- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
children, children and families, emergencies, health, traumachildren, children and families, emergencies, health, trauma - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
8
lowongankerja.asia
– Saat anak mengalami letusan emosi, penting untuk hadir secara fisik dan memberikan dukungan tanpa terganggu oleh layar digital.
Ledakan emosi merupakan situasi di mana seorang anak mengungkapkan respons emosional dengan sangat kuat contohnya berupa kemarahan atau tangisan yang tak terkendali.
Memahami pengaruh tampilan layar ketika anak sedang meledakkan emosinya dapat mendukung pertumbuhan emosi yang sehat dan natural.
Berikut ini beberapa hal yang sebaiknya dihindari terkait layar ponsel ketika anak sedang meledakkan emosinya untuk mendukung pertumbuhan kecerdasan emosi dengan cara alami seperti dikutip dari situs Huffpost pada hari Jumat (18/4).
1. Perasaan Tidak Seharusnya Dilewatkan
Perasaan yang timbul ketika si kecil sedang kesal atau frustasi adalah petunjuk signifikan bagi pertumbuhan mentalnya. Membiarkan mereka menyuarakan emosinya akan memudahkan proses pemahaman tentang apa yang dirasakannya.
Apabila secara langsung dipindahkan ke layar, anak akan melewatkan peluang untuk memahami emosi tersebut. Tanggapan ini bisa merusak pengembangan respon emosional yang normal dan sehat.
2. Tampilan Mempengaruhi Keterkendalan Diri
Menggunakan perangkat elektronik untuk menenangkan anak dapat mencegah perkembangan keterampilan pengaturan emosi mereka sendiri. Akibatnya, anak cenderung lebih sering mencari bantuan dari lingkungan sekitar ketika merasakan ketidaknyamanan.
Pola ini memperkuat ketergantungan pada distraksi digital. Penelitian menunjukkan anak menjadi lebih mudah marah saat terlalu sering diberi layar.
3. Dampak Jangka Panjang Nyata
Paparan layar saat emosi memuncak berdampak terhadap perkembangan kontrol impuls dan ketahanan psikologis. Anak akan mengalami kesulitan menghadapi situasi sulit di masa depan tanpa bantuan eksternal.
Kebiasaan ini menciptakan lingkaran pengulangan amarah dan ketergantungan. Semakin sering dilakukan, semakin besar efek negatifnya.
4. Membutuhkan latihan, bukan sekadar pengalih perhatian
Mengatur emosi membutuhkan latihan terus-menerus sejak usia dini. Proses ini terjadi melalui interaksi langsung, bukan dengan menekan emosi lewat hiburan digital.
Anak harus memahami bahwa merasa kesal merupakan suatu hal yang normal dan dapat diatasi. Kesabaran orang tua saat menemaninya sangat penting.
5. Peran Penting Pengasuhan Responsif
Mendidik dengan penuh kasih ketika anak sedang marah menguatkan ikatan emosional yang baik. Mengidentifikasi perasaan yang dialami oleh si anak membantu mereka untuk lebih mudah memahaminya.
Ketukan halus serta pujian mudah membuat perasaan tenang. Hal ini mendukung pembentukan dasar untuk pertumbuhan sosial dan mental.
6. Metode Penunjang yang Tepat
Berjarak sebentar dari penyebab masalah dapat meredakan pikiran anak. Menyelami nafas dengan dalam dan perlahan berguna untuk mengendalikan emosi, tidak hanya pada anak tetapi juga pada orang dewasa.
Aktivitas seperti menghentakkan kaki atau memeluk bantal dapat menyalurkan emosi secara positif. Semua teknik ini memperkuat proses belajar emosi dari dalam.
7. Tahapnya Memerlukan Waktu dan Ketekunan
Pengendalian emosi tidak terbentuk dalam semalam, tetapi melalui konsistensi dalam setiap situasi. Setiap amukan yang dilewati tanpa layar menjadi peluang pembelajaran.
Pola pengasuhan yang penuh kehadiran dan kesabaran lebih berdampak dalam jangka panjang. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang mampu mengenali dan menata perasaannya sendiri.
Menghindari penggunaan layar saat anak mengalami ledakan emosi memberikan ruang bagi tumbuhnya kecerdasan emosi secara alami dan berkelanjutan.