- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
culture, faith and religion, religion, traditionsculture, faith and religion, religion, traditions - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
3
Haji mencapai tahapan mabit dan pelemparan jumrah di Mina. Sebelumnya, mereka lebih dahulu menghabiskan malam di Muzdalifah dengan mengkoleksi batu yang akan dilemparkan ke Jamarat.
Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan melempar jumrah bukan sekadar ritual melempar batu ke jamarat, tetapi merupakan simbol pengusiran sifat-sifat buruk dalam diri.
“Ini kan mengikuti teladan Nabi Ibrahim. Jadi, ini adalah peristiwa simbolik untuk melempar dan mengusir setan. Termasuk setan di sini adalah nafsu kita sendiri,” ujar Nasaruddin di Jamarat.
Nasaruddin menyampaikan esensi terpenting dari ritual pelemparan batu di Jumrah merupakan tahap pembersihan jiwa. Dia mendorong jemaah haji Indonesia untuk menggunakan kesempatan tersebut guna melakukan refleksi diri serta meninggalkan beragam perilaku negatif yang telah mengikat mereka sejauh ini.
“Pelemparan jumrah memiliki arti untuk menyingkirkan berbagai macam godaan serta keburukan yang ada pada diri kita seperti serakah, marah, pemalu, mudah menyebarkan fitnAN, bohong, dan merendahkan orang lain. Biarkan semuanya tertinggal di sini, kuburlah sifat negatif tersebut di tempat ini,” ungkap Nasaruddin.
Nasaruddin menganjurkan para jamaah haji dari Indonesia agar menggunakan waktu tersisa di Baitulmuqaddis dengan meningkatkan ibadah, berdoa, serta bersyukur.
“Yang harus kita bawa pulang ke tanah air adalah jiwa yang kembali suci, kembali ke fitrah. Insyaallah, itu yang akan menyelamatkan kita,” tutur Nasaruddin.
Lempar Jumrah Bisa Diwakilkan
Jemaah haji dari Indonesia yang tengah mengalami penyakit atau sudah berusia tua diminta untuk tidak bersikeras dalam melontarkan batu ke jumrah.
Kepala Armuzna, Harun Al Rasyid, menyampaikan bahwa para jemaah haji yang kurang sehat akan lebih baik jika hanya diwakili ketika melakukan ritual pelemparan batu ke jumrah.
“Sebab ternyata mereka yang kami amati tak mampu berjalan dengan baik, serta tidak bisa pulang ke tenda mereka sendiri. Ini adalah para elder kami yang telah lansia, termasuk pula elder yang tengah mengalami penyakit,” ungkap Harun di Mina pada hari Jumat, 6 Juni.
“Karenanya, pesan terus disampaikan kepada mereka yang sakit, serta untuk siapa pun yang mungkin merasa kurang sehat, dan juga para orang tua lanjut usia kita, lebih baik ditugaskan oleh orang lain,” katanya.
Harun menyebut bahwa rute dari tenda di Mina menuju Jamarat, yang merupakan lokasi untuk melempar jumrah, cukup jauh. Selain itu, ada pula risiko para jemaah haji bisa bingung menemukan jalur pulang dari Jamarat ke Mina.
Di samping itu, Harun juga menyarankan kepada para jamaah haji untuk melaksanakan lemparan jumrah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh petugas. Hal ini dimaksud agar pelaksanaan pelemparan jumrah dapat berlangsung dengan baik tanpa terjadi bentrokan dengan jemaah asal negera lainnya.
“Pemerintah Arab Saudi telah mengalokasikan periode antara pukul 07.00 hingga 10.00 untuk melontarkan jumrah pada pagi hari. Apabila melewati batasan tersebut, para jamaah akan tercampur dengan wisatawan asal negera lain, sehingga dapat menyebabkan kerumunan dan potensi bahaya bagi keselamatannya,” ungkap Harun.