- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
celebrities, crime, drama, news, popular culturecelebrities, crime, drama, news, popular culture - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
10
Di tiap cerita mini drama buatan China yang saya amati, terdapat sebuah alur utama yang sering kali muncul: yaitu seorang CEO yang jatuh hati pada seseorang dengan latar belakang biasa atau bahkan dari kelompok sosial lebih rendah.
Entah kenapa, pola
cerita
Ini menarik perhatian penonton layaknya magnet. Terdapat alasannya di balik fenomena ini, dan saya akan membahas semuanya secara bertahap.
Ekonomi Fantasi: Membazirkan Mimpi yang Tidak Masuk Akal
Cobalah jujur pada dirimu sendiri. Siapakah di antara kita yang tidak ingin kehidupannya berubah secara dramatis? Drama mini ini sangat pandai dalam mengolah imajinasi tentang aspek ekonomi.
Cerita mengenai sang CEO tampan yang bersedia meninggalkan hartanya serta kedudukannya untuk mencari jodoh sesungguhnya seperti tiket masuk VIP menuju negeri impian. Meskipun kita sadar bahwa kehidupan tidak secemerlang itu, namun kita masih saja menikmati ceritanya dengan harapan, “Mungkin giliranku akan datang juga?”
Polanya mengambil untung dari fakta bahwa banyak pemirsa datang dari kalangan menengah ke bawah. Mereka mencari cara untuk melupakan masalah membayar hutang, konflik dalam keluarga, atau pekerjaan rumah yang menumpuk. Cerita semacam itu memberikan rasa nyaman secara emosional serta harapan manis, walaupun hanya sementara.
Bacalah: Cerita Kasih Antara Orang Kaya dengan Miskin Selalu Mengundang Minat untuk Dilihat
Bagian 1-4: Saya Menikah dengan seorang CEO tanpa mengetahuinya – CEO Tampan, Kaya, Namun Malas Bekerja?
Mari kita uraikan logika dibalik karakter CEO ini. Jika dipertimbangkan, mengapa CEO-CEO ini memiliki waktu untuk berkeliling taman dan malah bertemu atau diperkenalkan kepada seorang wanita yang sedang menjual pakaian? Seharusnya mereka lebih fokus pada pembuatan deals miliaran rupiah, kan?
Berikut ini adalah beberapa aspek konyol dari cerita micro drama tersebut. Di sana, sang CEO tidak hanya dikenal sebagai seorang pebisnis sukses, tetapi juga orang yang sering kali kehabisan hal untuk dilakukan dengan berlebihan waktu luangnya: terkadang mereka merubah diri menjadi supir taxi, disalahartikan sebagai pelayan pesanan makanan, atau bahkan pergi lebih jauh lagi dengan memerankan dirinya sendiri sebagai gelandangan.
Jika CEO yang sebenarnya seperti itu, kemungkinan besar perusahaan rintisan di mana Anda bekerja telah menjadi unicorn saat ini.
Komponen Cinderella yang Terus Laris
Tentunya kamu sudah kenal dengan cerita Cinderella kan? Drama mini dari Tiongkok tersebut secara umum telah membawa dongeng itu ke era modern. Namun perbedaannya adalah bahwa sepatu kaca-nya digantikan oleh camilan pinggang atau sebuah ketemu tak terduga di jalan raya. Masyarakat menyukai kisah Cinderella dikarenakan adanya elemen kemagisan serta balas dendam; pihak yang baik senantiasa berhasil sedangkan mereka yang buruk akhirnya gagal.
Di kehidupan sebenarnya, sering kali orang-orang jahat berhasil. Oleh karena itu, cerita-cerita semacam ini memberikan gambaran lain yang lebih adil. Bos besar yang tadinya angkuh dapat tersentuh oleh kesederhanaan sang karakter utama yang berkekurangan. Para penonton pun bertepuk tangan dan mengucapkan, “Inilah dia dunia yang kuingini.”
Bukan Hanya Tentang Cinta, Tetapi Juga Tentang Kekuatan
Jika kita renungkan, kisah ini tak hanya berkutat pada tema cinta, tetapi juga membahas mengenai kekuatan. Karakter-karakter yang tergolong miskin dalam narasi ini kerap diperlihatkan sebagai pribadi yang tangguh, otonom, serta enggan untuk menyerah dengan mudah.
