- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
climate change, disasters, environmental disasters, global warming, natural disastersclimate change, disasters, environmental disasters, global warming, natural disasters - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
12
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) melaporkan adanya 142 lokasi hangat atau kebakaran hutan yang dideteksi dan menyebar di Pulau Sumatera dan Kalimantan antara bulan Januari sampai April tahun 2025. Menurut Menteri LHK, Hanif Faisol Nurofiq, data ini diperoleh berdasarkan pengamatan satelit Tera Aqua NASA.
Mulai dari tahun 2025 hingga sekarang, sesuai dengan informasi yang diperoleh melalui satelit Terra Aqua NASA ada total 142 titik hangat atau ‘hotspot’ dengan tingkat kepercayaan kategori tinggi,” jelas Hanif saat menghadiri Rakor teknis di Jakarta pada tanggal 17 April.
Hanif menyebutkan bahwa 142 titik api tersebut berasal dari 97 peristiwa yang terjadi di berbagai daerah seperti Aceh, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, sampai Kalimantan Tengah.
Dia menyebutkan bahwa jumlah titik api dan insiden kebakaran hutan hingga April 2025 sangatlah lebih sedikit bila dibandingkan dengan periode serupa di tahun 2024.
“Hotspot atau titik panas di seluruh negeri mengalami penurunan hampir 80,22% pada tahun 2025 bila dibandingkan dengan periode serupa di tahun 2024,” katanya.
Berdasarkan informasi dari tahun 2015 hingga 2025, kebakaran di area pertanian berlangsung akibat tiga sebab utama, termasuk hubungan dengan persiapan tanah untuk peruntukan perkebunan.
Selanjutnya, kebakaran lahan dan hutan pun melanda di daerah-daerah dengan adanya praktik ilegal seperti perkebunan atau pertambangan. Tambahan pula, area-area terbuka yang direncanakan untuk digunakan dalam aktifitas ilegal memiliki risiko meningkatkan luasan kebakaran.
“Selanjutnya, keadaan tanah terlebih lagi gambut di masa kemarau sangat rentan terhadap api,” katanya.
Sebab lain dari kebakaran di lahan dan hutan adalah praktik pembakaran lahan oleh masyarakat setempat.