Dekranasda Konawe Utara Persembahkan Warisan Budaya Tolaki di Indonesia Fashion Week 2025



Pertunjukan mode bergengsi Indonesia Fashion Week (IFW) 2025 telah diadakan lagi dan berhasil mendapat perhatian besar dari masyarakat, menghadirkan koleksi pakaian lokal Indonesia yang luar biasa.

Acara tersebut akan dilangsungkan di Plenary Hall, Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta pada hari Kamis (29/5/2025).

Pada kesempatan kali ini, Dekranasda Konawe Utara dari Sulawesi Tenggara juga ikut serta dengan menampilkan sekumpulan pakaian yang terbuat dari kain tenun lokal khas wilayah mereka, yaitu corak Kalosara dan Oheo.

Kedatangan Dekranasda Konawe Utara di era kepemimpinan Wisra Wastawati memberikan kontribusi unik tersendiri, terutama karena pamerannya mencakup karya kerjasama dengan perancang ternama nasional, yakni Defrico Audy.

Pada pernyataan formalnya, pakaian yang dipamerkan menggabungkan kedua corak tradisional tersebut, menghasilkan penampilan yang tidak hanya menawan secara estetika, namun juga kental dengan nilai budaya yang dalam.

“Kombinasi pola-pola tersebut bukan sekadar menghadirkan estetika yang memukau, namun juga membawa makna filosofis serta nilai-nilai mulia dari warisan budaya suku Tolaki,” demikian disampaikan oleh Dekranasda Konawe Utara melalui rilis pers.


Filosofi Kalosara dan Oheo

Kain Kalosara melambangkan simbol-simbol yang berarti dalam kebiasaan tradisional Suku Tolaki.

Alur ini menggambarkan asas tradisional yang berasal dari
sara owoseno
Atau bahasa tolakannya Tolaki, yang dipergunakan dalam bermacam-macam ritual seperti perkawinan, menyelesaikan perselisihan, hingga menyebarkan informasi penting kepada publik.

Fisiknya, Kalosara dibuat dari tiga helai rotan yang dianyam berlawanan jarum jam dan membentuk sebuah lingkaran.

Kedua ujungnya berada di dalam ikatan, sedangkan ujung lainnya menonjol keluar.

Lingkaran ini melambangkan persatuan, keseimbangan, serta harmoni dalam kehidupan sehari-hari di kalangan masyarakat adat Tolaki.

Di samping itu, Kalosara juga menggambarkan struktur sosial masyarakat Tolaki, yang memiliki tiga tingkatan: anakia (aristokrasi), towonua (inhabitants lokal), dan o ata (perbudakan). Lebih lanjut, dimensi Kalosara dapat diadaptasikan sesuai dengan derajat sosial sang pemilik.

Di sisi lain, kain tenun Oheo menceritakan legenda penduduk asli Tolaki yang terkenal, yaitu tentang Oheo, seorang petani muda yang berjumpa dengan tujuh dewi di pinggir Sungai dan setelahnya memilih untuk menikahi salah satu dari mereka.

Cerita ini telah diturunkan secara generasi demi generasi di daerah mantan Kerajaan Konawe, yang saat ini termasuk dalam Kabupaten Konawe Utara.


Tampil Memikat

Sebanyak 11 desainer wanita mempresentasikan koleksi pakaian yang terbuat dari bahan Kalosara dan Oheo di atas runway.

Tarian elegan para peragawati yang menampilkan pakaian berisi nilai-nilai budaya ini sukses menghipnotis audiens yang membludak di venue IFW 2025.

Acara tersebut juga dimeriahkan dengan keberadaan beberapa figur terkemuka, antara lain Ketua Dekranasda Sultra, Arinta Nila Hapsari A Sumanggerukka; Ketua Dekranasda Kabupaten Konawe Utara, Wisra Wastawati; serta Wakil Ketua Dekranasda Provinsi Sulawesi Tenggara, Ratna Lada Hugua.

(*)

JOIN CHANNEL KAMI

Dapatkan Notifikasi Update Info Lowongan Terbaru Melalui :

  1. CHANNEL WHATSAPP
  2. CHANNEL TELEGRAM
  3. POSTINGAN INSTAGRAM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *