- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
controversies, disasters, military, news, politicscontroversies, disasters, military, news, politics - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
5
Suara Flores-
Pernyataan Ketua Umum GRIB Jaya, Rosario de Marshal atau dikenal sebagai Hercules, yang menyebutkan seorang tokoh senior militer, Jenderal (Purn) Sutiyoso, dalam kata-kata menghina, telah menciptakan amarah luar biasa di antara para pensiunan tentara TNI di Sumatera Utara.
Pernyataan Hercules yang menyebut
“mulut bau tanah”
tersebut dianggap sebagai suatu tindakan yang melecehkan martabat dan pengorbanan para jenderal beserta seluruh institusi TNI.
Meskipun Hercules sudah mengungkapkan penyesahannya, api amarah telah dengan cepat menyebar ke hati para veteran yang merasa martabat pasukan mereka direndahkan.
Video yang menjadi perbincangan luas di platform-media sosial menunjukkan seekor mantan anggota Tentara Nasional Indonesia dalam keadaan marah sambil berbicara dengan intonasi suara yang naik.
Hei Hercules, perhatikan ini! Ini adalah suara dari seseorang yang telah pensiun. Kamu bisa mencibir tentang kehidupan lanjut umur kita, tetapi pertimbangkan dahulu pengorbanan kita!” katanya dengan keras, dipenuhi emosi serta jiwa berjuang yang tidak pudar karena bertambahnya tahun.
Dengan nada suara gemetar dan pandangan marah memancarkan kemarahan, mantan tentara itu menyatakan tegasnya bahwa perilaku sombong serta tidak mengenal batas layaknya yang dilakukan oleh Hercules adalah sebuah pengecualian terhadap nilai-nilai sejarah dan dedikasi TNI.
Dia menyentuh tentang masa lalu Hercules yang dikenal hanya sebagai TBO (Tamtama Bantu Operasi) dan tidak terlepas dari kontribusinya serta perlindungannya oleh instansi militer.
“Apa peranmu? Hanya sebagai seorang TBO saja, bahkan hal tersebut dikarenakan usaha dari para TNI! Sekarang engkau merasa penting? Semua berkat kerja keras TNI! Pikirkan baik-baik posisimu agar tidak menyesal nanti,” katanya dengan tegas.
Pernyataan tersebut mencerminkan solidaritas dan kesetiaan yang kuat dari para mantan tentara kepada pemimpin militer mereka.
Mereka menggarisbawahi bahwa walaupun sudah pensiun, nyala semangat perjuangan serta kesediaan diri dalam menjaga martabat TNI masih terjaga dengan baik.
“Kita bukan ayam sayuran, kita ayam juara! Meski sekarang kita sudah pensiun, tetapi jiwa kita masih pejuang. Siap menghadapi kematian hingga darah habis,” tegasnya dengan nada yang bulat.
Respon publik ternyata bergejolak. Mayoritas orang berpendapat bahwa kekesalan mantan prajurit tersebut adalah hal yang wajar serta tepat sebagai upaya mempertahankan marwah lembaga militer TNI yang sudah lama mengabdikan diri kepada tanah air dan negara.
Tetapi, tidak sedikit juga orang yang menginginkan kedua belah pihak untuk memilih jalan perdamaian dan menghormati etika saat memberikan kritik.
Kejadian tersebut mencerminkan bahwa menghargai kontribusi para pahlawan dan figur militer tak sekadar masalah etika, tetapi juga berkaitan dengan martabat dan kebanggaan sejarah negara kita.
Pelajaran utama adalah jangan sampai terkena pengaruh kesuksesan sehingga melupakan awal mulanya serta orang-orang yang telah membantu dalam kariernya. ***