- Diposting oleh:
- Diposting pada:
- Kategori:
culture, entertainment, indonesia, local news, newsculture, entertainment, indonesia, local news, news - Sistem:
Tidak diketahui - Harga:
USD 0 - Dilihat:
5
bali.
, BULELENG – Indonesia kembali tampil dalam even Best Tourism Village (BTV) edisi kelima yang diselenggarakan
UN Tourism
.
Terdapat 13 desa wisata di Indonesia yang berpartisipasi dalam acara itu, dengan tiga desa diantaranya berasal dari Kabupaten.
Buleleng
, Bali meliputi Desa Les di Kecamatan Tejakula, Desa Sudaji di Kecamatan Sawan, serta Desa Pemuteran di Kecamatan Gerokgak.
Menurut Kadis Pariwisata Buleleng Gede Dody Suksma Oktiva Askara, partisipasi dari tiga desa wisata di Bali Utara dapat meningkatkan nilai jual serta membangun citra yang lebih baik.
Ini dilakukan agar daya tarik desa pariwisata naik ke tingkatan global.
“Perbandingannya Desa Penglipuran dan
Jatiluwih
.
Semoga desanya wisata di Buleleng juga merasakan manfaatnya (seperti halnya dengan BTV). Demikian disampaikan oleh Gede Dody Suksma Oktiva Askara sebagaimana dikutip dari situs resmi Pemerintah Kabupaten Buleleng.
Gede Dody Suksma Oktiva Askara menyebut partisipasi dari tiga desa wisata di Buleleng usai mereka mendaftar ke Kementerian Pariwisata guna mendapatkan peluang untuk berkembang lebih baik lagi.
Kementerian Pariwisata juga menyediakan alat atau formulir yang perlu diisi.
“Formulir tersebut serupa dengan Jadesta sepeti Lomba Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI), namun dalam bahasa Inggris,” ujar Gede Dody Suksma Oktiva Askara.
Biasanya, informasi yang dimaksud cukup kaku dan spesifik.
Sama seperti misalnya berapa banyak akomodasi yang terdapat di desa wisata, jumlah kamar yang tersedia, serta total stafnya, termasuk baik pria maupun wanita.
“Selanjutnya disebutkan pula jenjang usia. Ini tentunya merupakan suatu pengetahuan berharga bagi kita dalam rangka persiapan pendidikan di masa mendatang,” katanya.
Dinas Pariwisata Buleleng mencontohkan Desa Jatiluwih di Tabanan yang memiliki dua gerbang pemeriksaan dalam satu area, sehingga lebih sederhana untuk mencatat kedatangan wisatawan.
Sebaliknya, ketigadesa wisata di Buleleng ini semuanya tanpa biaya untuk mengunjunginya.
Untuk wisatawan, jika masuk tempat tersebut bahkan tidak dikenakan biaya.
Bisa jadi alasannya adalah Jatiluwih, sebab saat ia memasuki desa tersebut langsung menerima manfaat dari hal yang telah dibayarkannya.
Menikmati pemandangan terraced rice fields yang menakjubkan, setelah itu dapat menjadi bagian dari wilayah tersebut. Sangat sederhana untuk menghitung,” ujar Kadispar Buleleng.
Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng mengambil contoh dari Desa Wisata Pemuteran.
Menurut dia, para pelancong yang datang ke Desa Wisata Pemuteran dengan tujuan menyelam atau snorkeling, ataupun melewati tempat wisata Biorock menuju Pulau Menjangan, tetap direkam menggunakan metode tradisional.
Karenanya, Dispar Buleleng saat ini tengah menyusun kembali peraturan daerah tentang pajak dan retribusi daerah.
Sebagai salah satu usulan revisi, Pantai Tanjung Budaya serta Teknologi Biorock dipertimbangkan agar dapat menjadi destinasi pariwisata berbayar melalui sistem penjualan tiket di gerbang masuk.
“Oleh karena itu, kita dapat mengevaluasi jumlah kunjungan secara daring melalui sistem e-pos. Demikian pula halnya dengan tempat wisata lainnya,” jelas Kadispar Buleleng Gede Dody Suksma Oktiva Askara.
(lia/JPNN)