- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
culture, food culture, generations, social issues, societyculture, food culture, generations, social issues, society - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
2
Generasi sandwich merujuk pada individu berusia antara 30 hingga 50 tahun yang bertanggung jawab baik secara keuangan maupun emosi kepada dua generasi lain; yaitu generasi lebih senior seperti orangtua atau kakek-nenek mereka serta generasi junior seperti anak-anak atau cucunya. Nama ini pertam kali digunakan pada tahun 1981 oleh Dorothy A Miller, seorang profesional bidang sosial dari Amerika Serikat.
Phenomenon kelompok tumpuan ini timbul akibat peningkatan umur rata-rata kehidupan manusia, keterlambatan dalam mempunyai anak, masalah finansial yang menyebabkan anak-anak tetap mengandalkan orangtua hingga masa dewasa mereka, serta minimnya layanan perawatan lanjut usia dengan biaya terjangkau bagi kaum lansia.
Walaupun istilah generasi sandwich telah ada sejak dekade ’80-an, namun popularitasnya meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena situasi para anggota generasi sandwich di sini belum menjadi perhatian serius bagi masyarakat yang sudah familiar dengan kondisinya. Ditambah lagi, bangsa kita dikenal memiliki semboyan-semboyan yang menekankan nilai persaudaraan misalnya saja ungkapan orang Jawa “mangan ora mangan asal ngumpul” (baik makan atau tidak, yang penting bisa berkumpul bersama).
Tugas untuk bertanggung jawab terhadap orang tua dan anak pun dipikul dengan sedikit keluhan berkat pengajaran agama apapun yang menegaskan bahwa kewajiban itu bisa jadi alat untuk memperkuat keimanan serta meraih ganjaran baik.
Islam, misalnya, menggarisbawahi ide birrul walidain yang merujuk kepada tindakan baik atau pelayanan terhadap kedua orangtua. Di sisi lain, pendidikan anak pun digambarkan dengan rinci dalam Surah Luqman dari Al-Qur’an.
Jadi, walaupun menghadapi kesulitan ekonomi dan masalah keuangan, menjadi generasi sandwich bukanlah suatu pilian, melainkan nasib yang perlu dilalui dengan sikap bersyukur.
Membicarakan tabungan hari tua bagi mereka yang berada di tengah disebut-sebut sebagai topik krusial. Karena secara finansial dan emosi tersita oleh dua generasi lainnya, orang-orang tersebut kerap kali kurang dapat mengumpulkan uang untuk masa depan pribadi mereka. Bisa jadi bahkan jarang sekali mempertimbangkan masalah ini.
Penyelesaian masalah dana pensiun melalui pendapatan tinggi merupakan langkah tepat. Dana tersebut dapat dialokasikan untuk beragam kebutuhan salah satunya sebagai persiapan hari tua. Sebab, mengalamai kondisi generasi sandwich tidak bisa dihindari terutama bagi warga Indonesia, oleh karena itu kesadaran tentang pentingnya menabung dalam jumlah besar perlu dibangun mulai dari usia muda.
Apabila seseorang berkarier dan memperoleh akses kepada tabungan pensiun (seperti halnya dengan Pegawai Negeri Sipil ataupun karyawan di sebuah perusahaan yang dapat dipercaya), oleh karena itu sebagai orangtua ia tak akan memberatkan buah hatinya nanti, serta sekaligus sebagai anak juga tidak mengganggu kedamaian orangtuanya. Oleh karena itu, punya pekerjaan sangatlah penting. Hindari untuk bergantung secara ekonomis pada pihak lain meskipun itu ialah pasanganmu sendiri.
Dengan adanya pendapatan, terdapat sejumlah uang yang dapat dialokasikan untuk pemenuhan bermacam-macam keperluan. Pertimbangkan jumlah mana yang akan dibudgetkan bagi orangtua tiap bulannya atau tahunnya, berapa anggaran untuk biaya pendidikan serta perlengkapan lain si buah hati, dan berapa pula yang ditujukan sebagai tabungan masa pensiun.
Sebagai anggota generasi sandwich, saya merasakan manfaat besar karena ayah saya dahulunya bekerja di sebuah perusahaan dan kini menerima pensiun. Dalam hal finansial, kedua orang tua saya sudah bisa membiayai hidup mereka sendiri. Baru jika terjadi situasi spesifik misalnya salah satu dari mereka jatuh sakit, maka kita bersaudara akan berkolaborasi untuk mencukupkan biaya yang dibutuhkan.
Ini berarti bahwa meskipun kita terus memberikan dukungan, kita tidak perlu selalu menanggulangi semua aspek secara finansial. Namun, dalam hal emosi, dukungan penuh sebesar 100% masih menjadi keharusan. Sebagai contoh, saya sendiri melaksanakan kunjungan berkala sekurang-kurangnya dua kali setahun—karena kediamanku cukup jauh dari lokasi tinggal orang tuaku (hal ini pun turut menjadi salah satu tantangan bagi generasi sandwich yang merantau dan harus mengalokasikan anggaran pulang kampung tiap tahunnya).
Orang tuaku sudah lanjut usia, sedangkan aku bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan harapan ada jaminan untuk hari tua. Walaupun begitu, siapa pun tak bisa memastikan apa yang dibutuhkan di kemudian hari. Sebenarnya kita berharap agar selalu dalam keadaan sehat dan tidak menjadi bebannya bagi orang lain. Mudah-mudahan doanya dikabulkan oleh Allah SWT.
Masih perlu adanya sejumlah uang yang dipersiapkan. Itulah alasan mengapa saya terus-menerus merenung tentang bagaimana meningkatkan penghasilan. Saya kurang mahir di bidang perdagangan, contohnya. Oleh karena itu, saya berharap dapat mencari pendapatan ekstra melalui tulisan, sesuatu yang merupakan kemampuan terbaik saya.
Bagi putra-putriku, aku memohon agar mereka nantinya mendapat pekerjaan berkualitas, senang bertahan dalam karir serta tekun menjalankannya, dan pintar mengatur keuangan dengan bijaksana. Selain itu, persiapkan diri mereka untuk peran sebagai generasi sandwich selanjutnya.
Kami dan pasangan saya tak berniat membebani buah hati dengan terlalu banyak permintaan. Dengan profesi saat ini, harapannya adalah agar keluarga tidak menjadi beban bagi mereka nantinya. Meski demikian, pastinya kami bakal lebih lega apabila putra-putri kami memiliki kesejahteraan, utamanya dalam menghadapi keperluan pribadi di hari esok.
Mereka mengatakan bahwa uang tidak bisa membeli semua hal, tetapi sebenarnya uang merupakan jawaban atas banyak keperluan serta keterikatan orang-orangan. Terutama di negeri yang dimana kepentingan warganya belum seluruhnya terjaminkan oleh pemerintah setempat.
Akhirnya, menjadi generasi sandwich jangan sampai menimbulkan rasa stres dan beban berlebih. Ini bukanlah suatu pilihan melainkan nasib yang patut kita jalani semaksimal mungkin. Ketika menghadapi situasi sulit tersebut, jangan ragu untuk mencari dukungan dari lingkungan sekitar seperti keluarga, tetangga, atau bahkan pejabat lokal (seperti ketua RT dan RW).
Mohon kepada Allah SWT agar senantiasa melimpahkan rejeki yang cukup bagi kami semua serta menyediakan kesehatan hingga hari terakhir, amien.