- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
children and families, maternity, motherhood, pregnancy, womenchildren and families, maternity, motherhood, pregnancy, women - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
14
lowongankerja.asia
Menjemput bayi ke rumah setelah proses kelahiran merupakan momen terbahagia dalam hidup seorang wanita. Namun, beberapa di antaranya mungkin tidak merasakan hal tersebut sebagai suatu pengalaman yang menyenangkan.
Sebenarnya, 85% wanita yang baru melahirkan akan mengalami
baby blues
Atau disorientasi suasana hati pasca persalinan. Keadaan ini diakibatkan oleh perubahan hormonal yang bisa mengarah pada rasa cemas, menangis tanpa sebab yang jelas, serta ketidaktenangan.
Disebut juga
postpartum blues
,
baby blues
Sebenarnya ini merupakan wujud dari depresi yang ringan dan bersifat sementara, timbul beberapa hari pasca melahirkan serta menghilang ketika hormon sudah kembali normal. Umumnya hal tersebut berlangsung kurang lebih dua minggu.
Gejala
baby blues
di antaranya merasa kesepian, gampang terganggu dan jengkel, mengalami kesusahan untuk tertidur, merasa takut dalam menjaga bayi, serta pergolakan emosi yang cepat.
Bila tidak diatasi secara tepat, kira-kira 10 sampai 15 persen dari kondisi tersebut mungkin akan berubah menjadi depresi pasca melahirkan yang lebih parah.
Depresi pasca penyalinan cenderung dialami oleh sebagian orang tertentu seperti wanita berkelompok dengan catatan keresahan, depresi, atau masalah mood. Tambahan lagi, mereka yang punya kerabat mengidap penyakit tersebut juga rentan.
baby blues
juga lebih mungkin mengalaminya.
Berdasarkan pendapat psikolog dari Klinik Psikologi di Rumah Sakit Bethsaida Gading Serpong yakni Joice Novita Kristianto Sp.Psi, selain penyebab yang berasal dari hormon,
baby blues
juga disebabkan oleh rasa lelah secara fisik serta kurang mendapatkan dukungan dari pihak keluarga ataupun pasangan.
“Setelah bersalin, sang ibu menghadapi pergantian hormon yang cukup besar. Ditambah dengan kelelahan ekstra, pola tidur terganggu, serta beban psikologis, hal ini dapat menyebabkan baby blues hingga depresi pascapersalan,” ungkap Joice.
Mengurus kesehatan diri agar menghindari baby blues
Setelah melewati masa bersalin yang berat, tak sedikit wanita yang terlampau sibuk mengurus segala keperluan sang buah hati sampai akhirnya luput dalam menjaga kesejahteraannya sendiri.
Sebenarnya, masa setelah bersalin adalah saat yang krusial bagi wanita untuk menyembuhkan tubuh, pikiran, dan hati mereka, serta mencakup penghargaan terhadap diri sendiri melalui ritual perawatan pribadi.
Joice mengingatkan bahwa
pampering
Bukan hanya tentang kemewahan, tetapi lebih kepada kebutuhan psikologis ketika seseorang sedang beradaptasi dengan perannya baru sebagai seorang ibu.
Menurut dia, banyak wanita yang merasa bersalah ketika berkeinginan untuk menjaga kesehatan dirinya paska proses persalinan. Sebenarnya,
me-time
Dan merawat diri sendiri sebenarnya dapat mendukung keseimbangan emosional, menaikkan tingkat kepercayaan diri, serta mempersiapkan ibu dengan lebih baik untuk menghadapi perannya yang baru.
“Merawat dapat berarti istirahat ringan, tidur bermutu tinggi, perawatan kecantikan, atau bicara dengan ahli jiwa. Hal utama ialah membentuk lingkungan bagi sang ibu agar merasa tenang, diapresiasi, serta lagi menyatu dengan diri sendiri,” jelasnya.
Studi mengungkap bahwa disfungsi mood pada wanita pasca persalinan dapat dihindari melalui langkah-langkah mudah seperti menyempatkan waktu untuk istirahat dan tertidur, menjalanankan ritual perawatan pribadi, serta menerima dukungan dari keluarga dan teman dekat.
Ayah-ayah pun dapat turut serta secara aktif dalam mengurus anak-anak, yang memberi kesempatan bagi ibu untuk menjaga kesehatannya.
“Partisipasi bapak ini akan membuat ibu merasa didukung dan tak lagi merasa kesepian,” ungkapnya.
Jika gejala
baby blues
Jika gejalanya berlanjut selama lebih dari dua minggu, menjadi semakin buruk, atau menghambat kemampuan ibu dalam menjaga bayinya, bisa jadi ini adalah tanda depresi pasca persalinan yang membutuhkan perhatian medis tambahan. Tidak perlu ragu untuk langsung mencari bantuan dari ahli seperti psikolog atau psikiater.
“Setiap ibu memiliki cerita dan hambatan masing-masing. Kehadiran kami tidak bertujuan untuk menilai, melainkan untuk menyokong dengan cara yang hangat dan penuh belas kasihan,” ungkap Joice.