- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
government, political debates, politics, politics and government, public policygovernment, political debates, politics, politics and government, public policy - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
7
PR GARUT –
Program pendidikan karakter
Gapura Panca Waluya
Program yang diinisiasi oleh Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM), sekali lagi menjadi sorotan publik. Selain daya tariknya dari sisi konsep mirip dengan latihan militer barak, program tersebut juga mendapat perhatian akibat besarnya dana yang dialokasikan, hingga mencapai jumlah miliaran rupiah.
Dari sejumlah 273 peserta berasal dari beragam wilayah di Jawa Barat telah menyelesaikan program tersebut setelah melalui kurun waktu pelatihan selama 18 hari. Yang membuatnya semakin istimewa, kendati total pengeluarannya senilai Rp3,2 miliar, kegiatan ini malahan memperoleh sambutan hangat dari publik, terutama kalangan netizen. Mereka percaya bahwa usaha seperti ini memberi manfaat serta dampak langsung kepada masyarakat daripada beberapa proyek pemerintah lain yang seringkali dirasakan tidak memiliki efek signifikan bagi rakyat.
Dalam laporan formal yang dikirimkan oleh Dinas Pendidikan Jawa Barat ke Komisi V DPRD Jawa Barat, biaya untuk pelatihan berdurasi 18 hari itu totalnya mencapai Rp3,2 miliar. Apabila dihitung lebih detail, jumlah ini setara dengan dana sebesar Rp11,7 juta per siswa.
“Apabila dibagi berdasarkan jumlah peserta, masing-masing siswa harus membayar sekitar Rp11,7 juta,” kata Zaini Shofari, salah satu anggota Komisi V DPRD Jawa Barat, saat memberikan keterangan kepada media di Bandung.
Pelatihan itu melibatkan latihan fisik berat, pengembangan karakter, serta pendidikan kepemimpinan. Ide di balik program ini membuat orang mengenalnya sebagai “proses gabung dengan asrama militer”, walaupun sesungguhnya fokus utamanya adalah pada penguatan moral dan kedisiplinan seperti dalam gaya kepemimpian.
Saat banyak mengkritisi beragam projek pemerintahan yang dinilai tidak hemat, tanggapan publik terhadap program ini cukup baik. Sebagian besar orang menemukan bahwa alokasi anggaran senilai Rp 3,2 miliar guna membangun kepribadian pemudi dan pemuda merupakan investasi yang sesuai.
Sebuah komentar dari pengguna media sosial mengatakan,
3,2 juta rupiah untuk mendidik murid masih lebih baik dibandingkan dengan triliunan hanya dipakai untuk pertemuan-pertemuan yang berputar-putar tanpa ada hasil.
Komentar lain menyatakan,
Tidak apa-apa, uang itu berasal dari pajak kendaraan. Saya dengan senang hati membayar jika demi masa depan generasi kita yang lebih baik.
Pada acara penutupan bagi peserta pelatihan, Gubernur Kang Dedi Mulyadi menghadiri sendiri dan mempersembahkan penghargaan kepada para siswa. Dia menekankan bahwa tanggapan orangtua atas hasil pelatihan merupakan ukuran kesuksesan dari program tersebut.
“Respons para orangtua dapat dijadikan acuan untuk menanggapi keragu-raguan yang timbul terkait dengan program pendidikan karakter itu,” kata KDM.
Pendekatan KDM yang secara langsung mempengaruhi masyarakat dipandang lebih efisien dibandingkan dengan sistem birokrasi yang cenderung lambat dan rumit. Meskipun digambarkan sebagai “gubernur konten”, Kang Dedi sukses menunjukkan bahwa ketenaran dalam media sosial dapat dikombinasikan dengan pelaksanaan program-program konkret serta dampaknya yang signifikan terhadap kehidupan sehari-hari warganya.
Diupayakan agar Program Gapura Panca Waluya dapat bermanfaat sebagai contoh pengembangan karakter bagi wilayah-wilayah lain di Indonesia, terlebih lagi dalam menghadapi masalah krisis etika dan kepemimpinan yang melanda kalangan pemuda.
Kang Dedi mengungkapkan tekadnya untuk meneruskan pemberdayaan dan pengembangan program tersebut supaya semakin banyak murid dapat menikmati keuntungan dari latihan yang mencakup aspek non-akademis seperti pembentukan karakter, disiplin diri, serta penanaman rasa nasionalisme. ***