- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
business, economics, financial services, investing business news, moneybusiness, economics, financial services, investing business news, money - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
12
LOWONGANKERJA.ASIA.CO.ID-JAKARTA
Pembiayaan untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masih menduduki posisi terpenting dalam portfolio pembiayaan di PT Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna). Di akhir bulan Maret tahun 2025, dana yang dialokasikan kepada UMKM telah menyentuh angka 63%, yaitu sekitar Rp 7,4 triliun dari jumlah keseluruhan pembiayaan Bank Sampoerna yang berjumlah Rp 11,9 triliun.
Pembiayaan total ini hanya naik sedikit sebanyak 2% bila dibandingkan dengan pembiayaan Bank Sampoerna di periode yang sama tahun sebelumnya.
Sebagian besar pinjaman untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dari Bank Sampoerna yaitu sekitar 86%, dilaksanakan secara langsung oleh bank tersebut, sementara bagian tersisa dialihkan melalui institusi perbankan lainnya yang berstatus sebagai mitra strategis.
CEO Bank Sampoerna Ali Yong menekankan bahwa industri perbankan sedang menghadapi berbagai kesulitan pada awal tahun 2025 ini. Kemungkinannya adalah tantangan tersebut tak akan membaik sampai pengujung tahun, terutama dengan adanya beberapa masalah serta situasi geopolitik yang sangat tidak pasti.
Keadaan ini tentu membuat proses pertumbuhan UMKM menjadi sulit. Meskipun begitu, situasi tersebut tidak menghalangi Bank Sampoerna dalam melanjutkan upaya dukungan mereka terhadap pengembangan UMKM.
“Meskipun Indonesia tetap peka terhadap situasi ekonomi dunia yang dipengaruhi oleh permasalahan politik internasional, kami selalu bertekad untuk mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang dijalani dengan cara terus menggunakan teknologi digital serta bekerja sama dengan beberapa mitra penting,” kata Ali dalam rilis pers pada hari Kamis (15/5).
Ke dua elemen itu dianggap sebagai taktik penting bagi Bank Sampoerna untuk menguatkan serta mengeraskan jaringan distribusi kredit UMKM sampai ke daerah-daerah terpencil negeri ini.
Direktur Finance & Business Planning Bank Sampoerna Henky Suryaputra mengatakan bahwa sesuai dengan strategi dan juga keperluan likuiditas di Bank Sampoerna, hingga Maret 2025, jumlah kumpulan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terkumpul oleh bank tersebut menjadi senilai Rp13,4 triliun.
Kira-kira 20% dari dana pihak ketiga (DPK) dalam bentuk rekening tabungan dan giro (current account & savings account/CASA). Nilai total DDK ini bertambah menjadi 4,4%, atau senilai Rp 12,9 triliun lebih banyak daripada jumlah di akhir Maret tahun 2024. Kenaikan tersebut sesuai dengan pertambahan seluruh dana pihak ketiga di sektor perbankan secara umum yang naik sekitar 4,7% untuk jangka waktu yang sama.
Peranan menguatkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga dicapai melalui penyediaan layanan perbankan, yang disebut Bank as a Service (BaaS). Layanan ini mencakup penggunaan akun virtual, pembayaran menggunakan kode QR (QRIS), serta tranfer dana melalui kerjasama mitra (host-to-host fund transfer). Sejauh kuartal pertama tahun 2025, telah ada lebih dari 46 juta transaksi dengan nilai total hampir Rp 30 triliun dalam hal aktivitas tersebut.
Volume total transaksinya naik menjadi tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan periode di awal tahun 2024, hal ini disebabkan oleh peningkatan signifikan dalam jumlah transaksi pembayaran melalui sistem QRIS.
“Walaupun tetap menghadapi beragam hambatan ekonomi, Bank Sampoerna mencatatkan laba bersih senilai Rp5,3 miliar di triwulan pertama tahun 2025 ini karena adanya dukungan dari para nasabah serta kerjasama dengan mitra-mitra strategis. Di masa yang akan datang, kita yakin dapat secara kontinu mendukung Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebagai fondasinya dalam bidang ekonomi negara,” ungkap Henky.
Henky menyebutkan bahwa pencapaian itu diperkuat oleh dasar-dasar yang solid serta likuiditas yang tetap stabil. Rasio kecukupan modal (CAR) mencapai posisi yang cukup kuat yaitu 28,4%. Begitu juga dengan kondisi likuiditasnya, seperti tercermin dari rasio kredit terhadap simpanan pelanggan (LDR), yang berhasil dikendalikan pada angka 88,4%.