- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
culture, journalism, local news, news, police reportsculture, journalism, local news, news, police reports - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
5
Laporan Wartawan lowongankerja.asia, Muamarrudin Irfani
lowongankerja.asia, SUKARAJA
– Kepergian Mahpud meninggalkan duka yang mendalam bagi orang-orang yang mengenalnya, khususnya anggota keluarganya.
Mahpud merupakan juru parkir yang mengais rezeki di sejumlah persimpangan jalan seperti di Bakorwil dekat Balai Kota Bogor, Jalan Sancang, dan lainnya.
Pria yang tutup usia di umur 53 tahun itu terkenal akan sikap ramahnya kepada pengendara yang melintas hingga membuatnya sempat viral beberapa tahun silam.
Namun rupanya hal itu bukan hanya saat bekerja sebagai pak ogah, di rumah pun Mahpud memang merupakan sosok yang periang di mata keluarga.
Hal itu diungkap oleh Ayati, seorang wanita berusia 50 tahun yang dinikahi Mahpud puluhan tahun silam hingga memiliki empat orang anak.
“Emang humoris orangnya, sama siapa aja begitu, sama keluarga begitu, bukannya di jalan doang begitu, sama anak begitu, sama ibu begitu, gak bisa diem, misalnya ada ibu, anak, dia ada aja obrolan,” ujarnya, Minggu (18/5/2025).
Ayati mengatakan, Mahpud tidak pernah mengeluhkan rasa sakitnya secara berlebihan selagi masih bisa ia tahan sendiri.
Bahkan di tengah sakit lambung yang terus membayangi setiap langkahnya, sifat tersebut tak memudar sedikit pun.
“Terakhir-terakhir mau gak ada (meninggal dunia) juga kadang masih bercanda, engga nunjukin keluhan sakitnya kan luar biasa itu. Kadang sama ibu masih suka bercanda walaupun cuma lirik-lirikan, ringan-ringan gitu bercandanya,” ungkapnya.
Kegigihan Mahpud dalam menghidupi keluarga kecilnya yang tinggal di wilayah Desa Cijujung, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor agar hidup layak patut diacungi jempol.
Ia bersikap humoris di kala mengatur lalu lintas tanpa ada rasa malu dan gengsi sebagai dan bahkan keluarga di rumah pada awalnya tidak mengetahui kelucuannya sebelum ia viral sekitar 10 tahun silam.
Ayati mengungkapkan, jiwa pekerja keras Mahpud sudah tumbuh sejak ia masih kecil yang sudah hidup di jalanan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga memiliki prinsip hidup sendiri.
“Pak memang ketika masih sekolah dulu juga begitu, bahkan di SD pun tidak berhasil menyelesaikan studinya. Cuma bisa tersenyum saja, demikian kata Bapak; kita tidak dapat memberi apa-apa pada orang lain selain senyuman,” ujarnya.