- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
islam, news, religion, spirituality, traditionsislam, news, religion, spirituality, traditions - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
19
lowongankerja.asia
Beberapa ibadah sunnah disarankan dilakukan di bulan Syawal 1446 H ini.
Sekarang kita telah berada di bulan Syawal, Senin (31/3/2025).
Keunggulan bulan Syawal terletak pada kesempatan untuk menyelesaikan serangkaian ibadah yang dimulai di bulan Ramadan.
Berdasarkan informasi dari Baznas.go.id, berikut adalah beberapa perbuatan yang disarankan bagi setiap Muslim untuk dilakukan selama bulan Syawal, termasuk mulai dari ibadah puasa sampai bersedekah.
Perbuatan Khusus pada Bulan Syawal
1. Fast selama 6 hari di bulan Syawal
Puasa selama enam hari pada bulan Syawal membawa pahala yang setara dengan berpuasa sepanjang tahun.
Seperti yang termaktum di dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Ayub Al-Anshari, Nabi Muhammad SAW berucap:
Siapa yang berpuasa Ramadan lalu diikuti dengan enam hari dari bulan Syawal, maka akan seperti ia telah berpuasa seumur hidup.
Siapapun yang menunaikan ibadah puasa Ramadan kemudian dilanjutkan dengan puasa enam hari pada bulan Syawal, akan mendapatkan pahala seperti ia telah menjalankan puasa selama satu tahun.
(Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dan juga direkam oleh Imam Ahmad dalam kitabnya berdasarkan riwayat Jabir).
2. Puasa Senin Kamis
Di luar puasa Syawal, ada beberapa keterangan yang menyebutkan bahwa puasa pada hari Senin dan Kamis adalah jenis ibadah sunnah yang digemarkan oleh Rasulullah SAW.
Seperti yang dinyatakan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha: “Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasalam begitu bersemangat dan tekun untuk melaksanakan ibadah puasa pada hari senin dan kamis.”
(HR. Tirimidzi, An-Nasai, Ibnu Majah, Imam Ahmad)
Menurut buku Puasa Senin-Kamis karya Mahmud Ahmad Mustafa, senin dan kamis adalah hari di mana amalan seseorang dikaji. Hal ini berdasarkan riwayat yang berasal dari Abu Hurairah RA, beliau menerangkan perkataan Rasulullah SAW:
“Perbuatan-perbuatan tersebut dievaluasi setiap hari Senin dan Kamis. Oleh sebab itu, saya berharap agar amalan saya dievaluasi ketika diri ini tengah berpuasa.” (HR Tirmidzi).
Para ulama mengatakan bahwa bila niat puasa Senin Kamis disatukan dengan puasa Syawal, maka hal tersebut diperbolehkan.
Puasa Senin Kamis serta puasa Syawal dapat dikelompokkan bersama-sama, mirip dengan tekad melaksanakan bersedekah dan menjalin tali persaudaraan.
Apabila seseorang menunaikan dua puasa sunnah secara berurutan, dia akan mendapatkan ganjaran dari kedua-duanya.
Maka umat muslim yang mengerjakannya bisa mendapatkan dua manfaat dari dua aktivitas puasa sunnah tersebut.
3. Puasa Ayyamul Bidh
Salah satu amalan sunnah di bulan Syawal yang lain adalah melakukan puasa Ayyamul Bidh.
Puasa sunnah dilakukan pada tanggal 13, 14, dan 15 (menurut kalender Hijriyah) tiap bulannya.
Menurut riwayat dalam buku Bukhari yang diperoleh dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘As RA, salah satu keistimewaan puasa Ayyamul Bidh setara dengan berpuasa sepanjang tahun.
Prinsip ini pun diuraikan dalam kitab Abu Dawud.
Puasa tiga hari adalah sama seperti puasa seumur hidup.
Artinya:
“Berpuasa selama tiga hari dalam setiap bulan sama dengan berpuasa sepanjang tahun.” (HR Bukhari)
Puasa Ayyamul Bidh termasuk dalam ketiganya sebagai sesuatu yang selalu dilaksanakan oleh Nabi SAW dan tidak pernah dilewatkan.
Seperti yang tercatat dalam riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad SAW menasihati salah satu sahabatnya, Abu Darda, dengan tiga pesan penting.
Teman dekatku menyuruhiku untuk melakukan tiga hal dan aku tidak akan meninggalkannya sampai akhir hidupku: berpuasa selama tiga hari setiap bulan, shalat dhuha, serta tidur di waktu malam dengan membaca wirid.
Artinya:
“Rasulullah SAW menasehatkan kepada saya tiga perkara yang selalu kuperbuat sampai akhir hayatku, yakni berpuasa selama tiga hari di tiap bulan, melaksanakan dua rakaat shalat Duha, serta melakukan shalat Witir sebelum terlelap.” (HR Bukhari dan Muslim)
4. Silaturahmi
Bulan Syawal adalah waktu yang tepat untuk mempererat tali kebersamaan.
Ancaman untuk melestarikan hubungan baik dengan orang lain dirinci dalam suatu hadits yang berasal dari Abu Ayyub Al Anshori. Pernah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dimintakan nasihat mengenai amalan apa saja yang bisa membawa keselamatan menuju surga, kemudian beliau menyatakan:
Kamu menyembah Allah tanpa mempersembahkan apapun kepada-Nya, menjalankan sholat, memberi zakat, dan meneguhkan tali silaturrahmi.
Artinya:
“Sujudkanlah diri kepada Allah, jangan sekali-kali mempersekutukan Dia dengan apa pun, lakukan sembahyang secara rutin, bayarlah zakat, serta jagalah hubungan baik dengan keluarga dan kerabat.” (HR. Bukhari no. 5983)
Selain mendapatkan keutamaan berupa kelapangan rezeki dan juga perwujudan keimanan seseorang, menyambung tali silaturahmi juga dapat mencegah diri kita dari dosa yang menjerumuskan kita ke dalam api neraka.
Hal ini sesuai dengan apa yang disebutkan dalam hadis dari Abu Bakroh, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Tidak ada dosa yang lebih pantas mendapatkan hukuman dari Allah Swt. di dunia – dengan apa yang disimpan untuknya di akhirat – seperti halnya kezaliman dan memutus hubungan keluarga.
Artinya:
“Tidak ada kesalahan yang lebih patut mendapat hukuman di dunia ini—beserta sanksi yang tersimpan baginya pada hari akherat—daripada bertindak zalim dan menghentikan hubungan keluarga (silaturahmi dengan saudara atau kerabat)” (diriwayatkan oleh Abu Daud dalam hadits nomor 4902, Tirmidzi dalam hadits nomor 2511, serta Ibn Majah dalam hadits nomor 4211; Hadis ini dinyatakan Sahih).
5. Bersedekah
Sedekah juga menjadi amalan yang dianjurkan oleh Rasulullah untuk dilakukan kapanpun.
Memberikan sedekah harus dilaksanakan dengan cepat sebagai wujud rasa terima kasih atas karunia yang diberikan oleh Allah SWT.
Amalan ini sangat dicintai Allah, sehingga diberikan balasan dan pahala yang berlipat ganda bagi setiap muslim yang mengerjakannya.
Dengan melakukan sedekah, kita akan mengembangkan rasa empati yang kuat, terbebas dari sikap pelit, dan senantiasa mensyukuri apa pun yang dimiliki, sekaligus membuka berbagai jalannya rejeki.
Oleh karena itu, sedekah tidak pernah membuat hartamu berkurang, justru sebaliknya.
Sedekah justru akan membuka pintu rejeki selebar-lebarnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Tidak ada yang berkurang dari harta ketika seseorang memberi sedekah.
Artinya :
“Sedekah tidak membuat hartamu berkurang.” ( HR. Muslim no. 2558, dari Abu Hurairah )
Menurut sebuah hadits lain, Asma’ binti Abi Bakr mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada saya:”
Belanjakan atau sebarkanlah, apakah punya air mawar atau tidak, jangan pelit karena Allah akan mencatatnya untukmu, dan jangan menghematkannya terlalu banyak sehingga Allah juga mencatat hal itu atas dirimu.
Artinya :
Sedekahkan harta Anda. Jangan pelit atau terlalu memikirkan jumlah yang disedekahkan karena hal itu dapat mencegah berkat rezeki. Sebaliknya, lakukan dengan ikhlas agar berkah melimpahi keuangan Anda.
Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu”.
(*)
Artikel ini sudah dipublikasikan di
Tribunnews.com