Dolar AS Siap Berakhir, Kekhawatiran Utang Negara Dorong Penurunan Mata Uang

Dolar AS Siap Berakhir, Kekhawatiran Utang Negara Dorong Penurunan Mata Uang


lowongankerja.asia.CO.ID.

Dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menuju penurunan untuk minggu kelima ini setelah mengalami kenaikan selama empat pekan berturut-turut, disertai dengan semakin tingginya ketidakpastian investor tentang situasi keuangan di negeri tersebut.

Penurunan nilai ini berlangsung setelah lembaga penilai kredit Moody’s minggu lalu mengurangi peringkat hutang Amerika Serikat, menyebabkan ketakutan baru tentang beban utang negeri yang saat ini telah mencapai US$ 36 triliun.

Perhatian para investor saat ini terpusat pada dampak dari proyek Undang-Undang Pajak yang diajukan oleh Presiden Donald Trump, yang mungkin akan menambah lebih banyak triliun dolar ke bebannya utang itu.

Rancangan Undang-Undang perpajakan yang disebut Trump sebagai “RUU hebat dan luar biasa” telah mendapatkan persetujuan dari House of Representatives Amerika Serikat yang dikendalikan oleh Partai Republik. Saat ini, RUU tersebut akan ditransfer ke Senate di mana proses diskusi diperkirakan membutuhkan waktu beberapa minggu.

Tingkat ketidakpastian saat ini menyebabkan sentimen di pasaran tetap lemah untuk periode waktu yang singkat.


Euro Menguat, Investormenyerahkan Dolar

Nilai tukar euro meningkat sebesar 0,5% menjadi US$ 1,1338 pada hari Jumat (23/5), dengan perkiraan peningkatan mingguan sekitar 1%, setelah terus melemah selama empat minggu berturutan.

Euro mengalami kenaikan 9% selama tahun 2025, menjadikannya salah satu mata uang yang mendapat manfaat dari ketidakpastian perdagangan dan tindakan penjualan dolar oleh para investor yang mencari aset yang lebih stabil.

Menurut laporan dari Financial Times, para perunding perdagangan Amerika Serikat mendorong Uni Eropa agar mengurangi tarifnya dengan cara unilaterally terhadap barang-barang yang berasal dari AS.

Tanpa konsesi itu, pembicaraan bisa berakhir dan Amerika Serikat menyatakan siap memberlakukan bea balasan senilai 20%. Reuters belum dapat memverifikasi informasi ini.

Indeks dolar, yang menilai nilai greenback berbanding lima mata uang primer lainnya, anjlok 0,3% hingga mencapai angka 99,614 dan diproyeksi akan merosot sebesar 1,35% pada minggu ini.


Kecemasan Hutang Amerika Semakin Mengemuka

Antje Praefcke, seorang analis mata uang dari Commerzbank, menyebutkan bahwa walaupun risiko resesi di Amerika Serikat berkurang, keadaan fiskal pemerintah akan muncul sebagai masalah sentral baru untuk dolar.

“Topik ini semakin banyak menjadi perbincangan di kalangan masyarakat umum. Penting untuk mengamati kapan pasar akhirnya menyadari bahwa ini akan menjadi beban signifikan selanjutnya bagi dolar,” katanya.

Yield dari surat utang pemerintah Amerika Serikat mengalami kenaikan signifikan minggu ini akibat keprihatinan terkait meningkatnya hutang. Yield untuk surat utang jangka waktu 30 tahun melampaui tingkat 5% pada hari Jumat, hampir menyentuh rekor tertingginya dalam 19 bulan yaitu 5,179% yang dicapai pada Oktober 2023. Apabila melewati batas tersebut, posisi selanjutnya adalah titik tertinggi sejak paruh kedua tahun 2007.

Akan tetapi, kenaikan yield ini malah tidak mendukung dolar sebab para investor lebih memilih untuk menghindari aset-aset Amerika Serikat dalam sebuah pergerakan yang dijuluki oleh analis sebagai “Jual Amerika”. Seperti halnya yang telah terjadi pada bulan lalu.

Chris Weston, pemimpin departemen penelitian di Pepperstone, menyebutkan bahwa kenaikan hasil bukan menunjukkan keyakinan akan pertumbuhan, tetapi justru merupakan indikasi dari ketakutan terkait defisit anggaran dan bobot suku bunga yang semakin meningkat.

“Apabila dikombinasikan dengan harapan inflasi yang tetap tinggi, maka akan terjadi kenaikan premi(term premium) dan para investor asing lebih memilih untuk tidak berinvestasi di dalam pasar obligasi Amerika Serikat,” jelas Weston.


Yen dan Franc Swiss Keduanya Menguat

Yen Jepang meningkat hingga mencapai 143,47 per dolar dan mendekati kenaikan seminggu sebesar 1,5%, menyusul peningkatan tingkat inflasi dasar di Jepang yang mencapai laju tahunan tertinggi dalam lebih dari dua tahun pada bulan April.

Kemungkinan adanya peningkatan tingkat suku bunga lebih lanjut oleh Bank of Japan sebelum berakhirnya tahun ini menjadi lebih besar dengan adanya data tersebut.

Bank Sentral Jepang saat ini menghadapi dilema antara tekanan inflasi yang disebabkan oleh harga makanan dan tekanan ekonomi akibat tarif perdagangan yang dikenai Trump.

Obligasi pemerintahan Jepang dengan jatuh tempo yang sangat lama juga menembus rekor tertinggi minggu ini, walaupun tetap stagnan pada hari Jumat.

Pada saat yang sama, franc Swiss sedikit menguat mencapai tingkat 0,8265 per dolar, dengan prediksi akan naik sebesar 1,2% dalam seminggu ini setelah dua pekan berurutan tertekan.

JOIN CHANNEL KAMI

Dapatkan Notifikasi Update Info Lowongan Terbaru Melalui :

  1. CHANNEL WHATSAPP
  2. CHANNEL TELEGRAM
  3. POSTINGAN INSTAGRAM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *