- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
dementia, health, illness, medical conditions and diseases, neurological diseases and disordersdementia, health, illness, medical conditions and diseases, neurological diseases and disorders - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
2
,
Jakarta
– Pemahaman akan penyakit
parkinson
Lebih umum dikenali sebagai disfungsi pada sel-sel saraf di otak yang membuat badan sulit dikendalikan saat melakukan berbagai macam gerakan. Meskipun demikian, penderita Parkinson juga menderita gejala-gejala lainnya yang tak kalah menyakitkan dan mempersulit mereka, seperti hilang indra penciuman, konstipasi, hingga terkena gangguan psikologis seperti depresi serta insomnia.
Untuk pasien-pasien yang mengalami gejala di luar batasan masalah motorik, disebut pula sebagai gejala non-motorik. Gejala-gejala tersebut dapat mempengaruhi mood serta kestabilan emosi mereka. Sebagaimana dikemukakan pada situs web terkait tersebut.
Parkinson’s Foundation
Jessica Shurer selaku Direktur Bidang Klinik dan Advocacy menyampaikan, “Setiap masalah kronis serta berkelanjutan yang berkaitan dengan Parkinson mencakup elemen-elemen fisiologi dan bisa memberi dampak pada kondisi psikologis para penderita.”
Mereka pun menyebutkan bahwa karakteristik apatis dapat timbul pada penderita Parkinson, bersama-sama dengan perasaan cemas. Ironisnya, tanda-tandanya sering kali tidak ditangani dan biasanya dilupakan akibat fokus utama pada gejala-gejala non-motor yang kurang dikenal.
Pada tahap Parkinson yang lebih parah, gangguan kognitif yang belum ditangani dapat menyebabkan penurunan fungsi berpikir dan memori. Hal ini pada gilirannya bisa mencetuskan jenis Parkinson lain seperti demensia dengan badan Lewy. Selain itu, ada pula potensi bagi pasien untuk mengalami delusi atau penglihatan palsu.
Kenapa Kebijakan Itu Dapat Berlangsung?
Di lingkungan pasien Parkinson, keseimbangan otak mereka telah terganggu sejak permulaan, menyebabkan zat kimia di otak seperti dopamin—yang juga turut serta menjaga regulasi hormon tubuh lainnya—berfungsi abnormal. Hal ini menurut laporan tersebut.
Parkinson.org
, kemakmuran psikis juga turut dipengaruhi, terlebih lagi bila pasien tidak memperoleh asupan gizi yang seimbang serta istirahat yang mencukupi dan berkualitas.
Pada studi yang telah dikerjakan serta dirilis ini,
National Library of Medice
, sekitar 40 sampai 50 persen penderita Parkinson menderita depresi. Depresi ini dapat berkisar dari jenis ringan hingga berat, disebabkan oleh kerusakan pada sistem saraf otak. Pada penderitanya terjadi hilangnya banyak sel-sel penting dalam area bernama nukleus coeruleus, hal ini menyebabkan perubahan struktural pada otak serta menurunnya tingkat serotonin—sebuah zat kimia yang mendukung mood positif.
Famili dari Pasien Parkinson juga Dapat Merasakan Stres
Ternyata, keluarga yang merawat pasien Parkinson pun dapat mengalami masalah kesehatan mental akibat gejala-gejalanya. Gejala tersebut sebenarnya memberi dampak berat pada orang-orang yang menanganinya.
Pasalnya, dilansir dari
Hopkins Medicine
Kondisi Parkinson memerlukan perhatian ekstra dan tidak termasuk dalam daftar efek samping dari terapi Parkinson itu sendiri.
Dalam perawatan pasien yang menderita penyakit
parkinson
Diperlukan pula pengetahuan tambahan sebab gejala Parkinson serta efek samping dari pengobatan Parkinson dapat menimbulkan kesamaan. Keluarga yang menjaga pasien pun perlu bersifat adaptif untuk tetap terlibat dalam setiap janji temu dengan dokter. Karena alasan tersebut, diusulkan bahwa anggota keluarga pasien turut serta menghadiri sesi-sesi konsultasi medis.
supportive group
supaya dapat berbagi pengalaman mengenai tantangannya serta mencegah stres atau bahkan depresi.