Ekonomi Papua Tengah Mengkhawatirkan: Mendagri Ungkap Akar Masalahnya


TRIBUN-PAPUATENGAH.COM, JAKARTA-

Mentri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian, secara tajam mengkritik penurunan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) serta Papua Tengah.

Ini dikatakannya ketika menghadiri Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Provinsi NTB tahun 2025 di Mataram pada hari Rabu (4/6/2025).

Tito menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di NTB berkurang sebesar 1,47%, sedangkan Papua Tengah bahkan lebih terpuruk dengan penurunan mencapai 25,53%.

Angka tersebut sangat berbeda dengan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,87 persen.


Ketergantungan pada Pertambangan, Sumber Utama Ekonomi NTB

Menteri Dalam Negeri Tito mengungkapkan keterkejutannya terhadap situasi finansial NTB yang umumnya tidak pernah defisit.

“Saya bertanya-tanya mengapa NTB memiliki angka -1,47, ternyata ketergantungannya pada sektor pertambangan cukup besar,” ungkap Tito.

Tito mengatakan bahwa penutupan pabrik pengolahan di Sumbawa serta pelarangan ekspor konsentrat karena kebijakan hilirisasi memberikan dampak signifikan terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi NTB.

Pengeksporan konsentrat telah memberikan sumbangan signifikan terhadap perekonomian provinsi tersebut.

Dia menyebutkan bahwa apabila operasional pabrik pengolahan dapat dimulai dalam waktu satu sampai dua bulan mendatang, kondisi ekonomi di Nusa Tenggara Barat masih berpotensi untuk diperbaiki.

Tetapi, apabila terlambat melebihi enam bulan, akan menjadi tantangan untuk mendapatkan penghasilan tambahan dengan cepat.

Agar dapat menangani masalah tersebut, Tito mendapat ide untuk meringankan persyaratan perizinan ekspor konsentrat selama masih ada tunggakan pada penyelesaian proyek smelter.

“Setelah smelter rampung, ekspor konsentrat tidak selalu berlanjut, fine, cukup,” tegas Tito.

Dia bahkan menyatakan telah menelpon Menteri ESDM Bahlil Lahadalia guna mendiskusikan usulan pengenduran tersebut.

“Ia akan mencoba untuk mendukung agar pertumbuhan ekonomi tidak menjadi negatif,” katanya.


Papua Tengah:Ironi dari Dana Berlebih dan Sedikit Kemajuan Pembangunan

Selain NTB, Tito juga menggarisbawahi situasi ekonomi di Papua Tengah yang sungguh menyedihkan.

Walaupun merupakan tempat penambangan milik PT Freeport Indonesia (PTFI), yang memberikan kontribusi mendekati 50% dari total penerimaan daerah, pengeluaran untuk wilayah Papua Tengah malahan cukup minim, yaitu sekitar 9%.

“Dana yang dimasukkan ke perbankan justru berakibat pada keterlambatan. Saya menyatakan bahwa Papua Tengah mengalami peningkatan kemunduran,” ungkap Tito.

Dia menyatakan bahwa dana yang tersedia hanya dipakai untuk membayar upah, tidak ada bagian pentingnya untuk konstruksi jalan, pendidikan, ataupun pelayanan kesehatan.

“Perekonomian tidak bergerak sebab pengeluaran pemerintah tetap tinggi,” katanya sebagai kritikan.

Tito menegaskan bahwa apabila terdapat satu atau dua propinsi yang mencatat perlambatan dalam pertumbuhan ekonominya, maka hal tersebut dapat berimbas pada seluruh indikator pertumbuhan ekonomi di tingkat nasional.


Artikel ini dipublikasi di Kompas.com denganjudul “PertumbuhanEkonomi diNTBdanPapuaTengahMenurun,MendagriJelaskanSebabnya”

JOIN CHANNEL KAMI

Dapatkan Notifikasi Update Info Lowongan Terbaru Melalui :

  1. CHANNEL WHATSAPP
  2. CHANNEL TELEGRAM
  3. POSTINGAN INSTAGRAM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *