- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
healthcare and medicine, medicine and healthcare, news, technology, technology industryhealthcare and medicine, medicine and healthcare, news, technology, technology industry - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
32
Laporan jurnalis LOWONGANKERJA.ASIA, M Rifqi Ibnumasyortic
LOWONGANKERJA.ASIA, KUNINGAN
Universitas Indonesia (UI), lewat Fakultas Farmasinya, bertekad untuk mendorong pengembangan riset serta kreasi di sektor alat-alat medis yang didasarai oleh kecerdasan buatan (AI).
Agar tujuan itu tercapai, UI bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) serta sebuah perusahaan dari Jepang bernama Pharmaceuticals and Medical Devices Agency (PMDA).
Simposium serta workshop berjudul “ASEAN-Japan Medical Devices Regulatory” diselenggarakan dalam jangka waktu tiga hari mulai Rabu hingga Jumat (14-16 Mei 2025), lokasinya adalah The Westin Jakarta.
Hamdi Muluk, Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Universitas Indonesia (UI), menyatakan bahwa peralatan kesehatan merupakan salah satu fokus dalam bidang penelitian dan pengembangan inovasi di universitas tersebut.
“Dan pastinya kita harus menaati peraturan yang berlaku,” ujar Hamdi.
Hamdi juga menggarisbawahi bahwa UI telah siap untuk memberikan penelitian serta bekerja sama dengan sektor industri.
Dengan melalui simposium serta pelatihan regulasi perangkat medis ini, UI berharap bisa menciptakan dampak yang dimaksud.
Melalui penelitian dan pembaruan, Hamdi yakin bahwa Indonesia mampu mengurangi ketergantungannya pada barang kesehatan yang diimpor.
“Tentunya hal ini termasuk dalam regulasi pandan untuk memungkinkan pengembangan peralatan medis yang dapat mengurangi ketergantungan kita pada produk-produk impor,” jelasnya.
“Oleh karena itu, kami juga perlu meningkatkan penelitian dan kreasi untuk menciptakan alat-alat yang lebih baik sehingga dapat menurunkan ketergantungan dan mendukung keberlanjutan,” imbuhnya.
Dekan Fakultas Kedokteran UI, Arry Yanuar menyatakan bahwa acara simposium serta pelatihan ASEAN-Japan dalam bidang pengawasan peralatan medis turut melibatkan para pemegang kebijakan regulatorik.
“Di sini terjadi penyelarasan regulasi, khususnya antara ASEAN dan Jepang,” ujar Yanuar.
Yanuar menginginkan agar acara ini bisa mempererat kemitraan antara Universitas Indonesia dengan Jepang serta negara-negara di ASEAN.
Maka kelak akan ada pertukaran teknologi terutama di sektor peralatan kesehatan.
“Di samping penelitian yang melibatkan perangkat medis, kami juga sedang mengerjakan kecerdasan buatan (AI),” katanya.
“Sehingga ada banyak sekali produk kecerdasan buatan yang dapat diterapkan di perguruan tinggi, dengan demikian nantinya akan mendukung diagnosa kesehatan,” lanjutnya.
Dalam waktu yang sama, Duta Besar Jepang untuk ASEAN, Kiya Masahiko, menyatakan bahwa mereka akan memberikan bantuan dalam dua format.
Pertama, Jepang datang dengan tujuan memberikan dukungan melalui jaringan atau networking di sektor peralatan medis.
Pharmaceutical and Medical Device Agency (PMDA) merupakan perusahaan Jepang yang menjadi salah satu penyelenggara acara ini.
“Oleh karena itu, program ini adalah hasil kolaborasi di antara pemerintahan Indonesia, para ahli dari perguruan tinggi, serta lembaga pemerintah Jepang,” jelas Masahiko.
“Salah satu aspek dari kolaborasi ini adalah untuk mendukung promosi perdagangan antar negara anggota ASEAN, termasuk perdagangan diantara ASEAN dan Jepang, baik dalam hal eksport, import maupun investasi,” imbuhnya.
Support yang kedua adalah dalam bentuk keuangan dimana symposium kali ini mendapatkan dukungan dana dari Japan International Cooperation Agency (JICA).
Untuk mencapai tujuan tersebut, Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Dante Saksono mengatakan bahwa kerja sama ini akan memfasilitasi dukungan dari Jepang terhadap peraturan alat-alat medis di Indonesia.
Dengan demikian, alat kesehatan yang diproduksi di Indonesia dapat diekspor ke luar negeri.
“Bagaimana regulatory di Indonesia dan bagaimana regulatory di Jepang dan di negara Asia lainnya, sehingga kita bisa masuk ke pasar global untuk produksi dalam dunia,” kata Denta.
Denta menambahkan, Indonesia masih menggunakan alat kesehatan berupa active pharmaceutical ingredient untuk obat-obatan yang selama ini diimpor dari India dan Cina.
“Tapi untuk model-model alat kesehatan, kita sudah bisa bahkan beberapa diantaranya di ekspor ke Jepang. Jadi kita sudah maju ke alat-alat kesehatan ini,” pungkasnya. (m38)