Efek Kesepakatan AS-China, Apakah IHSG Akan Menguat Hari Ini?

Efek Kesepakatan AS-China, Apakah IHSG Akan Menguat Hari Ini?


JAKARTA, lowongankerja.asia

Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pada hari ini mungkin akan memperoleh dorongan positif berkat kesepakatan perdagangan sementara yang telah dicapai antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Ketua Riset PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata menyebutkan bahwa perjanjian perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, walaupun masih bersifat sementara, sudah meningkatkan sentimen di skala global secara keseluruhan.

“Diharapkan dapat memacu indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi trading hari ini agar bergerak naik dengan lebih stabil dalam waktu dekat,” ujarnya dalam pernyataan tertulis, Rabu (14/5/2025).

Namun, dia menyebutkan bahwa sebab perjanjian tersebut belum mengatasi persoalan yang mendasarinya, pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan memiliki batasan tertentu dan tetap berisiko untuk melakukan pembetulan teknikal.

Ini umumnya bisa terjadi di daerah resistansi pada level tinggi sebelumnya yaitu antara 6.970 hingga titik bulat 7.000, yang bertindak sebagai Resistensi psikologis.

“Bila tingkat penting ini dapat dilampaui, bisa jadi akan ada peluang untuk mencapai IHSG di kisaran sasaran 7.100-7.150 hingga akhir bulan ini,” tambahnya.

Untuk periode medium-term atau hingga tiga bulan kedepan, apabila sentimen positif di kancah internasional terus bertahan serta Federal Reserve Amerika Serikat secara resmi melakukan pengurangan tingkat suku bunga patokan senilai 25 basis poin (bps), disertai dengan pelaporan hasil operasi perusahaan kuartal II-2025 yang kuat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat mencoba menyentuh resistansi pada level 7.200 sampai 7.250, sementara itu ada sedikit optimisme bahwa target tersebut akan naik menuju angka 7.300.

Meskipun begitu, dukungan untuk IHSG masih kokoh pada kisaran 6.800 atau antara 6.650 hingga 6.550.

“Saya menjelaskan bahwa kami berusaha bersikap hati-hati, mengingat situasi perang dagang pada tahun 2018-2019 lalu dimana masa tunda selama 90 hari saat itu belum memberikan dampak nyata,” katanya.

Sebaliknya, Liza menyatakan bahwa ancaman sistemik dari perang perdagangan mendorong para investor global untuk kembali memilih aset dengan tingkat risiko yang lebih tinggi. Dia berharap hal tersebut dapat membantu aliran modal asing masuk ke pasar obligasi dan saham di Indonesia, terlebih jika ditunjang oleh kebijakan suku bunga global yang semakin bersahabat.

Meskipun begitu, penjualan bersih asing atau foreign net sell tetap mencatatkan nilai sebesar Rp 54 triliun. Sementara itu, IHSG tidak menerima aliran dana pembelian dari luar negeri secara signifikan.

Namun begitu, Liza menyatakan bahwa Indonesia tetap memiliki beberapa keunggulan lain berdasarkan aspek komoditas.

“Tetapi jangan kuatir, bukan semua suram untuk Indonesia karena perkiraan ekonomi kedua negara pembeli terbesar di dunia tersebut meningkat sehingga pasar komoditi Indonesia mungkin mendapat bagian dari kue pasar ini. Karakteristik pasarnya memang didorong oleh barang mentah,” demikian penjelasannya.

Berita terkini menyebutkan bahwa Amerika Serikat dan Tiongkok sudah menyetujui sebuah kesepakatan sementara mengenai kebijakan tariff yang diberlakukan pada awal bulan April kemarin.

Secara umum, poin utama dalam perjanjian tersebut mencakup penurunan tarif Amerika Serikat terhadap barang-barang China yang berkurang dari 145% hingga 30%. Sementara itu, tarif China untuk produk-produk Amerika Serikat juga dikurangi dari sebelumnya 125% menjadi hanya 10%.

Perjanjian harga sementara ini mulai berlaku pada tanggal 14 Mei 2025 dan akan berlangsung selama 90 hari. Akan tetapi, tariff sebesar 20% untuk barang-barang berkaitan dengan fentinil dari Cina masih dipertahankan.

JOIN CHANNEL KAMI

Dapatkan Notifikasi Update Info Lowongan Terbaru Melalui :

  1. CHANNEL WHATSAPP
  2. CHANNEL TELEGRAM
  3. POSTINGAN INSTAGRAM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *