- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
art, controversies, culture, local news, politicsart, controversies, culture, local news, politics - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
20
lowongankerja.asia
Di tengah gempuran budaya global dan dominasi teknologi digital, seni tradisional di Gegesik, Kabupaten Cirebon, menunjukkan daya tahannya.
Peringatan Hari Tari Sedunia yang digelar Sanggar Dewi Sekar Arum di Gedung Kesenian Desa Gegesik Lor, belum lama ini, bukan sekadar seremoni.
Ia menjadi panggung bagi upaya pelestarian identitas lokal, sebuah tameng terhadap lunturnya akar budaya bangsa.
Ketua DPRD Kabupaten Cirebon, Sophi Zulfia, yang hadir langsung dalam peringatan tersebut, mengapresiasi geliat seni di wilayah Gegesik yang dikenal subur akan tradisi tari, lukis, dan ekspresi budaya lainnya.
“Gegesik ini memang terkenal dengan keseniannya. Banyak sekali potensi yang bisa dikembangkan, terutama untuk anak-anak sekolah,” ujarnya.
Ia menilai, seni lokal tak cukup hanya dilestarikan lewat sanggar. Butuh langkah strategis di sektor pendidikan. Salah satunya melalui penguatan kurikulum muatan lokal di sekolah-sekolah yang ada di Kecamatan Gegesik dan sekitarnya.
“Contohnya di SDN 1 Gegesik Kulon, mereka sudah memasukkan kesenian lokal dalam kegiatan belajar. Ini patut ditiru oleh sekolah lain, termasuk sekolah menengah,” tambah Sophi.
Menurutnya, pendidikan berbasis budaya dan teknologi adalah kebutuhan masa kini. Pokok pikiran ini bahkan telah dibawa DPRD ke forum perencanaan pembangunan daerah sebagai bentuk tanggung jawab dalam menjaga warisan budaya sekaligus menghadapi revolusi digital.
“Teknologi tak bisa dihindari, tapi budaya jangan sampai ditinggalkan. Kita perlu integrasi keduanya dalam pendidikan,” tegasnya.
Lebih jauh, ia menekankan pentingnya peran kepala sekolah sebagai motor penggerak manajemen pendidikan yang responsif terhadap tantangan zaman tanpa kehilangan akar budaya.
Sementara itu, Pimpinan Sanggar Dewi Sekar Arum, Dalang Sunara Pratama, menilai seni bukan sekadar tontonan, tapi tuntunan.
“Budaya lokal, termasuk yang kita miliki di Cirebon, punya nilai-nilai luhur. Kalau anak muda diberi ruang untuk belajar dan menekuninya, mereka tak akan mudah terpengaruh hal negatif,” kata Sunara.
Sanggar Dewi Sekar Arum sendiri membuka pintu lebar bagi siapa saja, terutama generasi muda, untuk bergabung dan belajar seni tari serta budaya Cirebon.
Kabupaten Cirebon, yang terdiri dari beragam identitas budaya antardesa, menurut Sophi dan Sunara, bisa menjadi contoh nasional dalam membangun ketahanan budaya di tengah zaman yang serba instan.***