- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
local news, public transportation, railroads, trains, workerslocal news, public transportation, railroads, trains, workers - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
23
Laporan Kontributor lowongankerja.asiaPangandaran, Padna
lowongankerja.asia, PANGANDARAN –
Wawan (50), penduduk dari Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, mengisahkan tentang masa ketika Kereta Api Banjar – Cijulang masih berfungsi.
Kalipucang merupakan salah satu kecamatan yang dilewati oleh jalur kereta api, dan lokasi stasiun terletak di desa Dusun Girisetra.
Ketika masih anak-anak, Wawan menyebutkan bahwa dia sering kali menemani orang tuanya saat mereka pergi ke ladang. Saat menuju ke ladang itu, dahulu kala mereka harus melewati jalur kereta api serta sebuah jembatan kereta yang singkat.
“Bila waktu istirahat di saungan sawah dan melihat kereta api datang dari jarak jauh, rasanya sungguh gembira,” ungkap Wawan saat mengobrol dengan Tribun di kediamannya pada hari Sabtu, 26 April 2025 sore itu.
Karena sangat gembira, ia dan beberapa anak kecil lainnya sering mengayunkan tangan mereka sebagai salam kepada kereta api yang berlalu.
“Saya ingatan awalnya ingin berlarian ke arah kereta tetapi dilarang oleh orang tuaku. Menurut kenangan saya saat itu, yaitu antara tahun 1980 hingga 1982,” ujarnya.
Pada kereta api rute Banjar-Cijulang, dahulu banyak wisatawan memilih untuk naik dan berakhir di kawasan pesisir Pantai Pangandaran.
“Banyaknya, penduduk Belanda. Oleh sebab itu, saat masih anak-anak, saya sering mengucapkan halo kepada kereta api karena memuat banyak wisatawan,” jelas Wawan.
Mantan kereta api yang rutin mengudara antara Banjar – Cijulang Pangandaran adalah jenis kereta dengan warna hijau dan tulang putih.
“Di samping mengangkut penumpang, kereta api tersebut juga memuat produk pertanian dari Pangandaran seperti kelapa sawit, kopi, pala, dan sebagainya,” katanya.
Sekarang dulu, produksi pertanian di Pangandaran sangat berkembang dan biasanya dikirim menggunakan kereta api sebagai moda Transportasinya.
“Transaksi tersebut terjadi di dalam gerbong barang kereta api. Petani menjual produknya kepada pedagang kaki lima yang berada di kereta api, lalu segera dikirimkan,” ungkap Wawan.
Wawan mengatakan bahwa ia pernah diajak menaiki kereta api oleh kedua orangtuanya, berawal dari Kalipucang menuju Stasiun Banjar.
“Keindahan pemandangan selama perjalanan dahulu sangat memukau. Rasanya nyaman dan biayanya juga terjangkau, sepertinya hanya sebesar 25 rupiah saja,” katanya.
Saat berada di dalam kereta api, dulu banyak pedagang asongan. Apalagi, jika berhenti di setiap Stasiun kereta api.
“Pada Stasiun Kalipucang, penjualnya umumnya menawarkan gorengan peyek udang serta lontong. Namun, di Stasiun Padaherang tersebut menjual sale pisang, sedangkan di Banjarsari ada jajanan berupa biji nangka direbus yang dikemas dengan menggunakan daun pisang,” terangnya.
Merespons keputusan untuk menghidupkan kembali lintasan kereta api, dia berdoa agar pihak pemerintahan dapat melaksanakan ini dengan cepat.
“Saya yang merupakan penduduk di Kalipucang berharap sekali untuk reaktifasi jalur kereta api tersebut. Tujuannya agar kembali sepihak seperti dahulu. Ini termasuk juga dengan hasil bumi daerah ini,” ungkap Wawan.(*).