CEO ganteng dan kaya itu
jatuh cinta
Bukan dikarenakan pasangannya cantik, tetapi karena mereka memiliki sesuatu yang kurang dimiliki oleh CEO tersebut: keberanian untuk mengatasi tantangan dalam hidup.
Inilah pesan tersembunyi yang ingin disampaikan oleh mikro-drama: uang tidak melambangkan segala-galanya. Namun, meski begitu … kisahnya masih kerap menunjukkan ketidakadilan. Pada akhirnya, mereka tetap bahagia berkat harta sang CEO, ‘kan?
Produksi Murah, Untung Maksimal
Jangan lewatkan poin penting berikut: micro drama ini adalah sebuah bisnis. Kisah tentang seorang CEO dan tokoh yang kurang mampu mudah untuk diproduksi. Proses produksinya tidak memerlukan tempat yang mahal, bintang utama berkualitas tinggi, ataupun efek visual canggih. Cukup dengan satu set kantor tiruan, satu hunian biasa, serta beberapa scene di taman publik saja sudah cukup.
Di samping itu, kisah dari mikro-drama tersebut dipecah menjadi beberapa bagian pendek. Jika Anda sedang tidak bersemangat, mungkin Anda dapat menonton sebanyak 10 episodenya dalam tempo 10 menit saja. Para produser sangat pandai mengerti mekanisme platform digital yang mengharuskan interaksi tinggi namun dalam durasi singkat.
Peraturan Terbaru: Pemerintah Cina Dimulakan Untuk Campur Tangan
Namun, tunggu sebentar. Pihak berwenang di China pun sudah mulai merasa bahwa cerita-cerita tersebut telah melewati batasan tertentu. Berdasarkan laporan dari Global Times dalam artikel bertajuk “China to regulate CEO romance micro dramas, warns against content promoting materialism, flaunting of wealth: report”, badan pengawas siaran Tiongkok menerbitkan aturan baru guna mengontrol mikro-drama yang membahas tentang asmara para CEO. Mereka menyatakan pentingnya agar isi konten tidak mendukung materilisme, pertunjukan harta berlimpah, ataupun pengejaran status sosial lewat jalan perkawinan.
Petunjuk tersebut juga menggarisbawahi kepentingan agar kisah para wiraswasta disajikan secara lebih realistik. Hindari penceritaan yang berlebihan sehingga terkesan tidak masuk akal dalam konteks kehidupan sebenarnya. Hal itu bisa membuat pandangan publik menjadi keliru mengenai industri bisnis.
Oleh karena itu, para pencipta mikro drama dianjurkan untuk menggarap narasi dengan perspektif yang lebih mendalam, misalnya tentang sejarah atau situasi usaha saat ini. Jangan hanya terpaku pada genre cinta dan permasalahan keluarga semata.
Tindakan ini mengungkapkan bahwa pemerintah China berkeinginan agar industri hiburan negara tersebut menjadi lebih baik dan konsisten dengan nilai-nilai budayanya. Mereka tidak sekadar mengikuti tren semata!
Apakah Ini Akan Berhenti?
Bisa jadi iya, namun kemungkinannya tipis. Rangkaian kisah semacam itu telah membuktikan dirinya berhasil mempesona banyak pemirsa. Sejauh para penonton belum berhenti bercita-cita serta apabila sistem pendukung tetap bekerja dengan baik, sosok sang Chief Executive Officer yang tampan bersanding dengan wanita kurang mampu bakal senantiasa tampil di depan televisi kami.
Walaupun sudah menjadi kebiasaan, mikro-drama ini masih memiliki tempat istimewa dihati para pemirsa. Sebab dibalik alur ceritanya yang terkesan tidak masuk akal, ia menyajikan pesan positif yaitu tentang adanya cinta sejati yang pada hakikatnya akan bertemu dengan jalan masing-masing. Baik itu ditengah-tengah bangunan pencakar langit atau warung pakaian sederhana disudut jalanan.