Pengemudi Ojol Bandung Kreatif Atasi Jalanan Rusak dengan Aspal Bekas, Semua Dilakukan Sendiri Bermodalkan Ilmu dari YouTube

Pengemudi Ojol Bandung Kreatif Atasi Jalanan Rusak dengan Aspal Bekas, Semua Dilakukan Sendiri Bermodalkan Ilmu dari YouTube


BANDUNG, lowongankerja.asia

– Pengendara layanan ojek daring bernama Hasan Fiidel (24) dari Kabupaten Bandung menjadi sorotan di platform-media sosial usai melakukan tindakan mengisap lubang jalanan yang rusak menggunakan aspal sisa pakai, video tersebut banyak dishare ke dalam aplikasi TikTok dan Instagram.

Setelah mengalami kecelakaan karena jalanan yang rusak ketika membawa penumpang di Kota Bandung, Hasan kemudian mencetuskan ide tersebut.

“Hingga kini pun aku masih menjadi driver ojol dan pada suatu kesempatan ketika sedang melayani penumpang, motorku tersandung lubang jalanan sehingga membuat ponsel ku retak laydinya. Kejadiannya terjadi di sebuah ruas jalan di Bandung. Dari sana timbul pemikiran dalam benakku untuk selalu waspada agar tidak ada pengendara lain mengalaminya akibat dari kondisi jalan yang kurang baik tersebut,” ungkap Hasan saat ditemui di Kampung Cibodas, Desa Cibodas, Kecamatan Pasirjambu, Senin (19/5/2025).

Setelah peristiwa tersebut, Hasan pun mulai menggali ilmu tentang bagaimana merawat dan memperbaiki jalanan dengan caranya sendiri. Dia belajarnya melalui bermacam-macam referensi online seperti YouTube, Google, bahkan sampai teknologi AI.

“Setelah mencari informasi diinternet, YouTube, dan Google serta mempelajari hal tersebut selama dua hari dengan bantuan AI, saya kemudian terpikir untuk segera menerapkan ilmu yang didapat. Namun saat itu bukannya langsung membuat konten, namun lebih kepada melakukan beberapa percobaan terlebih dahulu,” jelasnya.

Hasan menyatakan bahwa ia telah menempuh proses selama empat bulan dalam pembelajaran cara membuat aspal. Awalnya, dia menggunakan dana sebesar Rp 500.000 yang berasal dari penghasilannya sebagai driver ojek online untuk berinvestasi pada perlengkapan seperti tabung gas elpiji, kompor, ember, pasir beton, serta lem aspal.

“Bila aktivitas ini baru berlangsung selama dua minggu, namun untuk persiapanannya telah memakan waktu hampir empat bulan. Sebelumnya ada beberapa tantangan seperti ketersediaan perlengkapan dan bahan aspal. Persiapan dimulai empat bulan lalu, tetapi hanya pada bulan ini proyek mulai dijalankan,” katanya.

Saat melaksanakan tugasnya, Hasan memutuskan untuk membina aspal di kebun yang sunyi dan letaknya dekat dengan tempat tinggalnya supaya tidak merepotkan penduduk sekitar.

“Saat saya masuk ke lapangan, baru sadar bahwa ada perbedaan seperti spesifikasi aspalnya. Untuk jalan desa, provinsi, dan nasional berbeda,” katanya.

Lubang jalan di hadapan Kantor Desa Cibodas merupakan tempat pertama yang dia perbaiki. Sebelumnya, ia mengajukan persetujuan ke pemerintah setempat terlebih dulu.

“Pertama kali mencoba hal tersebut di jalanan Desa Cibodas, saya sempat menghubungi kepala desa karena merasa itu adalah salah satu tata krama saya. Kebetulan juga ada lubangan di pinggir jalan desa. Sebelum memperbaiki bagian yang lebih jauh, kami membantu menutupi lubang-lubang terdekat dahulu. Syukur alhamdulillah, beliau memberikan dukungan atas usaha ini,” ungkapnya.

Hasan memakai aspal bekas yang dia temukan di tepi jalan ketika menjemput penumpang demi mengurangi pengeluaran. Dia hanya perlu membayar untuk bahan bakar dan lem aspal saja.

“Kalau untuk membuat aspal, biayanya cukup signifikan, terutama saat melakukan uji coba dari awal hingga akhir, termasuk membeli aspal baru, larutan aspal panas, dan perekam aspal. Namun, setelah saya teliti lebih lanjut, bahan yang kini kami gunakan adalah aspal bekas yang telah lepas lapisannya dan biasa dibiarkan di tepian jalan. Saya pun mengambil kesempatan ini dengan cara mendaur ulangnya,” ungkap Hasan.

“Maka, saat ini biayanya hanya untuk membeli gas, bensin, dan cairan pengikat atau lem aspal saja. Dahulu, total biaya mencapai sekitar Rp 500.000 tanpa diskon apapun. Namun, kini bergantung pada ukuran lobang jalan seperti yang terjadi di Katapang kemarin, harganya hanya beberapa puluh ribu rupiah,” tambahnya.

Pengolahan bitumen dijalankan mulai awal hari sampai tengah hari, dengan proses peleburannya dapat menghabiskan waktu antara 2 sampai 3 jam. Selebihnya, bitumen tersebut kemudian dicurahkan ke dalam lobang-lobang yang telah diberi tanda terlebih dahulu.

