Peringatan Dini: Warga Jateng Siaga Hujan Lebat 11-20 Juni 2025

CILACAP,

BMKG mengeluarkan peringatan tentang kemungkinan curah hujan yang tinggi di beberapa daerah Jawa Tengah (Jateng) karena dampak dari fenomena abnormal pada suhu air laut di perairan Indonesia.

Pemberitahuan tersebut disampaikan lewat dokumen rasional berangka e.B/KL.00.02/017/KBB2/VI/2025 yang dipublikasikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Regional II.

Ketigah Kabupaten yaitu Cilacap, Purbalingga, serta Banjarnegara memiliki status siaga untuk cuaca ekstrem dalam periode tanggal 11 sampai 20 Juni 2025.

Potensi curah hujan pada ketiga daerah tersebut adalah antara 150 sampai dengan 200 milimeter setiap dasarian.

“Precipitasi dalam tiga regency yang berwaspada tersebut mencapai antara 150 sampai dengan 200 millimeter setiap dasarian,” ungkap Ketua Grup Teknis Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo saat ditemui di Cilacap, Rabu (11/6/2025).
Antara
.

Menurut Teguh, kondisi cuaca di Jawa Tengah pada bulan Juni 2025 terpengaruh oleh interaksi antara pola atmosfir dan lautan yang masih dalam tahap keteraturan yang belum sempurna.

Dia menyinggung beberapa kabupaten lain yang diprediksi akan mengalami intensitas hujan tinggi pada tanggal 11-13 Juni 2025, walaupun secara acak.

Kabupaten-kabupaten yang harus berhati-hati terhadap kemungkinan curah hujan tinggi mencakup Magelang, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, Grobogan, Blora, Rembang, Pati, Kudus, Jepara, Demak, Semarang, serta Temanggung.

Abnormalitas Suhu Laut Sebagai Penyebab Utama

BMKG mencatat anomali temperatur permukaan laut Indonesia yang tetap panas menyebabkan terbentuknya awan konvektif serta menaikkan intensitas penghujan di beberapa area.

Anehnya suhu permukaan laut dari bulan Juni sampai November tahun 2025 diprediksi masih akan berada di antara batas normal hingga lebih tinggi (lebih panas), dengan selisih sekitar 0,5 hingga 2 derajat Celsius.

Sementara hasil monitoring indeks
Indian Ocean Dipole
(IOD) dan
El Nino-Southern Oscillation
(ENSO) hingga Mei 2025 mengindikasikan situasi netral dan diperkirakan akan terus netral sampai akhir tahun.

Fase netral ini menunjukkan bahwa tak terdapat dampak signifikan akibat pengeringan atau kelembaban berlebih pada skala global, meskipun masih memungkinkan adanya intervensi faktor lokal contohnya pemanasan permukaan air laut yang melingkar di wilayah Indonesia.

Kekeringan Tak Seragam, Berhati-hati dengan Dua Ancaman

BBMKG wilayah II melaporkan bahwa dari seluruh 54 zona musim (zom) di Jawa Tengah, hanya ada lima zonasi yang telah secara resmi masuk ke dalam masa kemarau.

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar daerah di Jawa Tengah masih dalam tahap perubahan atau bahkan belum lepas dari curah hujannya.

“Tujuannya adalah agar informasi ini bisa digunakan sebagai landasan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan merancang strategi pengurangan risiko akibat kedua kejadian tersebut,” papar Teguh.

Peringatan awal dari BKMG Jawa Tengah ini merupakan sumber utama yang berharga bagi warga serta pihak pemerintahan lokal guna mempersiapkan diri terhadap konsekuensi iklim selama beberapa hari mendatang.

“Untuk daerah yang masih memiliki risiko hujan, disarankan untuk waspada terhadap bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor, sementara itu bagi area yang sudah masuk dalam musim kemarau, dianjurkan agar tetap waspada akan potensi kekeringan,” jelas Teguh.

Peringatan Dini Hujan Lebat Berat (Kedua Dasarian Juni 2025)

• Cilacap
• Purbalingga
• Banjarnegara

Prediksi Curah Hujan Tinggi (11-13 Juni 2025 – bersifat tidak teratur/sporadis)

• Magelang
• Boyolali
• Sukoharjo
• Karanganyar
• Sragen
• Grobogan
• Blora
• Rembang
• Pati
• Kudus
• Jepara
• Demak
• Semarang
• Temanggung