- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
criminal justice, human rights, mental health, police and law enforcement, social issuescriminal justice, human rights, mental health, police and law enforcement, social issues - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
38
PORTAL JOGJA
— Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) menyelenggarakan Pelatihan Kader Pendamping Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), di mana kegiatan tersebut melibatkan sebanyak 55 kader dari setiap daerah Di Yogyakarta. Ini adalah salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat oleh FK UII guna meningkatkan pelayanan kesehatan mental dalam lingkungan komunal serta menekan stigma sosial terhadap individu dengan gangguan jiwa.
Berlokasi di Ruang Audio-Visual Fakultas Hukum UII, acara pelatihan tersebut dimulai dengan sambutan dari Dekan FK UII dan disertai keberadaan Rektor UII bersama wakil-wakil dari Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, serta DP3AP2 DIY. FK UII menggarisbawahi signifikansi kolaborasi antara kalangan kampus, pihak pemerintahan, dan publik untuk menciptakan program bimbingan bagi ODGJ yang komprehensif dan tahan lama.
Dengan mengambil tema “Kader Kuat, Masyarakat Peduli: bersama menciptakan kesejahteraan mental yang inklusif”, acara latihan ini dibuat untuk memperkuat kemampuan para petugas dalam membimbing orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Pelatihan tersebut menutup berbagai aspek seperti pengenalan penyakit jiwa, peningkatan ketrampilan komunikasi, pendeteksian awal masalah, serta pembinaan sosial dan jaringan dukungan.
Satu di antara pembicara, Dr. Ade Wahdini, SpKJ, mengutamakan kebutuhan pendidikan publik tentang masalah kesehatan mental.
“Gangguan mental dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk aspek biologi, psikologi, dan sosial. Sebabnya, pengobatannya perlu menggunakan metode yang bervariasi dan menyeluruh. Hanya mengandalkan satu cara tidak akan mencukupi,” katanya.
Dia juga menggarisbawahi kepentingan deteksi awal dalam tahap penyembuhan.
“Semakin awal gangguan mental terdeteksi, semakin besar pula kemungkinan untuk pulih. Disinilah peranan kader menjadi sangat penting,” imbuhnya.
Proses pembelajaran dirancang dengan pendekatan partisipatif yang mencakup penyajian materi, diskusi interaktif, simulasi kasus, sampai penilaian akhir. Isi materinya dikomunikasikan oleh beberapa ahli; antara lain ada Dr. Baiq Rohaslia, SpKJ membahas tentang Kemampuan Komunikasi untuk Para Petugas Kader, lalu Dr. dr. Sunarto., MKes menyentuh topik Empowerment of Health Workers: Pengaruh Dukungan Sosial pada Kesadaran Kesehatan Mental (dari keluarga, petugas kader, tenaga medis), juga aturan-aturan mengenai Penanganan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
Pelatihan ini pun bertindak sebagai wadah diskusi bebas di antara para aktivis, pemimpin lokal, serta pihak-pihak terkait dalam menyusun strategi pelayanan kesehatan mental yang lebih bersifat humanis dan didukung oleh komunitas.
FK UII dengan acara tersebut menguatkan janjinya untuk menyokong prioritas pemerintahan serta Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs). Hal itu terutama berkaitan dengan usaha menciptakan layanan kesehatan mental yang lebih adil, inklusif, dan lestari.
Dengan membawa ilmu dan kemahiran yang didapat, harapannya para kader akan dapat bertindak sebagai pendorong perubahan dalam lingkungan mereka sendiri, berfungsi sebagai jembatan antara ODPGN dengan keluarganya dan fasilitas kesehatan, sambil juga ikut memerangi prasangka yang masih terus ada di tengah masyarakat. ***