- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
cities and towns, community, local news, travel, travel destinationscities and towns, community, local news, travel, travel destinations - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
4
Laporan Jurnalis TribunPriangan.com, Ai Sani Nuraini
, CIAMIS –
Banyak masyarakat memilih menggunakan liburan Lebaran Iduladha tahun 2025 ini untuk melakukan perjalanan wisata ke tempat-tempat alami luar ruangan. Salah satunya adalah lokasi bernama Leuwi Pamipiran, yang letaknya ada dalam area milik Perhutani, di wilayah Dusun Sukawening, desa Tanjungsari, kecamatan Sadananya, kabupaten Ciamis. Kunjungan orang-orang ke sana cukup padat saat periode tersebut.
Area ini menampilkan pesona alam yang masih terpelihara dengan baik. Air di dalamnya tetap bersih dan murni, menjadikan hal ini sebagai atraksi primanya untuk para tamu.
Rudiana, yang merupakan pegawai bantuan dari Perhutani Ciamis, menyebutkan bahwa Leuwi Pamipiran tidak hanya menampilkan pesona alamnya saja, tetapi juga membawa atmosfer kesalehan agama.
“Alhamdulillah, tempatnya masih terjaga keasliannya. Kondisi air sungguh bening dan menyejukkan. Tempat ini berada kira-kira 16 kilometer dari tengah-tengah Kota Ciamis; sementara itu hanya dapat dicapai dengan menggunakan sepeda motor,” ungkap Rudiana ketika bertemu dengan kami di Leuwi Pamipiran pada hari Sabtu, tanggal 7 Juni 2025.
Di dekat lokasi tersebut, kurang lebih 1 kilometer jaraknya, berada sebuah situs budaya bernama Eyang Tanjungsari, tempat ini dipercayai memiliki hubungan dengan asal-usul Desa Tanjungsari.
“Area ini telah dikaji sebelum pandemi Covid-19 dimulai. Saat ini dioperasikan lewat kolaborasi antara tim manajemen dan Perhutani, dengan perjanjian kerjasama yang efektif sejak bulan April tahun 2024. Syukur alhamdulillah, hingga kini kondisi tetap terjaga dan aktif,” ungkap Rudiana.
Agar dapat menikmati atraksi wisata ini, para tamu hanya perlu merogok kocek sebanyak Rp5.000 untuk biaya tiket masuk tiap individunya dan tambahanRp3.000 sebagai tarif parkir kendaraan bermotor roda dua.
Fasilitas yang ada meliputi musala, kamar mandi, warung makan, tempat penyimpanan sementara, serta jalanan yang selalu diperbaiki.
“Kapasitas parkir dapat menampung hingga kira-kira 150 sepeda motor. Ketika sedang sibuk, jumlah pengunjung bisa melebihi 300 orang per harinya,” ujarnya.
Pada umumnya, jumlah pengunjung selama weekdays dapat mencapai sekitar 50 orang setiap harinya, sedangkan pada weekends ataupun saat-saat liburan, angka tersebut bisa naik menjadi 150 orang.
Pada masa istirahat Lebaran serupa dengan yang sedang berlangsung, tingkat kunjungan tetap tercatat sekitar 150 orang setiap harinya.
Dikelilingi oleh keindahan air yang tetap murni dan hutan yang sejuk, diyakini bahwa air di Leuwi Pamipiran memiliki kemampuan untuk mengobati berbagai jenis penyakit.
Saat yang sama, Menurut Muslihudin, sang ketua manajemen dari objek wisata Leuwi Pamipiran, selain difungsikan sebagai destinasi pariwisata, lokasi ini dapat dipakai pula untuk aktivitas berenang dan memiliki kegunaan terapeutik.
“Misalnya saja mereka yang mengeluh tentang otot kaku atau rasa gatal, dengan bersyukur bisa diobati, karena air ini berasal langsung dari Gunung Sawal dan belum tercemar. Jadi selain berenang, tempat ini pun dapat digunakan untuk terapi,” ujarnya.
Muslihudin menyinggung bahwa adanya tempat wisata Leuwi Pamipiran tak hanya merangsang perekonomian, melainkan juga berpotensi mengurangi bebannya warga sekitar.
“Saat itu, jika mengangkut hasil panen seperti padi, mereka harus menggunakan bahu untuk membawanya. Namun sejak adanya tempat wisata ini, para petani dapat mengangkut padi dengan menggunakan kendaraan roda dua karena telah terdapat jalur lalu lintas yang dibuat,” katanya.
Seorang pengunjung bernama Haifa (25), seorang pendatang asal Ciamis yang kini tinggal di Jakarta, menyatakan bahwa ini adalah kunjungan pertamanya ke Leuwi Pamipiran. Rekomendasinya berasal dari sang adik.
“Airnya tetap jernih dan lokasinya terpelihara dengan baik. Pengelolaan warung-warung di area ini pun telah cukup memadai. Mungkin satu-satunya hal yang perlu ditingkatkan adalah kondisi jalur akses masuk yang belum optimal. Jika hal tersebut diperbaiki, para pengunjung tentu akan semakin merasa nyaman,” ungkap Haifa.
Dia merasakan kegembiraan terhadap jenis petualangan alam semacam itu. Di samping memuaskan dirinya dengan pesona sungai tersebut, dia pun meluangkan waktu untuk bermain air, mengabadikan momen lewat foto-foto, serta menyantap hidangan-hidangan yang tersedia di area sekitarnya.
“Saya lihat di media sosial, tempat ini cukup sering jadi trending. Ternyata memang bagus. Sangat direkomendasikan bagi yang suka wisata alam,” katanya.
Seiring dengan peningkatan ketertarikan para wisatawan yang semakin bertambah, diharapkan Leuwi Pamipiran bisa dikelola secara berkelanjutan sehingga lingkungan dapat dipelihara dengan baik, sambil juga memberikan dampak positif pada aspek ekonomi untuk warga setempat.
(*)