- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
health, healthcare and medicine, illness, medicine and healthcare, politicshealth, healthcare and medicine, illness, medicine and healthcare, politics - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
4
, SALATIGA
– Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Cabang Jawa Tengah saat ini tidak hanya berfokus pada pendampingan lulusan haji, melainkan juga memulai peranan baru untuk menjadi pemacu dalam bidang kesehatan masyarakat.
Tindakan penting ini dicirikan oleh pendirian Komisi Kesehatan dalam masa jabatan terbaru 2025-2030 yang telah dilegalkan di Grand Wahid Salatiga pada hari Sabtu, tanggal 14 Juni 2025.
Ketua IPHI Jawa Tengah, Masrifan Djamil, mengungkapkan bahwa organisasi saat ini berada dalam tahap perubahan menuju misi sosial yang lebih besar.
Menurutnya, adanya ahli kesehatan, psikolog, dan profesor di antara pengurus IPHI membentuk kekuatan baru yang dapat membuat organisasi ini bukan hanya penting untuk alumni haji tetapi juga bagi semua kelompok masyarakat.
Tujuan kami adalah agar IPHI tidak hanya berfungsi sebagai wadah untuk silaturahmi jamaah haji, tetapi juga berkembang menjadi institusi yang turut memelihara kesejahteraan fisik dan mental masyarakat.
Ada dokter spesialis mata, dokter gigi, psikolog, hingga ahli nutrisi yang memungkinkan kita untuk melaksanakan operasi katarak tanpa biaya, berkonsultasi tentang pola makan seimbang, serta memberikan penyuluhan kesehatan dan hal-hal lainnya,” jelas Masrifan.
Dia pun menyatakan bahwa keyakinan pada IPHI makin bertambah kuat, sebagaimana ditunjukkan oleh partisipasi pemimpin-pemimpin utama seperti Gubernur, Kapolda, dan Pangdam di dalam dewan penasehatnya.
Di luar metode pelayanan langsung, IPHI Jawa Tengah pun telah memulai penelitian-peneltian strategis baik secara keseluruhan ataupun spesifik tentang ibadah haji. Menurut Masrifan, penggabungan pakar akademik senior ke dalam kelompok peneliti merupakan tahap krusial untuk menjamin bahwa keputusan dan agenda yang diterapkan didasarkan pada bukti empiris serta dapat memberikan efek jangka panjang.
“Kita ingin menggunakan metode saintifik untuk membahas pola penyakit serius dalam BPJS seperti strok dan jantung, kemudian kita buat program preventif dan terapeutik yang didasarkan pada masyarakat,” tambahnya.
Dengan mengikuti tahapan-tahapan tersebut, diharapkan IPHI Jawa Tengah akan tumbuh menjadi lembaga yang berdedikasi tinggi.
IPHI tidak lagi bersifat eksklusif dan siap berperan sebagai mitra strategis bagi pemerintah serta masyarakat dalam menghadapi isu-isu penting seperti kesehatan, penelitian, dan pemantauan kegiatan beragama.
“Kami berharap IPHI dapat melayani semua orang. Untuk para alumnus haji dan demi kemajuan umat,” tandas Masrifan.
Pemotivasan untuk Membangun Kembali Badan Pengawas Ibadah Haji
Dalam upacara pengambilan sumpah itu, Sekretaris Jenderal dari Dewan Pimpinan pusat IPHI, Abidinsyah Siregar, ikut mengangkat isu penting nasional yang melibatkan pemulihan Kembali Komisi Pengawas Independen Haji Indonesia (KPIHI).
Menurut dia, komisi tersebut yang beroperasi dari tahun 2013 sampai 2019 sangat berhasil dalam memastikan standar tinggi pelaksanaan ibadah haji, mencakup segi pangan dan kesejahteraan jemaah.
Tanpa adanya komisi tersebut, mutu layanan haji berkurang, banyak calon jemaah mengalami penyakit akibat makanan yang tak cocok.
Sehingga, shalat pun dilaksanakan di hotel daripada di mesjid,” jelas Abidinsyah.
Dia menyatakan bahwa IPIH sudah mempercayakan agar pemerintah mendirikan kembali KPIHI yang berada di bawah tanggung jawab langsung presiden.