- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
environmentalism, indonesia, local news, news, scienceenvironmentalism, indonesia, local news, news, science - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
2
FLORES TERKINI
– Jangan terburu-buru untuk marah. Jangan segera menuduh. Faktanya tentang penambangan nikel di Raja Ampat—terutama Pulau Gag—tidak semengerikan yang diperkirakan. Berita ini menjadi sorotan publik dan mereda di media sosial. Namun, apakah kondisi lingkungan sungguh sangat hancur?
Ini adalah penambangan nikel. Bukanlah sebuah taman bunga. Jelas akan ada dampak negatif. Namun marilah kita berbicara dengan jujur dan adil. Apakah Anda telah melihat kondisinya di tempat tersebut? Bahkan Menteri ESDM juga pernah mengunjungi lokasi itu. Menurut laporannya serta timnya, segalanya tampak baik-baik saja ketika dilihat dari atas langit.
Di daerah pantai tidak terjadi proses sedimen. Penataannya menurut kabarnya juga lumayan bagus. Lalu tahukah Anda persis letak penambangan nikel tersebut? Iya betul di Raja Ampat, tetapi sesungguhnya tak berada di kawasan Geopark yang sering diberitakan itu.
“Melihat dari ketinggian tadi, ternyata terjadi sedikit pun penumpukan endapan di daerah pesisir. Secara keseluruhan, tampaknya pertambangan ini tak memiliki permasalahan apa pun,” ungkap Direktur Jenderal Minerba Kementerian ESDM Tri Winarno saat mengawali Menteri ESDM Bahlil Lahadalia untuk menyaksikan pulau Gag, Raja Ampat, yang berada di bagian barat daya Papua.” Dikutip dari sumber tersebut.
Antara
.
Kenyataan Mengejutkan Tentang Pertambangan Nikel di Raja Ampat
Siapakah Pemeran Utama dalam Film “Tambang Ini”?
Terdapat lima perusahaan pertambangan nikel di kawasan Raja Ampat. Namun, saat ini hanya PT GAG Nikel saja yang masih beroperasi. Perusahaan tersebut merupakan anak usaha dari Antam. Sebelumnya dimiliki oleh pihak Australia, namun kini telah diserahkan pengelolanya kepada negara, terlebih setelah adopsi Undang-Undang Minerba pada tahun 2020. Untuk perusahaan-perusahaan lainnya, ada beberapa yang dimiliki oleh pemilik lokal. Bukan semua kepemilikan mereka berasal dari China, meskipun hal itu sering menjadi topik pembicaraan tidak resmi masyarakat.
Kontrak kerja tersebut tidaklah terbaru. Ini adalah sebuah proyek yang telah ada cukup lama. Proyek itu dimulai saat masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1998, kemudian dihentikan oleh Gus Dur atas dasar masalah lingkungan, dan kembali diberi lampu hijau oleh Megawati. Sebabnya, jangan anggap ini sebagai suatu projek rahasia dalam era modern ini. Dokumen tentang hal ini bahkan lebih tua daripada akun Facebook Anda.
Izin Sudah Sesuai Jalur
Surat izin baru diberikan pada tahun 2013 kepada beberapa perusahaan, sementara itu bagi PT GAG Nikel adalah pada tahun 2017. Benar juga bahwa pengeksporan bahan mentah bijih nikel telah dilarang mulai tahun 2020. Kini seluruhnya dikirmkan ke pemurni logam (smelter) yang berada di Maluku. Sementara Papua belum memiliki fasilitas tersebut sehingga mereka tak bisa melakukan hal lain.
Ini bukan kesalahan dari Menteri Bahlil. Izin tersebut telah dikeluarkan jauh sebelum ia menduduki jabatan tersebut. Sebaliknya, yang dilakukannya adalah pergi ke lokasi lapangan, memastikan segala hal berjalan sesuai dengan ketentuan. Tim Inspektur Pertambangan pun sudah dikirim untuk melakukan penilaian.
Lokasi Tambang Nikel
Area pertambangan ini terletak sejauh 40 km dari kawasan wisata Raja Ampat dan tidak termasuk dalam cagar Geopark tersebut. Lokasinya juga bukan di Pulau Piaynemo. Oleh karena itu, jika Anda melihat gambarnya dengan dampak kerusakan ekstrem di media sosial, periksa lebih dahulu. Sebagian besar adalah hasil pemrosesan kecerdasan buatan (AI). Gambarnya bukan berasal dari pesawat tak berawak (drone), tetapi murni hasil imajinasi.
Ada kerusakan? Pastinya. Ini adalah sebuah tambang, Bung. Namun menurut penduduk Pulau Gag, keadaan lingkungan di sana tetap baik. Justru banyak dari mereka yang berkeinginan untuk mencegah penutupan tambang tersebut. Mengapa demikian? Sebab tambang itu menjadi mata pencarian utama bagi para penduduk setempat. Wisata memang memberikan kontribusi terhadap ekonomi, namun bukanlah satu-satunya sektor unggulan.
“Tidak ada itu, Pak, isu itu. Laut kami bersih. Hoaks itu kalau pulau kami rusak. Alam kami baik-baik saja, Pak,” ujar Friska, warga Pulau Gag saat menyambut kedatangan Menteri Bahlil ke Pulau Gag disambut hangat oleh masyarakat adat, dikutip dari
pikiran-rakyat.com
.
Apakah kabar-kabar tersebut benar atau palsu?” masyarakat dengan lantang mengatakan, “Itu hoaks, Pak! Jangan disembunyikan, Pak, kami masih ada!
Jangan Tutup Mata Sebelah
Terkadang kita cenderung begitu yakin dengan cerita satu sisi. Ketika pembicara adalah seorangaktivis, orang-orang langsung mempercayainya. Namun, pendapat dari masyarakat setempat kerap diabaikan. Padahal mereka-lah yang mengerti betul irama kehidupan di Pulau Gag.
Tambang nikel memang harus diawasi dengan ketat. Namun, kita juga tak boleh berlebihan hingga merusak perekonomian setempat cuma gara-gara gambar yang mungkin saja menyesatkan. Hidup ini bukan sekadar dua skala nilai. Terkadang ada nuansa lain—sepeti dedaunan hijau yang tetap bertumbuhan meski lokasinya dekat area reklamasi tambang.
Penutup
Pada hari ini, kebenaran dan berita bohong sulit dipisahkan. Penambangan nikel di Raja Ampat memang memiliki tantangannya sendiri. Namun, hal itu tidak selalu menjadi malapetaka sebagaimana dikhawatirkan orang. Pihak pemerintahan perlu mengambil sikap tegas, penegakan hukum harus dilakukan, tetapi kita pun tak boleh mudah termakan provokasi. ***