BOLTIM Pikiran Rakyat –
Embun turun tanpa suara,
Mengingatkan jiwa yang hampir terlupakan,
Bahwa pagi adalah anugerah,
Yang hadir walaupun malamnya tidak tenang.
Langit masih pucat,
Tapi janjinya sudah hangat,
Antara gemerisik dedaunan dan ranting,
Ketenangan perlahan-lahan muncul dengan lembut.
Menancapkan biji di lahan yang masih lembab,
Dengan perlahan dan menyerah,
Menikmati kehidupan yang bangkit kembali,
Di kesunyian yang halus menggetahukan jiwa.
Wahai embun, wahai pagi,
Jadi penggugat nafas saya pada hari ini,
Bahwa saya tetap ingin mengulangi percobaan itu kembali,
Bersatu perlahan namun pasti, walaupun sendirian. ***