“Bila sejak awal menyewa hingga saat ini, saya biasanya menandakan bahwa sedang mencari penumpang dari Ciwidey menuju Kota Bandung dengan mengambil foto,” jelas Hasan.

Proses pengisian lubang membutuhkan waktu kira-kira 20-30 menit untuk setiap lobang. Terlebih dahulu, lubang tersebut dibersihkan, diolesi dengan lem, kemudian diisi dengan aspal cair.

“Biasanya, pekerjaan di lokasi tersebut memerlukan waktu sekitar 20 hingga 30 menit. Waktu yang lebih lama dibutuhkan karena proses melelehkan aspal; biasanya dapat mencapai 2 sampai 3 jam,” jelasnya.

Selama dua minggu belakangan ini, Hasan sudah memperbaiki beberapa jalanan rusak di wilayah Ciwidey, Katapang, serta Soreang. Tindakan tersebut mendapatkan sambutan yang baik dari warga setempat maupun para pengemudi ojek online.

“Untuk sekarang saja yang dilakukan adalah berdiri sendirian. Namun, semangat dari masyarakat dan mitra ojol tersebut sangat mengagumkan,” ucapnya.

Sebagian warga sempat mengira Hasan merupakan bagian dari petugas pemerintah.

“Banyak, ada yang nanya dari pihak pemerintah atau bukan, ada yang memvideo, ada yang berterima kasih, ada yang nyuruh juga. Kan kalau saya mah skala kecil, ini ada yang nyuruh skalanya gede. Bukan kerjaan saya kalau lubangnya gede mah,” ucapnya.

Hasan menebarkan pesan bahwa dia tak bermaksud mencela pihak manapun, tetapi lebih kepada memanfaatkan waktunya yang kosong untuk mendukung orang-orang agar terhindar dari insiden serupa dengan apa yang pernah dialaminya.

“Saya tidak menyalahkan siapun, saya percaya pihak yang bertanggung jawab juga berkeinginan untuk memperbaiki jalanan tersebut. Mungkin dana yang dibutuhkan cukup besar sehingga perlu waktu tunggu hingga pengepalan dilaksanakan oleh pihak terkait. Namun karena waktu saya sangat longgar, selagi menantikan pekerjaan aspal dari mereka, maka sebaiknya saya melakukan hal ini sebagai alternatif pengisian lubang pada jalan agar kondisi lebih baik,” katanya.

Hasan pun bercerita tentang masa kecilnya yang keras. Bapaknya telah wafat, sementara Ibunya bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri dari saat dia masih kecil sampai akhirnya kembali pada tahun 2022. Dia sempat menjual telur di Jakarta usai menyelesaikan pendidikan dasar namun memutuskan untuk kembali belajar ketika terinspirasi oleh temannya yang sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

“Dipelihara oleh keluarga ibunya, lalu pernah enggan untuk meneruskan pendidikan sampai tingkat SMP. Setelah menyelesaikan SD dan berpindah ke Jakarta Selatan untuk menjual telur, ia melihat banyak siswa SMP yang berserakan, sehingga dia pun mulai menginginkan untuk masuk SMP,” jelasnya.

Selama masa SMP sampai SMK, dia menjalankan usaha dengan berjualan beragam produk, mulai dari voucher telepon hingga sayur-sayuran. Dia pun pernah menetap di sebuah panti asuhan.

“Masuk di Panti Asuhan Yatim Baraya di Rancamanyar,” ujarnya.

Hasan telah beroperasi selama tiga tahun sebagai driver ojek online, dan dia masih memakaijas Jaket OJOL ketika melakukan pekerjaan penambalan jalan untuk menjaga identitas dirinya.

“Kenapa pakai jaket ojol? Karena memang ini identitas saya, keseharian saya, tempat saya cari nafkah,” ujarnya.

“Bila sudah ngojol selama tiga tahun, dikarenakan saat ini mencari pekerjaan sangat sulit. Pernah bekerja di perusahaan lain. Setelah lulus sekolah pun langsung ngojol, kemudian setelah berakhir masa kontrak kerja, kembali ngojol. Kini saya lebih memfokuskan diri pada ojek online,” jelasnya tambahan dia.

Hasan mengaku tidak berniat viral dan menyatakan dirinya hanya ingin bermanfaat. Ia bahkan kerap berjualan jas hujan seharga Rp 5.000 selain menarik penumpang.

“Memang hobi ngonten dan lainnya, tapi enggak berharap viral atau apa. Malah enggak banyak yang tahu, kalau kegiatan selain ngojol dan ngaspal, sering dagang jas hujan dijual Rp 5.000,” katanya.

Walaupun kegiatannya sekarang sudah terkenal secara luas, Hasan masih memastikan bahwa niatnya tetap rendah hati dan tidak angkuh. Bahkan, ia memiliki impian yang sangat besar untuk masa depannya.

“Mengenai masa depan, saya berencana untuk mendirikan perusahaan aspal milik sendiri. Alasannya adalah karena saya melihat kondisi jalan di Baleendah yang rusak parah dan banyak lubang, sehingga keuntungan dari usaha ini dapat dirasakan secara signifikan. Setidaknya, saya ingin memiliki bisnis dalam bidang material peningkatan kualitas jalan,” tutupnya.

JOIN CHANNEL KAMI

Dapatkan Notifikasi Update Info Lowongan Terbaru Melalui :

  1. CHANNEL WHATSAPP
  2. CHANNEL TELEGRAM
  3. POSTINGAN INSTAGRAM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *