- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
employees, job, jobs and careers, journalism, newsemployees, job, jobs and careers, journalism, news - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
11
Oleh: Abdul Karim
Ketua Dewas LAPAR Sulsel,
Majelis Demokrasi & Humaniora
lowongankerja.asia
– Mungkin honorer merupakan narasi mengenai dedikasi berkepanjangan bagi negeri yang menuju kemakmuran.
Kami paham betul bagaimana cerita para honorer dimulai, tetapi sangatlah sukar menebak bagaimana akhir dari kisah mereka tersebut.
Cuma jam dinding dan kalender saja yang menjadi saksi bisu berganti-ganti memandu perjalanan panjang para honorer.
Honorer berawal dari keinginan masyarakat yang ingin menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), lalu pemerintah membuat kesempatan bagi mereka yang bercita-cita tersebut.
Honorer merupakan jalur panjang menuju impian menjadi Pegawai Negeri Sipil.
Jembatan tersebut dihadapkan pada berbagai kesulitan akibat beban pekerjaan yang semakin bertambah. Honorer tersebut perlu mengatasi rintangan ini supaya dapat naik status kepegawaian menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN), walaupun waktu pastinya diketahui oleh-Nya saja.
Pada era Orde Baru, tenaga honorer banyak ditemukan di kantor pemerintahan, dan hal ini tidaklah sederhana.
Orang-orang yang ingin menjadi pegawai honorer harus memiliki surat pengantar dari instansi pemerintah agar dapat secara resmi dinyatakan sebagai tenaga honorer.
Jarum tersebut umumnya merupakan keluarga atau saudara keluarga. Tetapi jika takdir menguntungkan dan tidak memiliki hubungan keluarga, hal ini juga bisa terjadi — karena biasanya masih ada staf di instansi tersebut yang merasa kasihan kepada calon honorer.
Saya masih mengingatnya dengan jelas, di akhir tahun 1980-an, di desa kami ada seorang pemuda yang setelah menyelesaikan pendidikannya hingga diploma, lantas bekerja sebagai pegawai honorer di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Dia pun kemudian menjadi guru SMP di desa tempat tinggal kita.
Awalnya, dia bekerja sebagai staf administratif di sana. Tetapi, dia sudah memakai seragam safari dinas seperti Pegawai Negeri Sipil. Setelah beberapa waktu, dia menjadi guru pengajarn di sekolah menengah pertama tersebut dan dipanggil dengan sebutan “guru”.
Jika tidak keliru, selama beberapa dekade dia bekerja sebagai guru honor dengan gaji yang pas-pasan. Upah wali kelas saya di sekolah dasar waktu itu belum mencapai seratus ribu rupiah, meskipun beliau sudah ber status sebagai PNS.
Pada beberapa bulan yang lalu, diketahui bahwa sang guru honorer tersebut sekarang telah menjadi kepala sekolah di SMP tempat dia sudah bertugas selama puluhan tahun sebagai guru honorer.
Honorer sejatinya merupakan pendukung setia; mereka menunjukkan dedikasi dan kesetiaan dalam melayani instansi meskipun di luar jam kerja resmi.
Sekali waktu, seorang keluarga dekat saya mengalami kesulitan hidup sebagai pegawai honorer. Di sebuah instansi pemerintahan, beliau terdaftar sebagai tenaga honorer dan merasakan betapa sulitnya hal tersebut.
Tiap harinya dia perlu datang ke kantor; mencatat kehadiran serta melaksanakan pekerjaan-pekerjaan administratif di kantor.
Beruntungnya, dia memiliki keterampilan mendasar dalam menggunakan komputer. Oleh karena itu, semua dokumen atau tugas administrasi lainnya diselesaikannya sendiri-sendiri. Dia juga yang menyampaikan surat-surat yang sudah ditulis ke berbagai tempat.
Di luar jam kerja di kantor, dia sering diminta untuk pergi ke berbagai desa guna memeriksa lokasi proyek yang menjadi tanggung jawab kantornya.
Apakah Anda tahu gajinya? Dia mendapat dua ratus lima puluh ribu rupiah yang dibayar setiap tiga bulan sekali. Benar-benar penderitaan yang luar biasa.
Namun, menjadi seorang honorernya tidak begitu menyakitkan untuknya. Karena seragam safari seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan baju batik perkantoran sangat membanggakannya bagi kedua orangtuanya.
Dia bersedia menghadapi kesulitan sebagai pegawai honor hanya untuk membuat kedua orangtuanya bahagia. Orangtuanya pun tidak peduli dengan besarnya tekanan pekerjaan serta upah yang tidak sebanding dengan usaha sang anak.
Untuk kedua orangtuanya, memakai seragam kantor seperti pegawai negeri sipil merupakan pencapaian tertinggi dalam hidupnya. Mereka percaya bahwa pendidikan yang diberikan kepada anak mereka sampai jenjang sarjana bukanlah hal yang terbuang dengan percuma.
Saat si anak menerima surat kehormatan tersebut, keluarga menyelenggarakan acara bersedekah dengan memanjatkan doa rajaan. Rekan dan tetangga diajak datang pada perayaan ini gunanya ikut berdoa serta menikmati hidangan bersama-sama.
Apa kabar dengan performa para tenaga honorer? Menurut teman-teman yang merupakan mantan pegawai honorer, mereka justru menunjukkan kinerja yang sangat profesional. Mereka mahir dalam tugasnya serta disiplin terhadap setiap instruksi.
Memahami tugasnya dengan baik, karena setiap harinya mereka cenderung bekerja lebih banyak daripada pegawai ASN.
Mereka diinstruksi untuk melakukan berbagai tugas dan dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, tidak heran jika mereka menjadi ahli dalam bidangnya masing-masing.
Malahan, tak sedikit tenaga honorer—seperti kata teman saya yang diberi tugas tambahan; “menjemut dan mengantarkan anak pejabat ke sekolah”.