- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
character and personality, culture, personality types, psychology, psychology of everyday lifecharacter and personality, culture, personality types, psychology, psychology of everyday life - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
15
lowongankerja.asia
– Apakah kau pernah menemui seseorang lalu berpikir, “Saya mengenalinya dari wajahnya, tetapi apa nama dia?”
Apabila Anda kerap menjumpai situasi tersebut atau mengetahui orang yang mirip demikian, maka Anda tak sendiri.
ternyata di bidang psikologi, individu dengan bakat istimewa dalam mengenali muka tapi kerap melupakan nama, cenderung mempunyai karakteristik kepribadian unik yang patut dipelajari lebih lanjut.
Hal ini juga menggambarkan cara otak manusia menangani informasi visulis dan lisan dengan cara yang berbeda.
Nama merupakan lambang abstrak, sementara wajah adalah rangsangan visual yang rumit dan penuh emosi, serta tak semua otak menempatkan keduanya dalam prioritas yang sama.
Berdasarkan artikel di Geediting tanggal Sabtu (26/4), ada 8 karakteristik kepribadian umum yang dimiliki oleh mereka yang hafal betul-betul dengan wajah seseorang namun kerap kali melupakan nama orang tersebut, sesuai penjelasan ilmu psikologi berikut ini:
1. Tipe Visual Dominan
Orang yang cenderung menghafalkan wajah umumnya mempunyai gaya pembelajaran serta pola pikir yang didominasi oleh unsur visual.
Mereka memiliki sensitivitas yang lebih tinggi terhadap rupa, ungkapan, serta aspek-aspekt visula lainnya.
Di bidang pendidikan, mereka cenderung lebih cepat memahami dan mengingat materi ketika disajikan dalam bentuk gambar, warna, atau mind map daripada hanya melalui teks atau perkataan saja.
Berdasarkan teori Multiple Intelligences karya Howard Gardner, orang dengan kecerdasan visual-spasial cenderung unggul dalam memahami pola, warna, serta relasi visual.
Tidak mengherankan, wajah lebih mudah tertinggal di ingatan mereka daripada nama-nama.
2. Empati dan Sensitif terhadap Perasaan
Muka manusia merupakan sumber pokok untuk mengekspresikan perasaan.
Orang yang bisa mengetahui dan menghafalkan wajah seseorang biasanya lebih sensitif terhadap perasaan serta tampilan ekspresi manusia lainnya.
Mereka dapat menanggapi perubahan ekspresi wajah secara cepat dan memahami emosi seseorang melalui pandangan mata atau tersenyum.
Mereka umumnya menjadi pendengar yang baik, sadar akan dinamika sosial sekitarnya, dan kerap diandalkan sebagai tempat berbagi masalah.
3. Instingtuf dan Bergantung pada Perasaan
Orang tersebut biasanya menggunakan perasaannya dalam menjalin hubungan sosial. Mereka lebih dulu ‘menyentuh’ emosi seseorang sebelum mereka memikirkan informasi spesifik seperti nama atau riwayat hidupnya.
Ini menjadikan mereka sangat tergantung pada persepsi awal yang didapat dari ekspresi wajah atau gerakan tubuh orang lain.
Nama mungkin dapat diubah atau terdengar aneh, namun aura serta ekspresi wajah sangat susah untuk dilepaskan dari ingatan seseorang yang memiliki intuisi tajam.
4. Kurang Memusatkan Perhatian pada Informasi Lisan
Nama merupakan data lisan yang bersifat sewenang-wenang (tidak teratur dan tak berarti secara visual).
Seseorang yang kerap melupakan nama cenderung kurang memperhatikan ketika informasi tersebut disampaikan—atau mungkin juga mereka merasa bahwa informasi itu bukanlah hal yang sangat penting.
Mereka cenderung memusatkan perhatian pada aspek-aspek emosi atau visual dalam pertemuan tersebut.
Ini tidak berarti bahwa mereka lupa, tetapi otak mereka memilih untuk menyimpan informasi yang dianggap lebih bernilai—dalam kasus ini, yaitu wajah.
5. Aktif dalam Kegiatan Sosial
Interaksi sosial yang banyak juga menyebabkan orang cenderung lebih bergantung pada penglihatan daripada menghafal nama-nama.
Saat mengenal begitu banyak orang dalam keseharian, nama mereka kadang-kadang bisa saling campur. Namun, wajah? Itulah hal yang jauh lebih sukar untuk disamarkan.
Di bidang psikologi, hal tersebut dikenal dengan istilah familiaritas wajah—merasakan keakraban dengan suatu wajah meskipun informasi lisan mengenai dirinya sudah tidak ada.
6. Sensitif Terhadap Detail
Kemampuan mengingat wajah mencerminkan kecermatan terhadap detail.
Mereka dapat mengenali ekspresi mikro (microexpressions), kerutan diwajah, hingga perubahan halus pada tampilan mereka.
Tipe orang semacam itu sesuai untuk pekerjaan yang mengharuskan analisis mendalam, misalnya menjadi seniman, desainer, terapis, atau bahkan detektif.
7. Kesulitan Menyambungkan Informasi yang Acak
Orang tersebut merasakan kendala saat mencoba untuk memori data yang tak berhubungan atau kurang terkait erat.
Nama menjadi informasi yang “hampa nilai” tanpa adanya konteks.
Sebaliknya, wajah mengandung berbagai kaitan seperti atmosfer dalam sebuah pertemuan, perasaan yang timbul, ataupun gerakan tubuh.
Dalam bidang kognitif, hal tersebut diketahui sebagai gagalnya pengkodean semantik — ketidakmampuan untuk menyambungkan data berupa kata-kata ke dalam ingatan jangka panjang.
8. Cenderung Ke Pribadiann Introvert Atau Ambivert
Walaupun kerap tampak sebagai orang yang suka bersosialisasi, sebenarnya banyak di antara mereka yang lebih condong ke arah sifat introvert atau ambivert.
Mereka lebih nyaman mengingat hal-hal personal seperti wajah, ekspresi, atau momen emosional daripada informasi verbal yang digunakan dalam percakapan formal.
Mereka menyimpan hubungan berdasarkan ‘perasaan’ lebih dari pada struktur sosial, sepeti nama, gelar, atau posisi.
Penutup: Bukan Orang Lupakan, Tetapi Memiliki Cara Mengingat yang Unik
Tidak mengingat nama seseorang tidak selalu menandakan bahwa orang itu lalai atau acuh.
Bisa jadi malah mereka cenderung mengingat aspek-aspek yang berbau emosi dan visual, yang biasanya memiliki arti yang lebih mendalam dalam interaksi antar Manusia.
Apabila Anda termasuk orang yang mudah mengingat wajib tetapi sering kali melupakan nama-nama, jangan risau. Hal tersebut bukanlah suatu kelemahan—itu hanyalah cara kerja otak khas Anda sendiri.
Mungkin saja, dengan memahami pola ini, kamu dapat mulai melatih diri untuk menghubungkan antara wajah dan nama dengan cara yang lebih baik.