- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
business, culture, government, indonesia, newsbusiness, culture, government, indonesia, news - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
3
lowongankerja.asia
, JAKARTA — Departemen Perdagangan (
Kemendag
) menyebut tren gerai
ritel
Yang rontok bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negeri-negeri lain.
Menteri Perdagangan Budi Santoso menyebutkan bahwa penutupan gerai ritel juga dialami oleh beberapa tempat
Singapura
karena tidak dapat menyesuaikan dengan perilaku konsumen yang sudah berubah.
Sayangnya, Budi tidak memberi keterangan lengkap tentang berapa jumlah total gerai ritel yang menutup usaha di Indonesia.
Nanti saya periksa dulu [jumlah gerai ritel yang tutup], ini bukan cuma terjadi di Indonesia.
lho
Ya, tren tersebut juga terjadi di Singapura [dengan penutupan gerai ritel],” ujar Budi usai menghadiri launching Gerakan Kamis Pakai Lokal di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, pada hari Kamis (8/5/2025).
Budi mengatakan bahwa Kemendag sudah melakukan pembicaraan dengan Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) terkait toko retail yang akan tutup pada tahun ini.
Menurut laporan yang diterima Kementerian Perdagangan, Budi menjelaskan bahwa konsep peritel skala besar bukan cuma dijadikan sebagai lokasi untuk membeli barang, tetapi juga seharusnya merangkul model pembelanjaan serta cara hidup masyarakat zaman now.
“Ketika kami diskusi [dengan
APPBI
], makanya mal,
department store
, atau mal belanja moden yang masih berdiri jika ia terdapat
experience
dan
journey
Jadi ketika orang berbelanja, mereka ingin sekalian jalan-jalan, makan, dan melakukan aktivitas lainnya.
hangout
bersama keluarganya serta sahabat-sahabatnya,” jelasnya.
Di samping itu, tambah Budi, ritel besar pun bakal kalah bersaing melawan toko online (
online
Untuk alasan tersebut, ia menggarisbawahi bahwa runtuhnya gerai ritel di Indonesia tidak dipicu oleh pengurangan kemampuan membeli konsumen, tetapi lebih kepada perubahan perilaku dan preferensi gaya hidup mereka.
“Oleh karena itu disebabkan perubahan pola konsumsi masyarakat, kemampuan membeli mereka tidak terdampak karena sebenarnya cuma bergeser,” jelasnya.
Asosiasi Pedagang dan Penyewa Mal Indonesia (Hippindo) sebelumnya mengatakan bahwa biaya operasional yang tinggi merupakan salah satu alasan mengapa banyak gerai ritel di dalam negeri tutup.
Budihardjo Iduansjah, Ketua Umum Hippindo, menyebutkan bahwa di samping biaya operasional yang tinggi, sejumlah ritel juga tidak dapat bersaing melawan kompetitor yang memiliki jumlah gerai lebih banyak.
“Mungkin
costing
-Urusannya cukup besar. Sebagai contoh, jika ukuran tokonya hanya sebesar 10. Dia tidak akan mampu berkompetisi dengan toko-toko yang lebih banyak,” jelas Budihardjo ketika ditemui di Kantor Kementerian UMKM, Jakarta, pada hari Selasa (6/5/2025).
Menurut dia, pola tutupnya toko-toko ini sebenarnya akibat dari perseteruan perdagangan antara Amerika Serikat dan China yang menyebabkan banyak pihak dalam industri ritel bangkrut, bahkan hingga ke berbagai belahan dunia.
Dia juga mengharapkan bahwa pemerintah akan memberikan keringanan dalam proses perizinan usaha sehingga sektor ritel dapat dengan bebas melakukan ekspansi.
“Itu akibat dari perang dagang, ekonomi global sedang mengalami penurunan. Kami hanya meminta pemerintah untuk lebih melemahkan aturan dalam berbisnis, menurunkan tarif pajak, dan memberikan bantuan keuangan secara langsung, ini semua akan melindungi industri ritel,” jelasnya.
Namun demikian, Budihardjo mengantisipasi bahwa industri ritel dalam negeri masih menunjukkan prospek baik meskipun banyak gerai retail tutup, terlebih lagi dengan jumlah penduduk mencapai 270 juta jiwa.