiotik (sulfonamides, penisilin)

Antikejang (karbamazepin, fenitoin)

Obat asam urat (allopurinol)

NSAID (meloxicam, naproxen).

Infeksi:

Virus (HIV, herpes, hepatitis A)

Bakteri (pneumonia, Mycoplasma).

Faktor risiko:

Riwayat alergi obat

kelainan genetik

imunokompromais (misalnya kanker atau HIV)

atau riwayat SJS sebelumnya.

Gejala:

Gejala berkembang dalam 1–3 minggu setelah paparan penyebab:

Pembukaan: Panas badan, rasa nyeri di kerongkongan, bersin-bersihan, serta kelelahan yang mirip seperti pilek.

Kulit: Ruam merah menyebar, lepuhan berisi cairan, dan kulit mengelupas (terutama di wajah, dada, dan area kelamin).

Mukosa: Luka pada rongga mulut, mata, hidung, atau genitalia yang disertai dengan sakit.

Komplikasinya meliputi dehidrasi, masalah pernafasan, sepsis, serta kerusakan pada mata yang tidak dapat pulih.

Penanganan:

Jika terdiagnosis SJS:

Segera masukkan ke dalam perawatan rawat inap di unit perawatan intensif atau kamar isolasi guna mencegah penyebaran infeksi.

Berhentikan obat pemicu: Kenali dan cabut pemakaian obat yang dicurigai sebagai penyebab respons tidak diinginkan.

Terapi suportif:

Larutan infus untuk menangani kekurangan cairan tubuh.

Pengobatan luka menggunakan perban yang telah disinfeksi serta salep antibakteri.

nalgesik untuk nyeri.

Obat spesifik:

Kortikosteroid atau imunoglobulin intravena (IVIG) untuk mengurangi peradangan.

Antibiotika diberikan apabila terdapat infeksi sekunder.

Pencegahan

Jauhi obat-obatan yang memicu: Rekam sejarah alergi Anda dan kenakan gelang kesehatan sebagai informasi darurat.

Konsultasi dokter sebelum minum obat baru: Khususnya bagi yang memiliki riwayat SJS atau alergi obat.

Hati-hati dengan obat berisiko tinggi: Misalnya sulfonamides atau antikejang, kecuali benar-benar diperlukan.

JOIN CHANNEL KAMI

Dapatkan Notifikasi Update Info Lowongan Terbaru Melalui :

  1. CHANNEL WHATSAPP
  2. CHANNEL TELEGRAM
  3. POSTINGAN INSTAGRAM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *