- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
commerce, commodities, economics, exports, indonesiacommerce, commodities, economics, exports, indonesia - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
10
Kenaikan harga kelapa segar di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, disebabkan oleh peningkatan permintaan ekspor yang signifikan, khususnya ke negara China.
Harga kelapa yang tadinya hanya dihargai Rp 5.000 untuk setiap butir kini tiba-tiba naik hingga menjadi Rp 15.000 per butir, artinya harga telah meningkat lebih dari dua kali lipat.
Keadaan tersebut mengakibatkan pendapatan para pedagang berkurang sebanyak lebih dari 50 persen karena kurangnya jumlah pengunjung.
Di Pasar Sentral Pekkabata, beberapa gerai yang berjualan kelapa terlihat sepi pengunjung. Para pedagang hanya dapat mengecerkan belasan hingga puluhan biji kelapa per hari.
Seorang pedagang kelapa bernama Bustamin mengatakan bahwa situasi ini sudah dihadapi oleh masyarakat sejak Idul Fitri kemarin.
“Sebelum bulan Ramadan, harga setiap butir kelapa berkisar antara Rp 5.000 sampai dengan Rp 7.000, tetapi sesudah Lebaran harga tersebut meningkat menjadi mencapai Rp 15.000 untuk satu buah,” jelas Bustamin.
Harga kelapa yang diparut saat ini berbeda-beda tergantung pada ukurannya.
Kelapa muda dengan hargaRp 10.000 tiap biji, kelapa berukuran sedang senilai Rp 12.000 per butir, serta kelapa ukuran jumbo yang dibanderol pada harga Rp 15.000 untuk setiap buahnya.
Bustamin menambahkan bahwa mahalnya harga kelapa parut ini disebabkan oleh kerjasama ekspor antara Indonesia dan China.
“Sejak adanya kerjasama ekspor kelapa ke China, menjadi semakin sulit untuk mendapatkan kelapa. Dahulu, sangat mudah ditemukan dengan harga yang terjangkau, namun saat ini malahan langka dan harganya meningkat,” ungkapnya.
Pedagang tersebut mendapat stok kelapa dengan membelinya dari penjual ritel, sementara suplai langsung dari para distributur ataupun petani sangatlah terbatas.
Umumnya, para petani cenderung lebih suka menjual produk mereka kepada pasokan ekspor dalam jumlah besar daripada berurusan dengan pedagang lokal yang skala usahanya lebih kecil.
Sehingga, pendapatan para penjual berkurang secara signifikan.
Sebelum harga kelapa naik, pedagang mampu menjual hingga tiga baskom yang berisi 60 buah kelapa.
Namun, setelah kenaikan harga, penjualan menurun menjadi satu baskom atau setara dengan 20 buah kelapa.
Kondisi ini diperparah dengan rendahnya daya beli masyarakat, yang membuat perputaran ekonomi menjadi lambat.
Penjual berharap pihak berwenang bisa menerapkan kebijakan untuk menyamankan harga kelapa dalam perdagangan.